[Book Review ke- 6 ] “Aktivis Dakwah Baper”: Menyelami Makna Perjuangan yang Mulia

by - 2:52 AM


Identitas buku
Judul               : Aktivis Dakwah Baper: Bawa Perasaan Menuju Perubahan
Penulis            : Fauziah Ramdhani       (IG: @zhefauziah)
Penerbit          : AE Press
Tahun terbit    : 2019
Tema               : Religi

Picture is taken from here

Jumlah halaman  : 106
Harga                  :
Rp 50,000- sebagian didonasikan untuk aktivitas dakwah nusantara
ISBN                    : 978-623-7286-05-9

Evaluasi buku             
Buku ini adalah buku kedua dari penulis yang dicetak oleh penerbit indie. Buku ini ditulis sebagai bentuk keprihatinan akan melemahnya semangat para aktivis dakwah dalam mengemban amanah yang sejumlah penyebabnya diulas dalam buku ini. Tidak hanya menjabarkan penyebab memudarnya semangat, namun memberi pemahaman tentang tujuan mulia dalam menyerukan kebaikan dan memerangi kemaksiatan dalam agama ini, serta sejumlah solusi yang dapat menjadi bahan refleksi diri agar tetap istiqomah di jalan perjuangan.
Aktivis dakwah adalah mereka yang tersentuh hatinya (atas izin Allah) untuk melakukan perbaikan pada problematika ummat yang dimulai dari lingkup terdekatnya. Upaya perbaikan ini ditelurkan dalam sejumlah program kerja dari yang simpel hingga yang bersifat akbar, secara kontinyu dan tujuannya satu: Mendekatkan kembali umat islam kepada al-Quran dan sunnah, yang ditandai dengan adanya semangat umat islam untuk belajar agama, mengamalkannya, dan berusaha mengajak orang disekitarnya untuk mengikuti jalan serupa. Sebab diyakini bahwa, beragam problematika ummat yang terjadi disebabkan karena umat islam jauh dari pedoman hidupnya yakni Quran dan sunnah Rasulullah.
Perbaikan itu bisa saja dimulai secara menyeluruh dari lingkup pemerintahan namun akan menjadi lebih bijak dan dapat diperoleh hasil yang maksimal apabila perbaikan umat dimulai dari lingkup yang paling kecil keluarga, masyarakat, hingga lingkaran yang lebih luas lagi. Hal ini dipaparkan dalam  subbab Tugas dan Tanggungjawab Muslim.
Hal menarik  bahwa ungkapan saya tidak ingin jadi aktivis dakwah dulu karena ilmu saya masih sedikit dan saya belum mengamalkan. Padahal ini bisa jadi was-was syaithon yang mencegah kita untuk belajar agama, semangat mengamalkan, semangat mengajarkannya sebagai bekal pahala jariyah untuk ditimbang di akhirat kelak. Yes, sebab Dunya is temporary. Jika menunggu segalanya sempurna, maka siapakah yang akan memperbaiki ummat ini? Maka terus belajar, berdoa, sambil memperbaiki diri menjadi solusi yang ditawarkan oleh penulis.
Para pejuang dakwah dikatakan mengemban tugas mulia sebab mereka sedang “melakoni”  pekerjaan nabi dan Rasul, yakni beramal ma’ruf nahi munkar. Sehingga apapun profesi kita, mari tetap ambil bagian dalam mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemaksiatan, meski dengan cara sederhana sebagai bentuk cinta kita kepada agama, rasulullah, ummat misalnya saja, membangunkan shalat subuh. Hal ini diulas dalam sub bab Menjemput Seruan Dakwah
Namun menyeru kebaikan akan fatal akibatnya jika tanpa ilmu. Bisa saja ada semangat yang besar tapi kasar dalam menyampaikan, sebab tidak mengilmui cara dan adab dalam menasehati orang lain. Jika tanpa ilmu, maka besar peluang kebodohan-lah yang akan tersampaikan kepada orang lain. Wana’udzubillah. Maka subbab Tarbiyah dan Dakwah hadir dan menjabarkan betapa pentingnya belajar agama islam secara kontinyu dari dasar hingga yang kompleks sebagai asupan ruhiyah sekaligus -bahan- yang dijadikan para aktivis dalam mendekatkan kembali ummat ini kepada Allah. Ya, keduanya tak dapat dipisahkan.

taken from here

Buku ini menjabarkan bahwa keputusan untuk menjadi aktivis dakwah jelas akan meminta waktu, tenaga, mungkin juga harta yang kita miliki, dan meyakini bahwa Allah sebaik-baik pemberi balasan di dunia dan akhirat. Namun tidak sedikit juga yang pada akhirnya berguguran dari medan dakwah sehingga menelurkan kalimat berikut:

terlalu banyak aktivitas hari-hari yang menyita waktu dan pikiran, apalagi untuk memikirkan urusan dakwah, tidak ada waktu”

Namun ada nasehat yang menguatkan penulis kala mendengar kalimat diatas yaitu,
“dakwah bukanlah aktivitas yang bisa dikerjakan saat engkau lapang dan bisa kau tinggalkan saat rutinitas duniamu semakin banyak. Amal islami terlalu agung untuk diperlakukan seperti itu”

Lebih dari itu penulis menguraikan sejumlah faktor penyebab mundurnya seseorang dari medan dakwah serta cobaan demi cobaan dunia yang menyerang para pejuang seruan kebaikan ini, yang diulas dalam sub bab Separuh Nafas, Setengah hati. Melalui sub bab ini dipaparkan betapa baper (bawa perasaan) adalah hal yang wajar apabila dialami aktivis dakwah. Entah baper konflik internal maupun eksternal dari lingkungan dakwah itu sendiri yang pada akhirnya tidak jarang menyebabkan satu persatu pejuang memilih “hengkang”. Baper dianggap manusiawi namun bagi penulis, poin pentingnya adalah me-muhasabah kembali niat kita. Jika benar seruan kebaikan ini untuk kemaslahatan ummat maka mengapa harus bawa perasaan? Dakwah para nabi dan rasul seharusnya secara manusiawi lebih membuat mereka tersakiti. Jika bukan karena lillah, mugkin saja mereka telah jauh pergi dari jalan dakwah ini.
Poin penting lainnya setelah membahas ke-baper-an tersebut maka penulis mengajak pembaca untuk menyelami baper yang lain yaitu, bawa perubahan. Perlu diselami lagi bahwa agar tugas amar ma’ruf nahi munkar ini bisa mencapai kesuksesan, maka sangat penting untuk tidak menyepelekan Manajemen dakwah. Konten ini memiliki sub bab tersendiri dan menjabarkan betapa urgent-nya dalam menopang kegiatan dakwah misalnya saja, membagi peran sesuai potensi. Ada yang bertugas sebagai layouter karena punya keterampilan disana, dan lain sebagainya. Tentu yang terpenting setelahnya adalah Totalitas dalam tim­-yang juga memiliki sub bab tersendiri. Buku ini ditutup dengan sebuah quote: Tiada kesabaran yang sia-sia dalam dakwah. Ya, betapa hasil kesabaran itu sudah kita saksikan dalam rentetan janji Allah yang termaktub dalam Quran juga al hadist, yang bisa dipanen di dunia juga diakhirat, kapan pun Allah berkehendak.
Quotes favorit             
“Jika dalam pekerjaan dan kuliah engkau mampu tekun dan profesional, mengapa tidak kau lakukan dengan amanah dakwahmu”
.
“Jika sakit hati adalah jawaban yang membuatmu mundur berjuang, bermuhasabahlah.. jeda sejenak”
.
“Semangatmu dalam dakwah sungguh harus kau topang dengan semangatmu beribadah, bermuhasabah, dan menuntut ilmu. Jika tidak, boleh jadi kau akan patah”
Latar belakang penulis    
Penulis adalah seorang aktivis dakwah yang memang senang menulis baik essai, motivasi, hingga puisi. Saya  hanya mengenal beliau dari panggung ke panggung, betapa berkorbarnya semangatnya dalam menyerukan kebaikan kepada saudara seiman. Hal yang saya senangi adalah bahwa dia tidak hanya unggul sebagai da’iyah namun juga dalam bidang akademik, dimana aktivitasnya sebagai da’iyah, dosen, bahkan fotografer bisa berjalan beriringan.
Pesan / amanat          
Surga terlalu luas untuk dimasuki seorang diri, dan kita tak bisa mengandalkan amalan kebaikan kita saja untuk masuk surga Allah apalagi dengan usia kita yang pendek ini, maka mengajak orang lain kepada kebaikan jelas memiliki potensi amal jariyah yang besar.
Kekurangan buku      
Secara jujur saya mengakui bahwa buku ini sepertinya masih membutuhkan proses penyuntingan lebih lanjut, sebab typo masih ditemukan dalam sejumlah kalimat.
Kelebihan buku         
Buku ini saya pikir sangat direkomendasikan bagi para aktivis dakwah, sebagai bentuk refleksi diri juga niat agar yang jenuh dapat semangat kembali, agar yang semangat menjadi tambah semangat. Namun tentu tak kalah recommended, bagi pembaca dari kalangan umum sebab penulis seperti mengajak pembaca untuk menyelami sejumlah kisah para pejuang dakwah dizaman Islam jaya terdahulu, penyebab kegagalannya, serta bagaimana menjadi manusia yang gemar melakukan perbaikan tak hanya bagi diri sendiri tapi juga untuk orang lain, tentu dengan niat lillah.

Selamat membaca!
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost

Untuk review buku lainnya : Bisa klik disini ya. : )

You May Also Like

5 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut