Tak seperti “Batu Menangis”

by - 12:37 AM


Gadis itu berjalan memukau setiap pasang mata yang melihatnya
namun tidak dengan wanita yang berjalan dibelakangnya,
 mengundang tanya sebab terlalu berbeda
“Bukan, dia adalah pembantuku. Bukan ibuku” jawab gadis itu
Sang ibu menahan nanar di pelupuk matanya, mengelus dadanya

Begitulah sedikit petikan cerita rakyat dari pulau Kalimantan yang melegenda di tanah air. Batu menangis, sebuah analogi tentang minimnya budi kepada orang tua. Pada akhirnya melahirkan murka Sang Kuasa untuk mengubah gadis cantik jelita menjadi batu yang konon katanya kerap meneteskan air mata. Cerita rakyat itu mungkin dianggap dongeng yang tak teruji kebenarannya. Namun bukankah “perlakuan sang anak berparas ayu dari cerita tersebut” masih ramai dijumpai di zaman milenial hari ini?

credit to here

Kita merenungi kembali betapa kita lahir ke dunia ini dalam keadaan lemah, mata, tanpa pakaian, tak bisa bicara, hanya tangisan yang tak jarang memekakkan telinga. Kita pun lahir dari kepingan-kepingan keringat dan pengorbanan, yang atas izin-Nya bapak berjuang memberi nutrisi terbaik kepada calon ibu, dan ibu menjadi tabah membawa bobot badan yang bertambah jadi dua. Semuanya akan terasa sulit jika bukan karena cinta, betapa kita diharapkan tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang mencintai Tuhannya, syariat agama, bangsa, dan negaranya.
Ketika kedua kaki sudah bisa berlari, mulut sudah pandai merangkai kalimat, dan akal perlahan bisa digunakan, maka semua fungsi organ tersebut tanpa sadar kadang menyakiti hati mereka yang pernah berjuang membesarkan kita. Pada dasarnya mereka tak pernah menuntut balasan berupa materi, namun mengharapkan kita tumbuh dengan budi pekerti yang baik dan tidak pernah menyakiti hati orang lain.
Apabila kesedihan yang kita alami begitu besar durasinya, bisa jadi ada hak keduanya yang belum kita tunaikan. Bakti kedua orang tua dalam Islam memiliki porsi yang besar setelah taat kepada Allah maka cukuplah dalil tersebut menguatkan kita untuk berlomba-lomba terus berbenah menjadi anak yang sholeh atau sholehah yang doanya insyaalllah makbul untuk kedua orang tuanya dan disayang Allah, agar tak hidup menyedihkan dan penuh penyesalan seperti “batu menangis”
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
-tantangan ODOP ke 4

You May Also Like

4 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut