Tanah yang dirindu
Masa
usia taman kanak-kanak akan sangat sulit ku lupakan. Betapa tidak, menghabiskan
masa kecil sekian tahun di Tana Toraja menyisakan banyak kesan yang manis di hati saya. Maklum,
saat itu belum ada gawai seperti saat ini. Hanya hasil cetak dari kamera tustel
yang itu pun kini sudah mulai luntur dimakan masa. Sisanya terkenang dalam
ingatan yang bisa ku recall kapanpun saya merindukan.
Saya
terkenang pada suatu hari di tahun 1999, pagi itu ketika kota Makale sedang
diguyur gerimis ringan, bapak bersama teman-temannya mengajak ku pergi. Saya
hanya tahu perjalanan itu cukup jauh. Hingga kami tiba ke sebuah kawasan yang
dihiasi banyak miniatur patung kayu juga mulut-mulut gua yang dihiasi banyak
tengkorak, namun ramai dikunjungi orang. Saya menelan ludah, takut dan membatin
“tempat macam apa ini?”. Namun berbeda denganku, bapak dan rekannya
justru sangat antusias menjajaki satu area ke area yang lain. Belakangan ku
ketahui bahwa tempat itu bernama Londa, salah
satu kawasan pekuburan batu yang terletak di Tana Toraja.
Saya melihat batu yang
sangat besar, yang ditengahnya terselip beberapa patung kayu lengkap dengan
bajunya. Ya, mereka menamakan patung kayu tersebut sebagai Tau-Tau. Pembuatan Tau-tau memerlukan
upacara adat dan membutuhkan budget
yang tidak sedikit. Biasanya diimplementasikan oleh masyarakat yang berdarah
bangsawan, sehingga pembuatan Tau-tau bukanlah
sebuah kewajiban bagi masyarakat Tator alias Tana Toraja. Menurut kepercayaan
masyarakat setempat, Tau-tau dibuat
sebagai upaya mereka untuk tetap terhubung dengan mendiang sebab diyakini bahwa
ruh sanak keluarga masih tersimpan disana (1).
credit to here
Selain
Tau-tau, saya dan rombongan bapak
menelusuri gua demi gua. Kita harus menyalakan senter dan sedikit membungkuk
sebab ukuran gua yang sangat kecil untuk ukuran tinggi manusia. Kami lalu
berswafoto bersama, dan menelusuri gua lainnya. Meskipun banyak tengkorak dan akses jalan yang
sulit, para pengunjung tidak patah semangat untuk menelusuri gua yang katanya
memiliki kedalaman hingga 1000 meter ini.
Perlahan
rasa takut ku pun memudar sebab begitu ramai pengunjung berdatangan, meski
rintik-rintik hujan tak berhenti berjatuhan. Jika ada kesempatan ke Toraja,
mungkin saya akan berkunjung kesana lagi. Saya penasaran sudah seperti apa
kenampakannya saat ini. Semoga saya bisa kesana bersama bapak, sosok yang
meredam rasa takut dan menyulam manis kenangan masa kecilku.
taken from here
Referensi
1.
Channel Youtube Susilo Bambang Yudhoyono.
2014. Menjelajahi Aroma Mistis Goa Londa.
https://www.youtube.com/watch?v=FUuDQiqcvsE.
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
Tugas Tantangan pekan ke-6 membuat tulisan feature tentang wisata
Fotonya jadi credit milik orang lain, soalnya foto-foto asli ada di Makassar ^^
0 komentar