Hati-hati bisa bikin Allah Benci
Gelombang
hijrah tengah bergaung menginvasi masyarakat, khususnya muda mudi Indonesia.
Tak sedikit pula yang berbondong-bondong untuk menghadiri taklim dan mulai
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Belajar agama bahkan tak lagi terhalang
oleh jauhnya tempat, sebab bisa diakses kapan saja melalui kanal youtube atau
membaca tulisan para ustadz pada laman blog maupun instagram.
Kemudahan
tersebut perlu disyukuri sebab salah satu nikmat agar kita senantiasa mengingat
Allah dengan membaca hal-hal yang berfaedah. Ketika mengilmui syariat ini
misalnya keharaman riba, hukum
bersentuhan lelaki dan perempuan bukan mahrom, faedah dzikir pagi dan petang,
maka tak jarang sebagian orang memilih untuk men-screenshoot-nya agar menjadi pengingat bagi diri sendiri. Lebih
dari itu banyak juga yang masing-masing membagikannya ke laman media sosialnya,
dengan harapan dapat menjadi amalan jariyah.
Wah..
masyaallah semudah itu bukan kita meraup pahala? Cukup mengilmui, mengamalkan,
dan mengajarkan. Namun belum dikatakan beriman jika kita belum diuji. Jelas
saja syaithon dan antek-anteknya tak akan berhenti untuk menggagalkan perjuangan kita untuk
menjadi lebih baik dimata Allah, usaha kita untuk mengumpulkan bekal yang akan
kita nikmati di kampung akhirat. Sayang sungguh sayang... tak semudah itu Maemunah.
Hal
ini disebabkan syaithon akan mencoba mengusik kesempurnaan ibadah dengan
merecoki niat kita. Allah menilai setiap amalan kita bergantung dengan niat.
Sedekah Rp 1000 akan kalah dengan sedekah Rp 100,000, jika niat kita keliru.
Rugi bukan? Apalagi kalau kita hanya mengejar pujian manusia yang hanya sebatas
lidah. Sehingga ketika bisikan untuk riya’
dan ujub mulai berdendang dalam
hati, maka yuk kita istighfar dan kembali meluruskan niat kita. Yes, kita kudu memperbaharui niat dalam
mengamalkan suatu kebaikan baik di awal, pertengahan, hingga akhir amalan. Hal
ini tiada lain untuk memastikan kebaikan yang dilakukan bisa terminimalisir dari
cacat dosa.
credit to here
Puluhan
screenshoot ajakan untuk mengamalkan
syariat agama yang tersimpan di galeri gawai kita, menjadi mudah untuk
disebarluaskan kapan saja. Selain niat, diperlukan kesungguhan untuk mengamalkan
apa yang sudah kita serukan di media sosial lewat koleksi gambar dakwah yang
kita miliki. Dikemas dengan gambar yang apik serta kalimat yang menggugah, bermodalkan
niat lillahi taala sangat mudah
membagikan seruan dakwah. Namun jangan sampai kita melupakan diri kita sendiri
ya sholihah. Kita berharap orang mengamalkannya sebagai bekal jariyah kita,
tapi kita sendiri ogah-ogahan ‘tuk mengamalkannya. Ini menjadi perkara yang bisa
mengundang kebencian Allah. Hal ini termaktub dalam beberapa ayat di Quran
surah As-Saff yang artinya
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2)
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3).
Yap.
Seruan Allah ini hanya ditujukan bagi orang-orang yang beriman. Jika kita sedang
memperjuangkan keimanan maka kita memang tidak boleh berhenti untuk mengajak orang
lain melakukan kebaikan, sebab itulah bagian kecil yang bisa kita lakukan untuk
mendakwahkan agama ini. Ya, sebuah
aktivitas yang dilakoni para nabi yang mulia. Tapi kita tetap harus semangat menjadikannya
bahan bakar untuk memotivasi diri sendiri, menjadi orang yang paaaling pertama yang
mengamalkannya. Semangat lillah.. ^^
#selfAdvices
#selfMuhasabah
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
0 komentar