Quran dan Kecintaanku pada Musik

by - 12:58 AM



Entah  sudah kali keberapa ku jatuh bangun menghentikan kebiasaan ini. Begitulah iman, naik dan turun.. Begitulah hati, gampang berbolak balik. Maka tiada pernah kita lelah mengucapkan doa yang diajarkan oleh Rasulullah yaitu
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
Dimasa lalu, musik adalah satu hal yang wajib menjadi bagian dari hidupku (diniatkan dibagi untuk menjadi motivasi, bukan untuk membuka aib). Sejak duduk dibangku sekolah dasar, aku memang akrab, sering sekali ikut lomba menyanyi dengan berbagai genre, atau jadi pengisi acara hiburan hingga kelas IX SMP. Sampai-sampai guru vokalku berkata, kamu punya bakat jangan berhenti sampai disini yaa. Hal ini kemudian menjadi suntikan positif untuk terus semangat berlatih dan mengikuti lomba menyanyi hingga kelak dewasa.
Namun segalanya berbeda ketika ku masuk SMA.
aku bertemu dengan komunitas hijrah dan aku merasa sangat ‘bodoh’ terhadapa agama ini (sekarang juga masih T.T), seketika pandanganku berubah. Pada komunitas itu kita tak hanya belajar agama tapi juga belajar mengaji sekaligus dimotivasi untuk menghafalkan alquran, dan bersemangat ber-amar ma’ruf nahi munkar, sebab kita tentu tak ingin bukan masuk syurga sendirian, bukan? Hingga kuperoleh ilmunya bahwa, musik adalah jelas keharamannya, maka jelaslah tak bisa menyatu dengan alquran yang notabene-nya Kalamullah (terkait dalil dan perkataan ulama, butuh penjelasan cukup panjang.. maaf yaa ga aku paparkan disini. Semangat belajar ilmu agama dan mengamalkannya semampu kita :).
“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka menjadi kera dan babi hingga hari kiamat.” HR. Bukhari

Namun perjuangan  untuk meninggalkan musik itu tidak mudah. Jatuh bangun berulang kali, bahkan teman serta lingkungan itu sangat berpengaruh. Apa ya... Ketika kita memutuskan untuk mendengarkan musik, sekali aja, pasti bakalan nagih, nagih, dan nagih. Berawal nyoba dengerin satu lagi, eh lama lama mutar lagu yang lain, eh lama-lama ikutan nyanyi, mulai berkhayal, hingga akhirnya kita ga sadar sedang menikmati sesuatu yang tidak Allah ridhoi.
Apalagi kalau itu lagu galau, ga ada jaminan kita ga bakalan ikutan galau. Hingga pada akhirnya kebiasaan ini menjadi salah satu penyebab kita ‘kurang mampu’ meresapi dan merenungi makna alQuran, juga sulit ‘tuk menghafalkannya. Tanpa kita sadari, kita kehilangan hafalan quran kita satu per satu. Jika bukan lupa ayatnya, lupa makhrajnya, lupa harakatnya, lupa tanda bacanya. Bukankah salah melafadzkan ayat suci alquran berpotensi untuk merubah artinya? wa na’udzubillah. Sebab begitulah.. alquran dan musik tidak bisa berada pada satu hati. Meskipun memang ada alat musik yang diperbolehkan dan itupun pada momen tertentu yang disunnahkan oleh Rasulullah contohnya saja dimainkan ketika pernikahan atau ketika hari raya. Seseorang lalu berdalih, tapi kan musiknya mengiringi shalawat? jadi kan ibadah. Pertanyaannya kemudian, bukankah kita pun juga tetap bisa shalawatan tanpa musik? Bukankah  tanpa musik akan menjadi lebih khusyuk? :) sebab tanpa sadar, kita justru bakalan lebih meresapi musiknya dibanding makna shalawatannya. Dan jika itu adalah ibadah, maka Rasulullah... sahabat-sahabatnya (Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Ab Thalib).. dan ulama yang berada dijalan yang lurus pasti sudah terlebih dahulu mengamalkannya. Bukankah Rasulullah sebaik-baik teladan? bukankah menambah-nambah sesuatu hal yang diklaim sebagai –ibadah-  lalu Rasulullah tak pernah mencontohkan, layaknya menganggap ada yang kurang dari Risalah yang telah dibawa nabi yang mulia? Padahal.. tidaklah Rasulullah wafat melainkan segala sunnah dan risalah  (terkait ibadah) telah disampaikan dengan sempurna dan berlaku hingga akhir zaman, tidak kurang dan tidak juga berlebihan.
Mungkin akan ada yang tidak setuju.
Baiklah..
Aku hanyalah manusia biasa yang berharap bisa dapat masuk syurga bersama orang-orang yang aku sayangi. Sebesar apapun ibadah dan amalan kebaikan yang telah ku lakukan, ku tak tahu apakah  Allah ridho menerima semuanya, sebab kita masuk syurga bukan karena amalan kebaikan yang kita lakukan melainkan karena rahmat Allah. So, satu-satunya jalan untuk ‘mencari muka’ dihadapan Allah adalah tidak pernah berhenti meluruskan niat dan terus bersemangat dalam melakukan hal-hal yang Allah ridhoi, apa yang rasul-Nya sampaikan.
Aku lalu merasa semakin dekat saja dengan ajal, usiaku  sebentar lagi 26. Artinya jatah atau range hidupku ke waktu kematianku akan semakin mendekat. Maka ku merasa, ini bukan saatnya lagi untuk menikmati hal-hal yang bisa melenakan dari mengingat Allah dan kematian. Scrolling feed instagram sampai jemari menjadi panas, sibuk dengan berita viral yang masih abu-abu kebenarannya, sibuk julid hidup orang, sibuk menikmati musik sampai hanya punya waktu sedikit untuk alquran yang notabene semua umat muslim yang beriman serempak berkata bahwa quran adalah pedoman hidupnya. Sebab bagaimana lagi kita berpulang jika amal kita ternyata tak cukup? Kepada siapa kita meminta pertolongan? Tentu mustahil bukan kita meminta untuk dikembalikan ke dunia? Maka inilah saat yang paling pas untuk coba merenungi lagi, sudah sampai mana sebenarnya –hijrah-kita.. jangan-jangan merasa hijrah tapi jalan ditempat. Setiap orang punya pandangan yang berbeda, namun kembali lagi kita takar-takar, apakah hal yang kita perdebatkan ini... punya banyak mudharat atau kebaikan jika dilakukan berulang-ulang? Apakah justru bikin kita lebih dekat sama Allah, lebih membuat hati kita sensitif melakukan hal yang Allah sukai, lebih peka menghindari maksiat demi maksiat yang dunia tawarkan setiap hari? Saya pribadi merasakan musik memberi kebahagiaan sesaat saja, tidak berlangsung lama. Maka dari itu, dari ketidakberkesinambungannya musik dan quran, dari keharamannya, maka saya berjuang saat ini untuk istiqomah meninggalkan segala bentuk syubhat terlebih lagi musik yang sebenar-benarnya. Sebab... aku khawatir meskipun aku sholat, aku mengaji, aku bersedekah, namun kebiasaan menikmati musik akan memangkas amalan-amalan kebaikan itu hingga habis. Sungguh ku tak ingin menjadi orang yang bangkrut diakhirat kelak.
pict sourch here

Aku lalu teringat pada cerita insiratif dari Syaikh Mishari Rasyid Alafasy,  semua pasti pada tahu kan? salah satu qori yang murottalnya tersebar dimana-mana. Masyaallah, semoga beliau selalu dalam penjagaan Allah.
Kisah ini disadur dari  sini (diklik ya) dan pernah dikisahkan kembali oleh ustad Adi hidayat pada salah satu ceramahnya.
Mishary di masa lalu adalah seorang penyanyi. Penyanyi? Ya, penyanyi. Ia memiliki suara yang indah nan merdu. Artis. Suatu kali ia bertemu dengan kawannya. Diingatkanlah Mishary.

