Jangan Menunggu Sempurna

by - 6:49 PM


Ketika bangun hingga tidur  kembali, disekeliling kita bahkan yang menjadi perbincangan skala nasional pun tak pernah absen dari isu penyimpangan agama misalnya saja muslim tapi tidak shalat lima waktu, muslim tapi tidak (belum berhijab), tidak sopan kepada orang tua, lelaki yang menyerupai perempuan (begitu pun yang sebaliknya), hingga yang nyaris pada perkara yang mengeluarkan sesorang dari agama Islam contohnya menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya.

picture credit to here

Bagi mahasiswa biasa yang notabene-nya hanya masyarakat biasa, kita bisa saja berkeluh kesah kenapa semakin mendekati kiamat malah kejahatan dan penyimpangan agama semakin bertebaran dimana-mana, belum lagi ketidakrukunan sesama muslim. Tetiba kita rindu akan Islam yang harmonis oleh para pemeluknya. Namun yang terjadi ada raut-raut kesedihan ketika kita melihat sesama muslim yang saling menyakiti.
Selain sebagai pertanda datangnya akhir zaman, penyimpangan yang berseliweran di bumi ini bisa jadi pertanda tidak turunnya orang-orang berilmu untuk menyampaikan kebenaran dan mencegah keburukan. Maka jadilah kebodohan akan perkara agama ini menyebar begitu luas.
Dari  Anas bin Malik (seorang sahabat: sahabat adalah penisbatan kepada orang yang hidup dan mati dalam keadaan muslim, bertemu pada Rasulullah, hidup dimasa Alquran turun; termasuk generasi terbaik), beliau mengatakan pada Qotadah bahwa “Sungguh aku akan memberitahukan pada kalian suatu hadits yang tak pernah kalian dengar dari orang-orang setelahku.
Anas bin Malik kemudian mengatakan:
 Di antara tanda-tanda hari kiamat adalah sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, merebaknya perzinaan, wanita akan semakin banyak dan pria akan semakin sedikit, sampai-sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50 wanita (karena kejahilan orang itu terhadap ilmu agama). (HR. Bukhari)
Namun disisi lain, kita pun melihat euforia kaum muslimin yang berbondong-bondong untuk hijrah dan memperbaiki diri  menjadi lebih baik serta dekat dengan pencipta-Nya. Sejumlah kajian dan taklim di berbagai tempat marak diselenggarakan sebagai wadah kaum muslimin untuk  memperdalam ilmu agama, memperbaharui semangat iman dan ketaatan kepada Allah, kecintaan kepada Rasulullah, sebab berada pada komunitas yang saling mengingatkan dalam kebaikan.
Melihat penyimpangan demi penyimpangan yang mengiris hati, perlahan akan muncul kerisauan bagi mereka yang belajar agama untuk mengajarkan apa yang telah dipelajarinya. Namun tentu saja dibutuhkan kesantunan dan kelembutan dalam menyampaikannya, sehingga tidak menimbulkan sakit dihati bagi orang yang dinasehati yang berimbas pada munculnya phobia terhadap seruan kebaikan. Tentu hal ini perlu didukung juga dengan akhlak yang baik, sebab akhlak yang baik adalah percerminan dari agama ini.
Klaim ‘ilmu yang masih sedikit’ , “akhlak yang masih amburadul” menjadi sejumlah kecil kerikil dalam menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran yang terjadi didepan mata. Padahal Rasulullah bersabda, yang dinarasikan oleh sahabatnya yakni ‘Abdullah bin ‘Amr, dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa:
“sampaikanlah dariku walau satu ayat”
Kondisi iman saudara kita hari ini layaknya memotivasi kita untuk turut serta menyampaikan perintah agama. Mungkin hari ini kondisi kita belum memiliki ilmu yang banyak, masih sedang belajar. Namun hendaknya kita turut ambil peran dalam memperbaiki generasi dengan menyampaikan apa yang telah kita pahami dan berusaha agar kita menjadi yang pertama kali dalam mengamalkan, meskipun kita merasa ilmu kita belum banyak. Beberapa contohnya, menasehati teman tentang adab-adab seorang anak kepada orang tuanya, nasehat untuk  melaksanakan shalat lima waktu berjamaah dengan mengiming-imingi pahala berlimpah dan syurga yang luasnya seluas langt dan bumi, menasehati tentang wajibnya perintah berhijab bagi seorang muslimah. Ketiganya adalah contoh kecil yang tentu saja termaktub dalam alQur’an dan assunnah, yang tentu bisa kita coba implementasikan kepada saudara  kita yang masih belum mengilmuinya dengan pendekatan-pendekatan tertentu.
Hal yang terpenting adalah mari kita sama-sama semangat belajar ilmu agama dengan meluruskan niat kita, mencari tempat belajar agama yang berlandaskan alQuran dan assunnah (sebab keduanya adalah pedoman hidup kita untuk sukses di akhirat), juga semangat mengamalkan dan mengajarkannya mulai dari diri sendiri, orang terdekat juga masyarakat luas. Sebab, apabila kita menunggu ilmu agama kita banyak..baru ingin menyebarkan seruan kebaikan... apabila kita menunggu akhlak kita sempurna,   bisa jadi kita tidak akan pernah memulainya, apalagi kesibukan duniawi kita banyak dan usia kita terbatas. Bukankah tidak ada sebaik-baik penolong kala nyawa telah dicabut melainkan amal jariyah? Perlahan-lahan dengan usaha yang tiada berhenti ditengah banyaknya cemohan dan doa yang tiada putus, insyaallah kita turut berkontribusi dalam menekan menyebarnya kemaksiatan dilngkungan hingga di negeri kita. Semoga ada yang dapat menjemput hidayah melalui perantara diri kita. Maka cukuplah hadist berikut untuk menyemangati kita. Tetap semangat lillahi taala.
Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

  #ODOPBatch7
#OneDayOnePost


You May Also Like

1 komentar

  1. semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat :)

    semangat menulis :)
    mampir ke blog saya ya jangan lupa follow hehehee..

    sudah bagus nih blognyaaa :)

    BalasHapus

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut