Jangan Menunggu Sempurna
Ketika
bangun hingga tidur kembali,
disekeliling kita bahkan yang menjadi perbincangan skala nasional pun tak pernah
absen dari isu penyimpangan agama misalnya saja muslim tapi tidak shalat lima
waktu, muslim tapi tidak (belum berhijab), tidak sopan kepada orang tua, lelaki
yang menyerupai perempuan (begitu pun yang sebaliknya), hingga yang nyaris pada
perkara yang mengeluarkan sesorang dari agama Islam contohnya menyekutukan
Allah dalam beribadah kepada-Nya.
picture credit to here
Bagi
mahasiswa biasa yang notabene-nya
hanya masyarakat biasa, kita bisa saja berkeluh kesah kenapa semakin mendekati
kiamat malah kejahatan dan penyimpangan agama semakin bertebaran dimana-mana,
belum lagi ketidakrukunan sesama muslim. Tetiba kita rindu akan Islam yang
harmonis oleh para pemeluknya. Namun yang terjadi ada raut-raut kesedihan
ketika kita melihat sesama muslim yang saling menyakiti.
Selain
sebagai pertanda datangnya akhir zaman, penyimpangan yang berseliweran di bumi
ini bisa jadi pertanda tidak turunnya orang-orang berilmu untuk menyampaikan
kebenaran dan mencegah keburukan. Maka jadilah kebodohan akan perkara agama ini
menyebar begitu luas.
Dari Anas bin Malik (seorang sahabat: sahabat
adalah penisbatan kepada orang yang hidup dan mati dalam keadaan muslim,
bertemu pada Rasulullah, hidup dimasa Alquran turun; termasuk generasi terbaik),
beliau mengatakan pada Qotadah bahwa “Sungguh
aku akan memberitahukan pada kalian suatu hadits yang tak pernah kalian dengar
dari orang-orang setelahku.
Anas bin Malik
kemudian mengatakan:
“Di
antara tanda-tanda hari kiamat adalah sedikitnya ilmu dan tersebarnya
kebodohan, merebaknya perzinaan, wanita akan semakin banyak dan pria akan
semakin sedikit, sampai-sampai salah seorang pria bisa mengurus (menikahi) 50
wanita (karena kejahilan orang itu terhadap ilmu agama). (HR. Bukhari)
Namun disisi lain, kita
pun melihat euforia kaum muslimin yang berbondong-bondong untuk hijrah dan
memperbaiki diri menjadi lebih baik
serta dekat dengan pencipta-Nya. Sejumlah kajian dan taklim di berbagai tempat
marak diselenggarakan sebagai wadah kaum muslimin untuk memperdalam ilmu agama, memperbaharui
semangat iman dan ketaatan kepada Allah, kecintaan kepada Rasulullah, sebab
berada pada komunitas yang saling mengingatkan dalam kebaikan.
Melihat penyimpangan
demi penyimpangan yang mengiris hati, perlahan akan muncul kerisauan bagi
mereka yang belajar agama untuk mengajarkan apa yang telah dipelajarinya. Namun
tentu saja dibutuhkan kesantunan dan kelembutan dalam menyampaikannya, sehingga
tidak menimbulkan sakit dihati bagi orang yang dinasehati yang berimbas pada
munculnya phobia terhadap seruan kebaikan. Tentu hal ini perlu didukung juga
dengan akhlak yang baik, sebab akhlak yang baik adalah percerminan dari agama
ini.
Klaim ‘ilmu yang masih
sedikit’ , “akhlak yang masih amburadul” menjadi sejumlah kecil kerikil dalam
menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran yang terjadi didepan mata. Padahal
Rasulullah bersabda, yang dinarasikan oleh sahabatnya yakni ‘Abdullah bin ‘Amr,
dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa:
“sampaikanlah dariku
walau satu ayat”
Kondisi iman saudara
kita hari ini layaknya memotivasi kita untuk turut serta menyampaikan perintah
agama. Mungkin hari ini kondisi kita belum memiliki ilmu yang banyak, masih
sedang belajar. Namun hendaknya kita turut ambil peran dalam memperbaiki
generasi dengan menyampaikan apa yang telah kita pahami dan berusaha agar kita
menjadi yang pertama kali dalam mengamalkan, meskipun kita merasa ilmu kita
belum banyak. Beberapa contohnya, menasehati teman tentang adab-adab seorang
anak kepada orang tuanya, nasehat untuk
melaksanakan shalat lima waktu berjamaah dengan mengiming-imingi pahala
berlimpah dan syurga yang luasnya seluas langt dan bumi, menasehati tentang
wajibnya perintah berhijab bagi seorang muslimah. Ketiganya adalah contoh kecil
yang tentu saja termaktub dalam alQur’an dan assunnah, yang tentu bisa kita
coba implementasikan kepada saudara kita
yang masih belum mengilmuinya dengan pendekatan-pendekatan tertentu.
Hal yang terpenting
adalah mari kita sama-sama semangat belajar ilmu agama dengan meluruskan niat
kita, mencari tempat belajar agama yang berlandaskan alQuran dan assunnah (sebab
keduanya adalah pedoman hidup kita untuk sukses di akhirat), juga semangat
mengamalkan dan mengajarkannya mulai dari diri sendiri, orang terdekat juga
masyarakat luas. Sebab, apabila kita menunggu ilmu agama kita banyak..baru ingin menyebarkan seruan kebaikan... apabila kita menunggu akhlak kita sempurna, bisa jadi kita tidak akan pernah memulainya, apalagi kesibukan duniawi kita banyak dan usia kita terbatas. Bukankah tidak ada sebaik-baik penolong kala nyawa telah dicabut melainkan amal jariyah? Perlahan-lahan dengan usaha yang tiada berhenti ditengah
banyaknya cemohan dan doa yang tiada putus, insyaallah kita turut berkontribusi
dalam menekan menyebarnya kemaksiatan dilngkungan hingga di negeri kita. Semoga
ada yang dapat menjemput hidayah melalui perantara diri kita. Maka cukuplah
hadist berikut untuk menyemangati kita. Tetap semangat lillahi taala.
Abu
Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
1 komentar
semoga kita menjadi manusia yang bermanfaat :)
BalasHapussemangat menulis :)
mampir ke blog saya ya jangan lupa follow hehehee..
sudah bagus nih blognyaaa :)