"Akhi al-kariem, saudaraku, Anda ini bagaimana? Saya yang dititipkan suara yang tidak sebagus Anda, masih bertanya pada diri saya, bagaimana Allah nanti menghisab suara saya. Karena itu saya gunakan untuk baca Alquran."

Lalu ia bicara lagi, "Anda yang dititipkan suara bagus, kenapa tidak digunakan baca Alquran? Memberikan hidayah orang lain lewat Anda. Anda akan ditanya Allah!"

Seketika, pria kelahiran 5 September 1976 itu jatuh tersungkur. Ia menangis menyesali apa yang dilakukan selama ini. Sejak itu ia berjanji menggunakan suaranya untuk menyuarakan kebaikan. Menghafal Alquran dan Allah berikan taufik dan kemudahan kepadanya.

Jika kita lihat sekarang, Syaikh Misyari juga tetap bernasyid meski demikian tanpa iringan musik. Sejumlah nasyidnya berisi puji-pujian kepada Allah, kepada Rasulullah, juga kepada sahabat yakni Umar bin Khattab. Maka demikian alangkah aneh rasanya, apabila sejumlah nasyid populer beliau yang masyaallah, lalu di-­cover kembali dengan sejumlah instrumen musik. jadi sedih sekali......

Oleh karena itu, ku berdoa semoga Allah senantiasa menjaga kita semua dari fitnah akhir zaman. Semoga kita terus berjuang menjadi pribadi yang lebih baik dibanding hari kemarin. Pribadi yang berusaha sami’na wa atho’na, dengar dan taat terhadap perintah Allah dan risalah Rasulullah meski harus tertatih-tatih, negsot-ngesot, jatuh bangun. Mungkin Allah ingin lihat perjuangan kita, ingat melihat kesungguhan kita. Bukankah belum dikatakan beriman kalau kita belum diuji ? (QS: Al Ankabuut:2) Maka betapa pentingnya menuntut ilmu agama.. betapa pentingnya berteman atau berada pada komunitas orang-orang yang sholeh, sehingga ada yang bisa mengingatkan dan menguatkan kita. Bukankah setan lebih mudah merecoki niat dan iman kita kala kita bersendirian? Tetap semangat..sedikit demi sedikit meninggalkan musik, ga ada satupun yang bilang itu mudah terlebih bagi mereka yang sudah kecanduan. Tapi karena pembuktian cintanya kepada Allah dan syariat nabi.. besarnya keinginannya menjadi orang yang beruntung diakhirat kelak dengan tabungan amalan kebaikannya yang sangat berat, maka rasanya itu cukup untuk memotivasi agar kita menjadi lebih baik dan mulai mengakrabkan diri dengan quran, perlahan-lahan.. baik dalam ucapakn terlebih dalam tindakan.
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost

You May Also Like

11 komentar

  1. aamiin semoga kita semua bisa masuk syurga.

    BalasHapus
  2. Masya Allah, terima kasih ka ilmunya...
    Iya, hijrah sendirian itu tidak enak, cepat sekali goyah, dan sulit tuk istiqomah...

    BalasHapus
  3. Masya Allah, terima kasih ka ilmunya...
    Iya, hijrah sendirian itu tidak enak, cepat sekali goyah, dan sulit tuk istiqomah...

    BalasHapus
  4. Semoga istiqomah selalu ya kakak 🤗

    BalasHapus
  5. Masyaallah, bagus tulisannya....😊😊😊

    BalasHapus
  6. Mba huruf kapitalnya coba diedit lagi :) .
    Kontennya keren mbaa. MasyaAllah.

    BalasHapus

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut