Kebebah [Episode 1]

by - 11:15 PM



Rindangnya pagi memonopoli kondisi Tangerang dipagi ini, bertemanikan sejumlah pasang burung yang beterbangan. Tenang, sangat tepat untuk menenangkan hati di akhir pekan. Namun tidak disebuah kamar kosan putri milik Hj. Deni. Hentakan kaki gemetaran makin menjadi-jadi dikamar berukuran 3x2m itu. Kegusaran nampak jelas di wajah Kemala. Sebentar lagi adalah waktunya melaksanakan penelitian yang tertunda akibat cuti pasca kecelakaan yang menyisakan luka sobek dikaki kanannya.

Harusnya kini dia disibukkan menyelesaikan sekolah doktornya. Namun ada lagi yang lebih membuatnya semakin gusar. Ya, keberanian Adam yang selama ini dia idam-idamkan menjadi pendamping hidupnya untuk mengajaknya taaruf.



“Mala, aku telah menunggu jawabanmu selama 2 pekan. Apakah sudah ada kepastian?” Tanya Adam melalui pesan singkatnya.

Lagi, Adam meminta sebuah jawaban. Kemala bangkit dari duduk panjangnya, bergegas mencari celah untuk menenangkan hatinya.
Guyuran air wudu deras membasahi pergelangan tangan Kemala, menembus hatinya yang sejak tadi linglung dibuat urusan dunia sekaligus akhiratnya. Betapa tidak, pernikahan adalah perihal ibadah terlama, seumur hidup. Segera saja dia mengambil mukenah dan mendirikan shalat istikharah.

Keheningan kembali tercipta. Kedua tangan Kemala menengadah. Kyusuk dalam doanya. Berharap dia dapat segera memberikan sebuah jawaban.

Tak lama kemudian, terdengar deringan handphone. Seketika Kemala menutup doa panjangnya dan menyambangi sumber suara tersebut.

“Assalamu’alaykum. Iya ibu, maafkan tadi habis sholat jadi telefonnya terlambat Kemala jawab”

“Tidak apa-apa nak, bagaimana kabarmu? sudah ada jawaban dari istikharahmu?

Kemala terdiam.
“Pada dasarnya Adam anak yang baik, sudah mapan juga, dan insyaallah agamanya pun baik. Jika memang setuju, maka kita perlu untuk lebih jauh mengenal dia dan keluarganya. Tapi apa kamu yakin untuk menikah dalam waktu dekat nak?” tanya ibu

“Sejujurnya kecenderungan hati Kemala sudah berlabuh pada abang Adam. Tapi apa daya ibu, sekolah Kemala belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir”

“Menurut bapak dan ibu, tidak mengapa jika kamu menerima pinangan nak Adam. Menikah adalah ibadah, kenapa ditunda. Tapi kembali lagi, ibu tidak ingin kamu terbebani dengan tanggungjawab untuk menyelsaikan sekolah juga sebagai istri. Bagaimana pun pasti akan ada yang berubah nak,. Toh kalau jodoh pasti akan bertemu, semustahil apapun kita memandangnya”

“Baik ibu. Terima kasih banyak sudah memberikan nasehat untuk Kemala. Insyaallah Kemala akan fokus sekolah dulu ibu, tidak apa-apa kan bu?

“Iya nak, Jika memang itu yang membuat hatimu lapang, maka ikutilah. Sebab pada akhirnya kelak kamu sendiri yang akan menjalaninya. Jangan gegabah yaa... insyallah, Allah akan berikan petunjuk-Nya.”

Percakapan berhenti sampai disitu. “Bismillah..” ucap Kemala memantapkan hatinya untuk melangkah.

Namun tak lama kemudian, handphone mungilnya kembali berdering.

“Iya Nesti, assalamu’alaykum?” tanya Kemala

“widididiiw... wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Duh.. telefonku cepat banget dijawab. Ga seperti biasanya. Lagi nungguin telfon seseorang yang ngajakin taaruf yaa? Cie..... ciee” goda Nesti, sahabat Kemala yang hanya bertetanggga 3 meter alias tetangga kamar.

“Apaan sih Nes.... jangan berpikiran sembarangan deh..”

“Lah emang iya kan? Gimana dong abang Adam jangan digantung terlalu lama La..”

“Aku udah mutusin buat fokus selesaiin sekolahku dulu Nes. Aku bener-bener tertinggal banyak waktu sejak kecelakaan kemarin. Dua bulan lebih aku  ga nge-lab. Kebayang seberapa banyak aku harus  mengejar ketertinggalan ku kan? Jadi... aku akan nolak abang Adam dulu.. Rasanya kurang bijak jika aku memintanya menunggu hingga aku selesai sekolah”

“Prakkkk...” pintu kamar Kemala tiba-tiba dibuka paksa oleh seseorang

“Apa????? Kemala Dinda Aryanda kamu serius?”
“Kamu yakin ga akan patah hati kalau abang Adam bersanding sama wanita lain? Kamu udah mendam rasa lama loh...” ucap Nesti  yang tiba-tiba muncul dari balik pintu, masih dalam posisi handphone ditelinga kirinya.

“Astaghfirullahal’adziim.. ini anak ya kebiasaan. Ucap salam dulu kek.. tiba-tiba datang aja kayak inspeksi dadakan.. ckck” kata Kemala sambil mematikan panggilan telefon Nesti, bangkit menutup pintu kamarnya kembali.

“Idiih sayang... ini tuh lebih genting dibandingkan dengan inspeksi dadakan dari BPOM di toko-toko kelontong. Ini menyangkut masa depan sahabat terbaik sekaligus tetangga terbaikku. Coba deh La... kamu pikirin lagi. Kamu itu pinter. Insyallah bisa lah membagi waktu, melalui sekolah sambil menyandang status sebagai istri abang Adam”

Kemala memijat-mijat dahinya. Pusing mendengar ucapan Nesti “Enggak gitu  Ti.. aku sebenarnya juga ga rela kalau abang Adam nanti sama wanita lain. Tapi aku takut, bener-bener takut mengambil keputusan dengan statusku sekarang sebagai mahasiswa yang baru mau masuk lab. Sementara  disisi lain Abang adam juga ga begitu respek kalau nanti aku kerja, khawatir anak dan rumah ga keurus”

“Kalau menurut aku sih ya.. ada baiknya kamu coba meyakinkan abang tentang mimpimu. Kamu kuliah tinggi-tinggi bukan untuk menyaingi dia sebagai suami. Nggak sama sekali. Kamu pengen ambil bagian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan itu cita-cita yang mulia, selama kamu masih berada dikoridor yang benar misalnya aja ga bekerja di lokasi yang bercampur baur dengan lelaki, juga berkomitmen untuk bisa bertanggungjawab untuk mimpi, anak, dan suami. Ya meskipun jadi ibu rumah tangga juga ga kalah mulianya,” terang Nesti berapi-api

“Doakan aku ya.. untuk nyari kondisi kerja kaya gitu aja sekarang susah banget. Itu juga sih Ti, karena aku mutusin buat fokus kus-kus-kus sekolah dulu jadinya untuk nego mimpiku, belum aku utarakan”
“Hmm.. Kalau emang keputusan kamu udah bulat La, aku sebagai teman hanya bisa mendoakan dan mendukung. Aku Cuma pengen liat kamu bahagia dengan orang yang selama ini kamu idam-idamkan. Soal mimpimu, ada baiknya abang Adam tahu. Bukan apa-apa, ini sebagai bahan pertimbangan. Kali aja suatu hari nanti dia bakal datang lagi”.

Kemala hanya bisa tertunduk dan mencerna kata demi kata tetangga terhebohnya itu. Menghela nafas, Kemala memandangi sahabatnya itu. Seolah sudah tahu dan yakin tentang langkah apa yang akan dan harus dijalaninya.

.........bersambung.

#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
*Tantangan Pekan ke 7 cuuyyy..

You May Also Like

3 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut