Ramadhan dan Muharram
Tidak
terasa sudah hampir empat bulan kita
berlalu dari bulan yang agung, Ramadhan. Tak lama lagi Muharram, sang pengawal
di tahun hijriyah pun akan berpaling. Banyak suka duka yang terjadi selepas
kepergian Ramadhan, tentang hari kemenangan, hingga sejumlah momen berpulangnya
tokoh-tokoh nasional dan alim ulama tercinta ke –haribaan-Nya. Ya, bagaimana
pun, sedih ataupun senang, semua sementara, semua Allah yang cipta dan memang
hanya kepada-Nya kembalinya kita semua.
pict is taken from here
Lebih
dari sekedar itu, aku saat ini sungguh merindukan bulan Ramadhan yang agung.
Aku merindukan spirit beribadah di dalamnya, meski ku akui kala itu terkadang
uring-uringan pengen masuk lab buat penelitian tapi qadarullah
belum bisa karena luka jahit yang cukup panjang di tangan kananku masih
bahaya dipake nge-lab. Pengen ngetik belum bisa maksimal, sebab masih
kesulitan. Pada akhirnya waktu benar-benar tertuju kepada Ramadhan yang mulia.
Aku merindukan semuanya, mulai pagi hingga berjumpa pagi kembali. Semuanya menenangkan.
Hingga
pada saatnya hari demi hari selepas kepergian Ramadhan dilalui, aku merasakan
ketidakstabilan diri seiring kesehatan demi kesehatan yang Allah kembali
kucurkan padaku. Seharusnya semakin sehat maka semakin semangat pula mendekat
kepada-Nya. Ingin rasanya ku bisa beribadah maksimal, namun segalanya terbentuk
dari sejumlah tanggungjawab yang telah kulewatkan sekian bulan. Ditambah ajakan
demi ajakan untuk menyempurnakan separuh agama yang cukup menyita perhatian.
Belum lagi kerinduan untuk turut serta istiqamah belajar agama dan
mengajarkannya kepada orang lain, sebab ku tahu masa muda tak datang dua kali
dan inilah masa emas.. masa muda.. masa produktif untuk belajar dan mengajarkan
perintah Allah (red: mengisi kajian atau mengajar tahsin), namun semuanya itu
kerap membuatku kelimpungan mengisi 24/7.
yang
dikehendaki oleh Islam adalah sebagian besar waktuku, hampir seluruh hartamu,
dan segarnya Masa Mudamu. Islam menghendaki keseluruhan dirimu. Islam
menghendakimu saat kamu bertenaga bukan saat loyo. Islam menghendaki masa
mudamu, masa kuatmu, dan masa perkasamu, bukan masa rentamu. Islam menghendaki semua yang
terbaik, termulia, dan teragung darimu (disadur dari buku : “Kepada Aktivis
Muslim” – Oleh Dr. Najih Ibrahim)
Pada
akhirnya semuanya bermuara besarnya makna dari perjuangan. Selalu ada pengorbanan yang kita upayakan dari setiap
hal yang kita inginkan, yang kita perjuangkan dalam wujud materi, tenaga, dan
yang paling berharga adalah waktu. Godaan demi godaan kala ramadhan mungkin
tidak begitu besar, sebab kala itu para syaithon dibelenggu. Kini kala
segalanya telah berbeda 360 C, asupan shalat-sabar-ilmu-dzikir-amal sholeh
menjadi sarana untuk senantiasa menguatkan iman menjalani tantangan dan ujian hari
demi hari yang bertaburan. Betul memang kita hidup untuk diuji, tapi yang
terpenting adalah bagaimana kita bisa bertahan ditengah ujian itu. Maka rugilah
kita apabila kita mengandalkan diri sendiri, sebab segala kekuatan adalah
miliknya. Tanpa interaksi dengan-Nya, kejenuhan dan kesedihan tak berujung akan
menyelimuti jiwa. Rasanya kering kerontang tanpa hujan. Maka... jika
ramadhan senantiasa dirindu, mungkin itu pertanda.. kalau Allah rindu ketaatan
dan maskimalnya ibadah kita dahulu. jika ujian datang bertalu-talu, mungkin itu
pertanda untuk kencangkan sabar dan syukur agar taat tak mudah luruh. Semangat
menghidupkan Ramadhan sepanjang tahun.
Sulit
memang. Tapi ada Allah.
Berat
memang. Tapi ini hanya dunia.
Sabar
dan shalat. Sejatinya penolong diantara rumitnya segunung masalah.
Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika
as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii
thorfata ‘ainin Abadan.
“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai
Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku
minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku
sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (Dibaca 1 x saat
dzikir pagi dan petang hari)—credit to: https://rumaysho.com/1636-bacaan-dzikir-pagi.html
4 komentar
Semoga umur kita bisa sampai kepada Ramadhan berikutnya
BalasHapusMantap kak #semangat
BalasHapusSemangat trs kakak
BalasHapussemangat menulis ya, semoga menjadi jalan dakwah...☺☺☺
BalasHapus