[Book Review ke- 6 ] “Aktivis Dakwah Baper”: Menyelami Makna Perjuangan yang Mulia
Identitas buku
Judul :
Aktivis Dakwah Baper: Bawa Perasaan Menuju Perubahan
Penulis :
Fauziah Ramdhani (IG: @zhefauziah)
Penerbit : AE Press
Tahun
terbit : 2019
Tema :
Religi
Picture is taken from here
Jumlah halaman : 106
Harga :
Rp 50,000- sebagian didonasikan untuk aktivitas dakwah
nusantara
ISBN :
978-623-7286-05-9
Evaluasi buku
Buku ini adalah buku
kedua dari penulis yang dicetak oleh penerbit indie. Buku ini ditulis sebagai
bentuk keprihatinan akan melemahnya semangat para aktivis dakwah dalam
mengemban amanah yang sejumlah penyebabnya diulas dalam buku ini. Tidak hanya
menjabarkan penyebab memudarnya semangat, namun memberi pemahaman tentang
tujuan mulia dalam menyerukan kebaikan dan memerangi kemaksiatan dalam agama
ini, serta sejumlah solusi yang dapat menjadi bahan refleksi diri agar tetap
istiqomah di jalan perjuangan.
Aktivis dakwah adalah
mereka yang tersentuh hatinya (atas izin Allah) untuk melakukan perbaikan pada
problematika ummat yang dimulai dari lingkup terdekatnya. Upaya perbaikan ini
ditelurkan dalam sejumlah program kerja dari yang simpel hingga yang bersifat
akbar, secara kontinyu dan tujuannya satu: Mendekatkan kembali umat islam
kepada al-Quran dan sunnah, yang ditandai dengan adanya semangat umat islam
untuk belajar agama, mengamalkannya, dan berusaha mengajak orang disekitarnya untuk
mengikuti jalan serupa. Sebab diyakini bahwa, beragam problematika ummat yang
terjadi disebabkan karena umat islam jauh dari pedoman hidupnya yakni Quran dan
sunnah Rasulullah.
Perbaikan itu bisa saja
dimulai secara menyeluruh dari lingkup pemerintahan namun akan menjadi lebih
bijak dan dapat diperoleh hasil yang maksimal apabila perbaikan umat dimulai
dari lingkup yang paling kecil keluarga, masyarakat, hingga lingkaran yang
lebih luas lagi. Hal ini dipaparkan dalam
subbab Tugas dan Tanggungjawab Muslim.
Hal menarik bahwa ungkapan saya tidak ingin jadi aktivis dakwah dulu karena ilmu saya masih
sedikit dan saya belum mengamalkan. Padahal ini bisa jadi was-was syaithon
yang mencegah kita untuk belajar agama, semangat mengamalkan, semangat mengajarkannya
sebagai bekal pahala jariyah untuk ditimbang di akhirat kelak. Yes, sebab Dunya is temporary. Jika menunggu
segalanya sempurna, maka siapakah yang akan memperbaiki ummat ini? Maka terus
belajar, berdoa, sambil memperbaiki diri menjadi solusi yang ditawarkan oleh
penulis.
Para pejuang dakwah
dikatakan mengemban tugas mulia sebab mereka sedang “melakoni” pekerjaan nabi dan Rasul, yakni beramal ma’ruf nahi munkar. Sehingga
apapun profesi kita, mari tetap ambil bagian dalam mengajak kepada kebaikan dan
mencegah kemaksiatan, meski dengan cara sederhana sebagai bentuk cinta kita
kepada agama, rasulullah, ummat misalnya saja, membangunkan shalat subuh. Hal
ini diulas dalam sub bab Menjemput Seruan Dakwah
Namun menyeru kebaikan akan fatal akibatnya jika tanpa
ilmu. Bisa saja ada semangat yang besar tapi kasar dalam menyampaikan, sebab
tidak mengilmui cara dan adab dalam menasehati orang lain. Jika tanpa ilmu,
maka besar peluang kebodohan-lah yang akan tersampaikan kepada orang lain. Wana’udzubillah. Maka subbab Tarbiyah
dan Dakwah hadir dan menjabarkan betapa pentingnya belajar agama islam secara
kontinyu dari dasar hingga yang kompleks sebagai asupan ruhiyah sekaligus -bahan-
yang dijadikan para aktivis dalam mendekatkan kembali ummat ini kepada Allah. Ya,
keduanya tak dapat dipisahkan.
taken from here
Buku ini menjabarkan bahwa keputusan untuk menjadi aktivis
dakwah jelas akan meminta waktu, tenaga, mungkin juga harta yang kita miliki, dan
meyakini bahwa Allah sebaik-baik pemberi balasan di dunia dan akhirat. Namun
tidak sedikit juga yang pada akhirnya berguguran dari medan dakwah sehingga
menelurkan kalimat berikut:
“terlalu banyak aktivitas hari-hari yang
menyita waktu dan pikiran, apalagi untuk memikirkan urusan dakwah, tidak ada
waktu”
Namun ada nasehat yang menguatkan penulis kala
mendengar kalimat diatas yaitu,
“dakwah bukanlah aktivitas yang bisa
dikerjakan saat engkau lapang dan bisa kau tinggalkan saat rutinitas duniamu
semakin banyak. Amal islami terlalu agung untuk diperlakukan seperti itu”
Lebih dari itu penulis menguraikan sejumlah faktor
penyebab mundurnya seseorang dari medan dakwah serta cobaan demi cobaan dunia
yang menyerang para pejuang seruan kebaikan ini, yang diulas dalam sub bab Separuh
Nafas, Setengah hati. Melalui sub bab ini dipaparkan betapa baper (bawa perasaan) adalah hal yang
wajar apabila dialami aktivis dakwah. Entah baper konflik internal maupun
eksternal dari lingkungan dakwah itu sendiri yang pada akhirnya tidak jarang menyebabkan
satu persatu pejuang memilih “hengkang”. Baper dianggap manusiawi namun bagi
penulis, poin pentingnya adalah me-muhasabah kembali niat kita. Jika
benar seruan kebaikan ini untuk kemaslahatan ummat maka mengapa harus bawa
perasaan? Dakwah para nabi dan rasul seharusnya secara manusiawi lebih membuat
mereka tersakiti. Jika bukan karena lillah, mugkin saja mereka telah jauh pergi
dari jalan dakwah ini.
Poin penting lainnya setelah membahas ke-baper-an tersebut maka penulis
mengajak pembaca untuk menyelami baper yang
lain yaitu, bawa perubahan.
Perlu diselami lagi bahwa agar tugas amar
ma’ruf nahi munkar ini bisa mencapai kesuksesan, maka sangat penting untuk
tidak menyepelekan Manajemen dakwah. Konten ini memiliki sub bab tersendiri dan
menjabarkan betapa urgent-nya dalam menopang kegiatan dakwah misalnya
saja, membagi peran sesuai potensi. Ada yang bertugas sebagai layouter karena punya keterampilan
disana, dan lain sebagainya. Tentu yang
terpenting setelahnya adalah Totalitas dalam tim-yang juga memiliki sub bab tersendiri.
Buku ini ditutup dengan sebuah quote: Tiada kesabaran yang sia-sia dalam dakwah. Ya,
betapa hasil kesabaran itu sudah kita saksikan dalam rentetan janji Allah yang
termaktub dalam Quran juga al hadist, yang bisa dipanen di dunia juga
diakhirat, kapan pun Allah berkehendak.
Quotes favorit
“Jika dalam pekerjaan dan kuliah
engkau mampu tekun dan profesional, mengapa tidak kau lakukan dengan amanah
dakwahmu”
.
“Jika sakit hati adalah jawaban yang
membuatmu mundur berjuang, bermuhasabahlah.. jeda sejenak”
.
“Semangatmu dalam dakwah sungguh
harus kau topang dengan semangatmu beribadah, bermuhasabah, dan menuntut ilmu.
Jika tidak, boleh jadi kau akan patah”
Latar belakang
penulis
Penulis adalah seorang aktivis dakwah yang memang
senang menulis baik essai, motivasi, hingga puisi. Saya hanya mengenal beliau dari panggung ke
panggung, betapa berkorbarnya semangatnya dalam menyerukan kebaikan kepada
saudara seiman. Hal yang saya senangi adalah bahwa dia tidak hanya unggul
sebagai da’iyah namun juga dalam bidang akademik, dimana aktivitasnya sebagai
da’iyah, dosen, bahkan fotografer bisa berjalan beriringan.
Pesan / amanat
Surga terlalu luas untuk dimasuki seorang diri, dan kita tak bisa mengandalkan
amalan kebaikan kita saja untuk masuk surga Allah apalagi dengan usia kita yang
pendek ini, maka mengajak orang lain kepada kebaikan jelas memiliki potensi
amal jariyah yang besar.
Kekurangan buku
Secara jujur saya mengakui bahwa buku ini sepertinya masih
membutuhkan proses penyuntingan lebih lanjut, sebab typo masih ditemukan dalam sejumlah kalimat.
Kelebihan buku
Buku
ini saya pikir sangat direkomendasikan bagi para aktivis dakwah, sebagai bentuk
refleksi diri juga niat agar yang jenuh dapat semangat kembali, agar yang
semangat menjadi tambah semangat. Namun tentu tak kalah recommended, bagi pembaca dari kalangan umum sebab penulis seperti
mengajak pembaca untuk menyelami sejumlah kisah para pejuang dakwah dizaman
Islam jaya terdahulu, penyebab kegagalannya, serta bagaimana menjadi manusia
yang gemar melakukan perbaikan tak hanya bagi diri sendiri tapi juga untuk
orang lain, tentu dengan niat lillah.
Selamat membaca!
#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
5 komentar
Mantap kak #semangat
BalasHapusWah sepertinya bukunya menarik kakak, jadi pengen baca hehe
BalasHapusKeren kak
BalasHapusDakwah... Masya Allah diingatkan lagi!😭
BalasHapuskarena resensinya bagus, jadi kbawa pingin baca bukunya ya...
BalasHapus