Kebebah Episode 2 (Final-End)
....
Kemala percaya
bahwa setiap pilihan itu punya resiko dan konsekuensi. Apapun pilihan yang
dianutnya, dia 100% yakin bahwa semuanya akan bernilai baik dan bisa dilalui
selama 100% pula dia libatkan Allah dalam urusannya.
Kemala menjadi
salah satu tipekal mahasiswa yang dielukan banyak orang disebabkan karena
kepintaran dan kemurahan hatinya kepada teman-teman juga orang-orang
disekitarnya. Tak hanya sibuk belajar namun juga sibuk terlibat pada beberapa
komunitas dan gerakan kemahasiswaaan, mulai dari bidang sosial hingga syiar
agama Islam. Dia sungguh tak punya waktu untuk menghabiskan waktu untuk
memikirkan tentang pacaran, juga menikah.
Hingga suatu hari
dia mengenal Adam untuk pertama kalinya. Tak sengaja mendengarkannya sedang
asyik memurajaah hafalan alquran juz 29 dan juz 30, dibalik hijab mushollah
kala waktu dhuha tiba. Hatinya bergetar dan tenteram. Ada kesejukan disana.
Lafadz alquran Adam sesuai tajwid dengan tempo yang tidak terlampau cepat.
Kemala jadi ikut memurajaah hafalannya meskipun baru memasuki ayat-ayat diakhir
juz 29.
Tak berhenti
sampai disitu. Kemala benar-benar tahu tentang Adam ketika mengisi pembukaan
kegiatan ramadhan tahun lalu. Adam bertindak sebagai qori sekaligus pengisi
kajian ramadhan saat itu. Meskipun dibatasi oleh hijab, segala tentang Adam
tersimpan dengan baik dalam ingatannya. Adam sang kakak tingkat yang sering
memenangkan kompetisi menulis, Adam yang rutin mengisi kajian anak-anak S1,
Adam yang lulus sekolah S3 tepat waktu, Adam yang dicintai dosen. Semuanya
membuat Kemala terpukau. Kemala pun takjub ketika seorang Adam memutuskan untuk
mengajaknya taaruf. Siapa dia, hanya seorang mahasiswa S3 yang sibuk berkuliah
dan berorganisasi. Ya, Kemala belum menelusuri dari mana Adam tahu banyak
tentang dirinya hingga yakin untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup.
Namun apa daya,
idealismenya untuk lulus tepat waktu berbenturan dengan ajakan taaruf Adam.
Menyadari sifatnya yang mudah panik dan sulit fokus, membuatnya memutuskan
pilihan yang sangat penting.
Kemala masih setia
memandangi layar handphone-nya. Sibuk
merangkai kata demi kata.
“Abang adam terima
kasih sudah setia menunggu jawaban Kemala. Saya sungguh mengapresiasi
keberanian abang untuk maju. Sejujurnya kecenderungan hati Mala sudah berlabuh
kepada Abang. Tapi maafkan abang, menyadari segala kekurangan dan juga segala
keterbatasan diri, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pinangan abang. Mala ingin fokus menyelesaikan sekolah. Mala
takut tak bisa maksimal jika ada hal lain yang Mala pikirkan sekarang. Maafkan
Mala bang.”
Mala menghela
nafas, kemudian melanjutkan rangkainan kalimatnya
“Mala tahu betul
sakralnya ibadah menikah ini, tapi Mala belum benar-benar siap. Mala pun tak ingin
menahan abang hingga Mala lulus. Tak apa-apa. Jikalau jodoh, suatu saat pasti
akan ada jalan ‘tuk bersua lagi”
Laksana hujan yang
mengiringi awan hitam, secepat itu pula Adam membaca pesan Kemala
“Kenapa Mala?
Abang sungguh tidak akan melarang kamu untuk menyelesaikan studi. Kita menikah dan
tetaplah fokus untuk sekolahmu. Jarak kita pun terbentang jauh sekarang. Abang
masih bekerja di Solo. Setelah menikah, abang akan menunggu kamu selesai
sekolah baru kita fokus memikirkan tentang masa depan rumah tangga kita”
“Maafkan Mala
abang.”
“Memangnya kapan
Mala akan lulus?”
“Sepertinya masih
akan lama. Sekitar hampir setahun lagi. Abang tahu kan Mala abis kena musibah
dua bulan lalu?”
“Iya abang tahu.
Tidak apa-apa”
“Disisi lain,
abang harus tahu kalau Mala punya mimpi untuk bisa menjadi seorang pendidik.
Konkretnya belum tergambar dengan jelas saat ini. Aku senang mengajar Bang.
Kemala minta maaf, ini mungkin pesan terakhir Mala. Silahkan jika kelak abang akan
mencari wanita lain, Mala tak ingin menahan abang tanpa sebuah kepastian“
“Baik Mala, jika
demikian Abang hanya bsia mendoakan yang terbaik untukmu. Terima kasih sudah
berterus terang. Semoga kita bisa bertemu jodoh di waktu dan dengan cara
terbaik ya Mala. Assalamu’alaykum”
Percakapan
berhenti sampai disana. Pahit rasanya memutuskan pilihan. Kemala tak kuasa
menahan air matanya. La haula walaa
kuwwata illa billah. Dia hanya bisa berserah kepada pemilik Semesta, untuk
sebuah kelapangan dan kekuatan hati.
Kemala mulai
menyusun rencana demi rencana untuk fokus menyelesaikan penelitiannya juga
rencana publikasi ilmiahnya.
Enam bulan berlalu
dan Mala telah menyelesaikan penelitiannya. Olah data ternyata tidak semudah
yang dibayangkan. Kesana kemari menyambangi teman yang mendalami ilmu
statistika. Tak lupa pula dilengkapi dengan drama revisian yang mandeg karena
dosen pembimbing yang luar biasa sibuknya. Kalau sudah begini, Kemala hanya
bisa berdoa.
Sembilan bulan pun
berlalu. Kemala meyakini bahwa betapa proses tidak akan mengkhianati hasil.
Kemala bersyukur sebab jadwal ujian terbukanya akan dilangsungkan dua pekan
lagi, tepat 11 bulan pasca kejadian naas yang menimpa kaki kanannya.
Hari yang dinanti
pun tiba. Sidang promosi Kemala berjalan lancar. Tamu perlaha meninggalkan
ruang sidang. Seorang pria paruh baya menghampiri Mala.
“Mala anak bapak
yang membanggakan, Selamat yaa nak. Bapak bangga sekali”
“Terima kasih juga
karena bapak tiada henti menyemangati Mala”
Mala memeluk erat
bapaknya.
“Kemala begini.
Tiga pekan lalu ada seorang lelaki yang memintamu menjadi istrinya. Bapak dan
ibu sudah mencari tahu tentang lelaki ini. Kami berdua sudah merestui, tinggal
meminta pendapatmu nak. Dan yang terpenting lelaki ini tidak melarangmu bekerja
selama masih dalam batasan syariat. Maaf bapak baru bilang sekarang karena takut
membuyarkan persiapan ujianmu. Sekarang sekolahmu telah selesai. Bapak rasa
sudah tepat waktunya untukmu menyempurnakan separuh agama”
Kemala menitikkan
air mata, sadar betul kekhawatiran bapak akan anak tengahnya itu yang usianya
kini sudah melewati seperempat abad. “Baik pak,“ Ucap Kemala mantap dibarengi
seulas senyum bahagia.
Sepekan pasca
ujian terbuka Kemala, pertemuan dua keluarga pun dilaksanakan. Kemala cantik
dalam balutan gamis biru berhiaskan permata. Indah namun tidak terlalu mencolok.
Hingga tiba saatnya Kemala maju ke ruang pertemuan keluarga. Malu-malu,
tertunduk ia duduk didampingi ibunya.
“Jadi ini nak Adam
yang berniat melamarmu nak.”
Adam. Nama itu
membuatnya terpaku, dengan memberanikan diri dia mengangkat kepalanya. Matanya berkaca-kaca.
“Abang Adam”
Ucap Kemala terbata-bata.
“Iya Mala. Kali
ini Abang datang lagi. Semoga kamu berkenan menerimaku kali ini”
Kemala tertunduk
malu.
“Bagaimana pak,
bu? Bukankah diamnya seorang wanita adalah berarti Ya?” Tanya bapak Adam
menegaskan.
Bapak Kemala
memandangi wajah putrinya yang tiada berhenti tersenyum.
“Saya rasa pipi
Kemala yang memerah menjadi pertanda berlanjutnya hubungan ini ke tingkat yang
lebih serius” Ucap Bapak Kemala
“A l h a m d u l i
l l l ah” ucap kedua keluarga bersamaan diiringi senyum dan tawa yang tak henti
merekah.
“Alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah yang membayar kesabaranku dengan lebih dari cukup.” ucap
Kemala dalam hati.
Tanpa interaksi
tapi diam-diam memantaskan diri, merayu Ilahi. Akhirnya Kemala mendapatkan lelaki
pujaannya, begitupun Adam. Segalanya menjadi mustahil diawal. Betapa doa dan
kesabaran yang tiada putus mampu menorehkan takdir terindah kepada manusia yang
yakin akan kemurahan Allah. Begitulah Kemala dan kisah Kebebah-nya, Kesabaran
yang Berakhir Bahagia.
“....wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki
yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)....”
sebuah janji Allah dalam quran surah an-nuur ayat 26
----------alhamdulillah tamat---------
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
Tantangan pekan ke-Tujuuuuhhhh
Saya sadar mungkin masih banyak yang berantakan baik
penulisan maupun konten atau alur ceritanya, sebagai pemula sangat memohon
krisannya ^^ terimakasih sudah mampir.
3 komentar
Aaaah so sweet...
BalasHapusJodoh terbaik akan dipertemukan diwaktu terbaik pula
Wuuih Mantap Kakak, keren sekali tulisannya #semangat
BalasHapusaaah so sweet endingnya keren :)
BalasHapus