Say Good bye nih….?
silau
July
Hari ini
adalah hari terakhir saya masuk kantor. Saya tidak menyangka hari ini telah
tiba. (Doain eke’ sukses di tempat baru yee..) Rasa-rasanya baru kemarin saya
disambut hangat oleh para teman-teman yang begitu baik hati menerima kehadiran
saya. Hampir setahun saya mengabdi di kantor ini. Bekerja dengan
sebenar-benarnya kerja adalah pengalaman pertama bagiku. Saya memegang amanah
yang jauh berbeda dengan background pendidikan
saya saat kuliah. Who’s know? Rezeki
datang menghampiriku, mom told me to try
so bismillah I picked up. Namun itu sama sekali bukan masalah bagiku, sebab
ada pelabuhan lain yang kuingini kelak akan menjadi tujuanku. Selama disini
saya niatkan untuk mempelajari ini dan itu, agar setidaknya kelak jika saya
pergi, ada hal bermanfaat yang bisa saya bawa serta.
Kehadiranku
disini adalah bentuk rahmat Allah yang tidak saya sangka-sangka akan saya
peroleh. Kamu tahu? Mencari kerja pasca wisuda sungguh begitu sulit. (Mungkin
kita sebaiknya mencoba membuka lapangan kerja ya? V__v) Apalagi jika kita tidak
memiliki skill yang mumpuni. Dulu…
Mungkin sudah tidak terhitung lagi jumlah resume yang telah saya ajukan ke
beberapa perusahaan. Memang benar terlibat dengan banyak organisasi saat kuliah
itu penting, namun ternyata memiliki pengalaman kerja juga memiliki bobot yang
sama besarnya. Sebab saya menyadari, manajemen kantor lebih mengutamakan mereka
yang memiliki skill, pengalaman kerja
atau pernah magang di perusahaan tertentu. Lalu bagaimana jika hingga saat ini
kita menerima panggilan kerja pun belum pernah? (1) Intinya jangan pernah
berhenti berusaha jalan ke sana-sini, kirim email sana-sini; (2) keep contact sama semua teman yang
statusnya sudah kerja (tujuannya untuk mendapatkan informasi lowongan kerja);
(3) perbanyak bantu orang lain atau memudahkan pekerjaan orang lain. Jadi ingat
sebuah hadist, “Sesungguhnya Allah akan
selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim) (4) shalat dhuha dan minta doa orang tua; (5)
banyak-banyak berdoa (6) Jika tidak, siapkan plan B atau mungkin memulai sebuah
usaha adalah sebuah pilihan (note: saya belum pernah mencobanya, but it’s sound good tbh. ( :
Well kembali
ke realita. Sekarang sudah resmi jadi pengangguran lagi kekekeke… Saya
bersyukur pernah diberi kesempatan oleh Allah merasakan hiruk pikuk dunia
pabrik, dunia kantor, rutinitas laboratorium, lengkap dengan sekelumit masalah
dan rangkaian jalan keluar yang Allah kehendaki untuk kami temui. Saya memahami
betul, bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Mungkin benar bahwa tempat
saya ini punya banyak kekurangan, namun rasa “kekeluargaan” menjadi salah satu
alasan yang membuat kami betah untuk bertahan di kantor ini. Mereka sangat
bersahabat. Serumit apapun masalah kantor hingga berujung pada perdebatan yang
pelik, kamu akan menemui mereka saling bersenda gurau di pantry saat waktu istirahat tiba.
Pada pekan-pekan
pertama masuk kerja, saya menyadari bahwa ada rasa “takut” dan “minder” yang
menghampiriku. Rasa minder itu nyaris membuatku terjatuh pada
kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya saya lakukan. Lama kelamaan aku
menyadari bahwa, sampai kapan rasa minder ini akan saya pelihara. Rasa minder
ini membuat saya tak bisa berkembang dan pada akhirnya hanya akan melahirkan
rasa bersalah. Pikiran negatif menutup diri saya dari memikirkan hal-hal baik,
dari sudut pandang yang berbeda. Padahal seharusnya saya tak boleh sebegitu
takutnya, “mereka pasti memaklumi apalagi kamu terbilang baru di dunia kerja”
begitu kata bapak.
Mereka baik
sekali, mungkin saya yang terlalu khawatiran. Mereka tak segan membantu jika
saya bertanya, “bagaimana caranya?”. Saya mulai membuka diri dan nyatanya semua
berjalan baik-baik saja. Lewat kantor ini pula, Tuhan mengajarkan saya untuk
lebih bertanggung jawab dan lebih total lagi dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sebab diluar sana begitu banyak orang yang membutuhkan pekerjaan, namun belum
diiyakan oleh Tuhan. Kesalahan. Itu hal yang maklum terjadi pada seseorang.
Namun jika terus-menerus berbuat kesalahan tanpa mau mengambil pelajaran,
tentunya keliru juga. Kredibilitas kita pasti akan drop dimata teman sejabat hingga atasan. Hanya keseriusan dan
kesungguhan nyatalah yang mampu membuat kita berjuang semampu kita, untuk
menjadi pribadi yang jauh lebih baik dibandingkan hari kemarin. Jangan menyerah
yaa dear,
Seriuh apapun
keramaian dan canda tawa diluar sana, akan terasa hambar jika kita tak punya
(minimal) satu teman berbagi di kantor. Teman yang bisa menjaga rahasiamu, yang
menjaga perasaanmu, mendukung dan tidak segan menegurmu dengan sangat tegas
ketika kamu keliru. Saya pernah memiliki teman yang sebegitu baiknya disana. But this person has gone for a brighter future.
Dia out lebih dulu. Allah Maha Baik,
dia memang tidak terganti. Tapi Allah dekatkan saya dengan teman yang lain,
yang aku dan dia bisa saling bahu membahu menyelesaikan pekerjaan, yang kami
bisa mendukung satu sama lain. Which of
the favors of your Lord will you deny?
rebutan
11 bulan
bersama, 11 bulan tertawa, 11 bulan jatuh bangun menghadapi sekelumit peristiwa
yang menguji kepercayaan, kejujuran, dan persaudaraan satu sama lain. Ikatan
ini mungkin yang paling berat untuk saya tinggalkan. Dulu.. Saya mendengarkan
dari senior di kampus bahwa kehidupan kantor itu sangat keras, dia bahkan kerap
menerima tatapan sinis saat masih berstatus karyawan baru, menerima perlakuan
yang kurang baik hingga akhirnya tidak nyaman dan memutuskan untuk resign. Saya akui poin pertama itu ada,
namun Alhamdulillah bisa juga dilalui dengan baik meskipun pada awalnya itu
nyata membuat kami agak tertekan dan kepikiran bukan kepalang. Ternyata.. saya
salah begitu meng-general-kan semua iklim kerja. Ternyata tidak semua
semenakutkan dan sekaku itu. Bukan hanya masalah athmosper lingkungan kerja,
namun hingga cara berpakaian. Awalnya dalam midset
saya, dunia perkantoran adalah sebuah lingkungan yang para wanitanya harus
menggunakan heels, bersolek memakai foundation make up dibarengi kawan-kawannya,
plus lipstik yang merah merona, serta parfum dengan aroma yang membahana. Tapi
disini tidak serumit itu. Kamu hanya perlu tampil sopan, itu sudah cukup. Whoaa
rasanya bersyukur sekali.. Saya bahkan awalnya begitu segan dengan karyawan
lain, sebab saya menjadi satu-satunya karyawan wanita yang memakai khimar
(jilbab tebal yang menutupi dada) dan kadang lebih panjang dari itu, memakai
rok, dan tak jarang memakai gamis semi formal. Haqqul yakin aja, selama berada
di jalan yang benar dan ga menyalahi aturan Allah, saya harus percaya diri dan
tak punya alasan apapun untuk mundur dan memudah-mudahkan syariat.
Alhamdulillah saya bisa bertahan dengan mode pakaian yang demikian hingga
akhir. Bahkan pernah seorang teman mengungkapkan harapannya kelak dapat memakai
hijab sepanjang dada, bahkan dulu pernah seorang atasan memberanikan diri untuk
memakai gamis ke kantor. Masyaa Allah.. memang benar bahwa dakwah terbaik
adalah memberikan contoh secara langsung. Semoga Allah mantapkan hati saudariku
itu untuk berhijab, dan mulai berhijrah menggunakan setelan panjang yang tidak memperlihatkan lekukan tubuh. Aamiin (bantu
aamiinkan yaa dear ^^v syukron)
thinkerbell between the silo
Well Alhamdulillah for everything, for all of the ups and
downs. Hhehehehe…
mungkin ini sungguh berlebihan. Namun aku hanya ingin (diriku) dan kalian tiada
henti berusaha untuk apa yang diinginkan, untuk berusaha keluar dari ruang
gelap yang diisi dengan rasa minder serta pikiran negatif yang nyatanya bisa
mematikan gerak kita untuk berkembang, untuk bisa menghargai dan menikmati
pemberian Tuhan dengan tangan terbuka. Seberat dan sebahagia apapun suatu momen
yang kita hadapi, jangan pernah jauh dari Sang Pencipta. Sebab hanya Dia, yang
mampu mengubah gelap yang tiada harapan menjadi terang dengan sejuta cahaya
yang meyakinkan. Jadi… Jangan jauh-jauh dari Allah. Mungkin sudah saatnya say goodbye… semoga ada hal positif yang
kamu dapat yaa setelah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca tulisan
ini . Have a good day (:
0 komentar