Kebebah [Episode 1]
Rindangnya pagi
memonopoli kondisi Tangerang dipagi ini, bertemanikan sejumlah pasang burung
yang beterbangan. Tenang, sangat tepat untuk menenangkan hati di akhir pekan.
Namun tidak disebuah kamar kosan putri milik Hj. Deni. Hentakan kaki gemetaran
makin menjadi-jadi dikamar berukuran 3x2m itu. Kegusaran nampak jelas di wajah
Kemala. Sebentar lagi adalah waktunya melaksanakan penelitian yang tertunda
akibat cuti pasca kecelakaan yang menyisakan luka sobek dikaki kanannya.
Harusnya kini dia
disibukkan menyelesaikan sekolah doktornya. Namun ada lagi yang lebih membuatnya
semakin gusar. Ya, keberanian Adam yang selama ini dia idam-idamkan menjadi
pendamping hidupnya untuk mengajaknya taaruf.
“Mala, aku telah
menunggu jawabanmu selama 2 pekan. Apakah sudah ada kepastian?” Tanya Adam
melalui pesan singkatnya.
Lagi, Adam meminta
sebuah jawaban. Kemala bangkit dari duduk panjangnya, bergegas mencari celah
untuk menenangkan hatinya.
Guyuran air wudu
deras membasahi pergelangan tangan Kemala, menembus hatinya yang sejak tadi
linglung dibuat urusan dunia sekaligus akhiratnya. Betapa tidak, pernikahan adalah
perihal ibadah terlama, seumur hidup. Segera saja dia mengambil mukenah dan
mendirikan shalat istikharah.
Keheningan kembali
tercipta. Kedua tangan Kemala menengadah. Kyusuk dalam doanya. Berharap dia
dapat segera memberikan sebuah jawaban.
Tak lama kemudian,
terdengar deringan handphone. Seketika
Kemala menutup doa panjangnya dan menyambangi sumber suara tersebut.
“Assalamu’alaykum.
Iya ibu, maafkan tadi habis sholat jadi telefonnya terlambat Kemala jawab”
“Tidak apa-apa
nak, bagaimana kabarmu? sudah ada jawaban dari istikharahmu?
Kemala terdiam.
“Pada dasarnya
Adam anak yang baik, sudah mapan juga, dan insyaallah agamanya pun baik. Jika
memang setuju, maka kita perlu untuk lebih jauh mengenal dia dan keluarganya.
Tapi apa kamu yakin untuk menikah dalam waktu dekat nak?” tanya ibu
“Sejujurnya
kecenderungan hati Kemala sudah berlabuh pada abang Adam. Tapi apa daya ibu, sekolah
Kemala belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir”
“Menurut bapak dan
ibu, tidak mengapa jika kamu menerima pinangan nak Adam. Menikah adalah ibadah,
kenapa ditunda. Tapi kembali lagi, ibu tidak ingin kamu terbebani dengan
tanggungjawab untuk menyelsaikan sekolah juga sebagai istri. Bagaimana pun
pasti akan ada yang berubah nak,. Toh kalau jodoh pasti akan bertemu,
semustahil apapun kita memandangnya”
“Baik ibu. Terima
kasih banyak sudah memberikan nasehat untuk Kemala. Insyaallah Kemala akan
fokus sekolah dulu ibu, tidak apa-apa kan bu?
“Iya nak, Jika
memang itu yang membuat hatimu lapang, maka ikutilah. Sebab pada akhirnya kelak
kamu sendiri yang akan menjalaninya. Jangan gegabah yaa... insyallah, Allah
akan berikan petunjuk-Nya.”
Percakapan
berhenti sampai disitu. “Bismillah..” ucap Kemala memantapkan hatinya untuk
melangkah.
Namun tak lama
kemudian, handphone mungilnya kembali
berdering.
“Iya Nesti,
assalamu’alaykum?” tanya Kemala
“widididiiw... wa’alaykumussalam
warahmatullahi wabarakatuh. Duh.. telefonku cepat banget dijawab. Ga seperti
biasanya. Lagi nungguin telfon seseorang yang ngajakin taaruf yaa? Cie.....
ciee” goda Nesti, sahabat Kemala yang hanya bertetanggga 3 meter alias tetangga
kamar.
“Apaan sih Nes....
jangan berpikiran sembarangan deh..”
“Lah emang iya
kan? Gimana dong abang Adam jangan digantung terlalu lama La..”
“Aku udah mutusin
buat fokus selesaiin sekolahku dulu Nes. Aku bener-bener tertinggal banyak
waktu sejak kecelakaan kemarin. Dua bulan lebih aku ga nge-lab. Kebayang seberapa banyak aku
harus mengejar ketertinggalan ku kan?
Jadi... aku akan nolak abang Adam dulu.. Rasanya kurang bijak jika aku
memintanya menunggu hingga aku selesai sekolah”
“Prakkkk...” pintu
kamar Kemala tiba-tiba dibuka paksa oleh seseorang
“Apa????? Kemala Dinda
Aryanda kamu serius?”
“Kamu yakin ga
akan patah hati kalau abang Adam bersanding sama wanita lain? Kamu udah mendam rasa
lama loh...” ucap Nesti yang tiba-tiba
muncul dari balik pintu, masih dalam posisi handphone
ditelinga kirinya.
“Astaghfirullahal’adziim..
ini anak ya kebiasaan. Ucap salam dulu kek.. tiba-tiba datang aja kayak
inspeksi dadakan.. ckck” kata Kemala sambil mematikan panggilan telefon Nesti,
bangkit menutup pintu kamarnya kembali.
“Idiih sayang...
ini tuh lebih genting dibandingkan dengan inspeksi dadakan dari BPOM di
toko-toko kelontong. Ini menyangkut masa depan sahabat terbaik sekaligus
tetangga terbaikku. Coba deh La... kamu pikirin lagi. Kamu itu pinter.
Insyallah bisa lah membagi waktu, melalui sekolah sambil menyandang status
sebagai istri abang Adam”
Kemala
memijat-mijat dahinya. Pusing mendengar ucapan Nesti “Enggak gitu Ti.. aku sebenarnya juga ga rela kalau abang
Adam nanti sama wanita lain. Tapi aku takut, bener-bener takut mengambil
keputusan dengan statusku sekarang sebagai mahasiswa yang baru mau masuk lab.
Sementara disisi lain Abang adam juga ga
begitu respek kalau nanti aku kerja, khawatir anak dan rumah ga keurus”
“Kalau menurut aku
sih ya.. ada baiknya kamu coba meyakinkan abang tentang mimpimu. Kamu kuliah
tinggi-tinggi bukan untuk menyaingi dia sebagai suami. Nggak sama sekali. Kamu
pengen ambil bagian untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan itu cita-cita yang
mulia, selama kamu masih berada dikoridor yang benar misalnya aja ga bekerja di
lokasi yang bercampur baur dengan lelaki, juga berkomitmen untuk bisa
bertanggungjawab untuk mimpi, anak, dan suami. Ya meskipun jadi ibu rumah
tangga juga ga kalah mulianya,” terang Nesti berapi-api
“Doakan aku ya..
untuk nyari kondisi kerja kaya gitu aja sekarang susah banget. Itu juga sih Ti,
karena aku mutusin buat fokus kus-kus-kus sekolah dulu jadinya untuk nego
mimpiku, belum aku utarakan”
“Hmm.. Kalau emang
keputusan kamu udah bulat La, aku sebagai teman hanya bisa mendoakan dan
mendukung. Aku Cuma pengen liat kamu bahagia dengan orang yang selama ini kamu
idam-idamkan. Soal mimpimu, ada baiknya abang Adam tahu. Bukan apa-apa, ini
sebagai bahan pertimbangan. Kali aja suatu hari nanti dia bakal datang lagi”.
Kemala hanya bisa
tertunduk dan mencerna kata demi kata tetangga terhebohnya itu. Menghela nafas,
Kemala memandangi sahabatnya itu. Seolah sudah tahu dan yakin tentang langkah
apa yang akan dan harus dijalaninya.
.........bersambung.
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
*Tantangan Pekan ke 7 cuuyyy..
3 komentar
Keren
BalasHapusMantap Kakak, keren sekali tulisannya #semangat
BalasHapusmantap nih :)
BalasHapus