(Usah) Berduka Terlalu Lama
Gurat
senyum meredup seketika
Tiada
cahaya, polos tak punya aura
Satu
bayang menari-nari depan pandangan
Pejam
sesaat, diam berkerut kesakitan
Satu
nama, hanya satu-satunya nama
Terbersit,
terucap, lirih terbata-bata
Manisnya
dunia, tumbang seketika
Tiada
ingin, selain perih tercabut saat itu juga
Memohon
tiada henti dengan pengharapan penuh kepada-Nya
Menerawang
napak tilas hidup dipergunakan
Yang
kemarin sore hingga yang telah lampau dimakan usia
Muhasabah
kembali mungkin khilaf bersorak merajainya
Toh
cobaan datang ingin gugurkan setumpuk nafsu yang terbujuk godaan setan
Merajuk
terus merayu kepada Sang Penguasa
Betapa
mengharap lelap namun sulitnya setengah mati
Ingin
bangkit namun daya tak memenuhi porsi
Cukuplah
terjaga tak berdaya bersama tumpukan kapuk tak berdosa
Jemari
coba menjejari huruf-huruf pendulang pahala
Suara
penuh makna terlantun membahana
Ada
haru dan sesal yang menyeruak didalamnya
Seolah
Tuhan tahu cara agar diri tak lalai mengingatNya, menolak lupa
Bagai
tetesan air surgawi menyejukkan pening yang menyelimuti
Begitu
mudah menghilang padahal tadi meringis menahan perih
Wahai
Penjaga diri,
Mana
lagi anak Adam yang mampu menandingi derasnya Cinta-Mu yang tak henti-hentinya
menghujani
Tak
peduli diri jatuh bangun berulang kali
Dekapan
itu datang melenyapkan perih yang menggelayuti
Cukup.
Cukup dengan Mengingat-Nya, duka itu tumbang bersama muhasabah yang
sebenar-benarnya.
0 komentar