Menulis: Berlatih Selipkan Nyawa di Setiap Torehan Kata

by - 11:45 PM

Setiap orang itu sebenarnya bisa menulis, contoh paling sederhana adalah menulis status entah di wh*tsapp atau inst*gram story. Beragam pula konten yang dibagikan mulai dari nasihat hingga kesedihan yang mendalam. Mungkin itu salah satu cara mereka untuk menemukan kelegaan, dari beragam ujian hidup yang tengah atau telah dilewati yes... dengan menulis. Mereka mampu merangkai kata demi kata, yang mungkin sedikit banyak telah di-screenshoot banyak pasang mata untuk dijadikan pemberi semangat atau bahkan sekedar dianggap mampu mewakili “perasaan”. Pada dasarnya mereka bisa menulis, bukan?
Sedangkan diriku, mungkin bukan sekedar status yang bisa hilang dalam hitungan waktu yang singkat. Menulis bagai kanvas putih tempat membagikan beragam peristiwa yang telah ku dilalui. Tanpa sadar telah menjadi teman setia yang merekam sedikit banyak tumbuh kembang sejak berusia belia hingga detik ini ketika usiaku telah melewati ¼ abad. Segala persepsi yang hadir dari sekian peristiwa yang dilalui bermula dari buku harian (anak-anak  line usia 80-an akhir hingga 90-an awal pasti akrab dengan buku harian) yang terarsip manis dengan jumlah yang tidak sedikit. Segala ketakutan, kecemasan, bahagia, hingga kekecewaan tertulis didalam buku harian dengan kalimat yang apa adanya, mengalir begitu saja. Ini adalah asal mula mengapa diriku begitu lekat dengan tulisan non fiksi. Kebiasaan untuk menuangkan segala yang dialami, diamati, didengarkan mungkin juga yang membuatku nyaman ketika memberanikan diri mendaftar sebagai reporter pers sekolah ketika berada di bangku SMA. Mewawancarai bapak dan ibu guru, kepala sekolah dan sejumlah mahasiswa hingga tokoh berprestasi kala itu bagai menjadi candu yang tidak hanya mengasah logika berpikir bermodalkan 5W+1H, namun mengajarkanku untuk menulis kalimat demi kalimat berbasis apa yang disampaikan narasumber. Tidak ditambah dan tidak pula dikurangi. ya.. belajar tentang kejujuran dan integritas.

picture is taken from here

Hingga hari ini, tulisan non fiksi rasanya amat sangat sering menjadi media bagiku untuk belajar berkontribusi menjadi manusia yang lebih bermanfaat. Bagiku ya, orang lain bisa jadi beda hehe. Dibangku kuliah aku tertantang untuk menguraikan hasil penelitian yang terdiri atas beragam bahasa ilmiah yang sulit dipahami menjadi tulisan singkat, to do point dan bisa dipahami banyak orang, misalnya dengan mengirimkan naskah tulisan dibeberapa media berita online maupun offline. Pada lingkup komunitas dan dunia ke-volunteer-an, aku selalu ditugaskan menulis live report kegiatan organisasi di web organisasi, dan aku menikmatinya. Pada lingkup organisasi keagamaan, aku selalu senang apabila ditugaskan menulis tauziah islami kepada khalayak yang kontennya merujuk pada alquran dan sunnah, dan aku menikmati.. juga mensyukurinya.
Pada akhirnya aku tumbuh menjadi seseorang yang terbiasa menulis sesuatu yang berbasis pada kenyataan. Setelah merenungi apa yang sebagian besar telah aku lalui di masa-masa kecil hingga masa sekolahku, rasanya aku ingin tetap berkonsentrasi meninggalkan jejak tulisanku dalam ranah tulisan non fiksi untuk jangka yang sangat panjang.  Suatu hari nanti, ingin rasanya bisa mempunyai buku sendiri yang merangkum sejumlah hasil-hasil penelitian yang bersumber dari jurnal ilmiah bereputasi (dengan topik spesifik) agar dapat membuka wawasan masyarakat tentang kemajuan ilmu pengetahuan terkini. Suatu hari nanti, ingin rasanya dapat menghibur hati mereka yang bersedih, ingin rasanya dapat mengambil peran dalam menemani langkah hijrah seseorang yang ku wujudkan lewat buku ku sendiri.
Iya, semuanya baru sekedar ‘ingin’. Tapi aku sungguh berharap suatu hari nanti semua ini bisa menjadi kenyataan sebelum ku berpulang kepada Sang Pencipta, yang menjadi tuju dari segala tulisan yang ku ukir, yang menghendaki setiap kata-kata yang kurangkai seolah memiliki nyawa pada sejumlah orang (pembaca tertentu. red: mungkin jodoh dari tulisanku hehehe) yang membacanya.  Sebab, apalah arti jika yang ku ukir itu hanya untuk memuaskan manusia semata, durasinya “sangat sementara”. Beda cerita jika setiap tulisan sejak awal memang kita niatkan lillah, sehingga kebermanfaatannya senantiasa menjadi bonus yang insyaallah bisa dirasakan oleh pembaca setia, jodoh dari tulisan-tulisan kita bahkan hingga jangka waktu yang lama, menembus generasi demi generasi, menjadi calon ladang pahala dan amal jariyah jangka panjang.  Setiap orang yang berubah menjadi lebih baik, lebih dekat kepada Sang pencipta, bertambah pengetahuannya setelah membaca tulisan kita... bukankah menjadi wujud kontribusi nyata yang berpotensi memiliki poin tambahan, tak hanya dimata-Nya tapi juga ciptaan-Nya?
 Jadi, mau menulis apapun... itu adalah pilihan setiap orang. Namun alangkah bijaknya, apabila apa yang kita pilih dapat mendongkrak amalan kebaikan kita kelak di akhirat yakni tempat dimana segalanya akan dipertanggungjawabkan, termasuk segenap kata-kata yang kita rangkai. Semoga lelah-lelah kita menulis memang benar untuk keabadian. Ya, keabadian yang semoga kelak melahirkan -banyak sekali pahala- (aamiin) lewat torehan ajakan demi ajakan kepada kebaikan, mencegah kepada kemungkaran, serta menambah wawasan segenap insan.


#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
mohon masukannya ya kak, :)
terima kasih sudah sudi berkunjung, #MakeProgressThroughPracticeAndPatience

You May Also Like

7 komentar

  1. Betul sekali kak. Semoga apa yang kita tulis senantiasa berbuah pahala

    Aamiin

    BalasHapus
  2. Aamiin ya Allah, semoga impian kakak bisa terwujud🙏 one of my dream too, membuat buku yang bisa membersamai seseorang dalam hijrahnya, semoga Allah mempermudah mimpi-mimpi kita semua😄

    BalasHapus
  3. Semangat menebar kebaikan. Semoga mimpi menerbitkan buku penuh manfaatnya segera terwujud. Semangat terus, karena apapun memang dimulai dari ingin (niat, mimpi, etc), bukan? 💪

    BalasHapus
  4. semoga tercapai cita-citanya bisa nerbitkan buku sendiri..Aamiin

    BalasHapus
  5. Ditunggu karyanya. Berkabar ya. Biar saya bisa baca juga. :)

    Aoikinawa.blogspot.com

    BalasHapus
  6. Bermanfaat melalui tulisan

    Semangaatt...

    BalasHapus

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut