Say Good bye nih….?

by - 11:58 AM

silau

July 
Hari ini adalah hari terakhir saya masuk kantor. Saya tidak menyangka hari ini telah tiba. (Doain eke’ sukses di tempat baru yee..) Rasa-rasanya baru kemarin saya disambut hangat oleh para teman-teman yang begitu baik hati menerima kehadiran saya. Hampir setahun saya mengabdi di kantor ini. Bekerja dengan sebenar-benarnya kerja adalah pengalaman pertama bagiku. Saya memegang amanah yang jauh berbeda dengan background pendidikan saya saat kuliah. Who’s know? Rezeki datang menghampiriku, mom told me to try so bismillah I picked up. Namun itu sama sekali bukan masalah bagiku, sebab ada pelabuhan lain yang kuingini kelak akan menjadi tujuanku. Selama disini saya niatkan untuk mempelajari ini dan itu, agar setidaknya kelak jika saya pergi, ada hal bermanfaat yang bisa saya bawa serta.

Kehadiranku disini adalah bentuk rahmat Allah yang tidak saya sangka-sangka akan saya peroleh. Kamu tahu? Mencari kerja pasca wisuda sungguh begitu sulit. (Mungkin kita sebaiknya mencoba membuka lapangan kerja ya? V__v) Apalagi jika kita tidak memiliki skill yang mumpuni. Dulu… Mungkin sudah tidak terhitung lagi jumlah resume yang telah saya ajukan ke beberapa perusahaan. Memang benar terlibat dengan banyak organisasi saat kuliah itu penting, namun ternyata memiliki pengalaman kerja juga memiliki bobot yang sama besarnya. Sebab saya menyadari, manajemen kantor lebih mengutamakan mereka yang memiliki skill, pengalaman kerja atau pernah magang di perusahaan tertentu. Lalu bagaimana jika hingga saat ini kita menerima panggilan kerja pun belum pernah? (1) Intinya jangan pernah berhenti berusaha jalan ke sana-sini, kirim email sana-sini; (2) keep contact sama semua teman yang statusnya sudah kerja (tujuannya untuk mendapatkan informasi lowongan kerja); (3) perbanyak bantu orang lain atau memudahkan pekerjaan orang lain. Jadi ingat sebuah hadist, “Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya. (HR. Muslim)  (4) shalat dhuha dan minta doa orang tua; (5) banyak-banyak berdoa (6) Jika tidak, siapkan plan B atau mungkin memulai sebuah usaha adalah sebuah pilihan (note: saya belum pernah mencobanya, but it’s sound good tbh. ( :

Well kembali ke realita. Sekarang sudah resmi jadi pengangguran lagi kekekeke… Saya bersyukur pernah diberi kesempatan oleh Allah merasakan hiruk pikuk dunia pabrik, dunia kantor, rutinitas laboratorium, lengkap dengan sekelumit masalah dan rangkaian jalan keluar yang Allah kehendaki untuk kami temui. Saya memahami betul, bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Mungkin benar bahwa tempat saya ini punya banyak kekurangan, namun rasa “kekeluargaan” menjadi salah satu alasan yang membuat kami betah untuk bertahan di kantor ini. Mereka sangat bersahabat. Serumit apapun masalah kantor hingga berujung pada perdebatan yang pelik, kamu akan menemui mereka saling bersenda gurau di pantry saat waktu istirahat tiba.

Pada pekan-pekan pertama masuk kerja, saya menyadari bahwa ada rasa “takut” dan “minder” yang menghampiriku. Rasa minder itu nyaris membuatku terjatuh pada kesalahan-kesalahan yang tidak seharusnya saya lakukan. Lama kelamaan aku menyadari bahwa, sampai kapan rasa minder ini akan saya pelihara. Rasa minder ini membuat saya tak bisa berkembang dan pada akhirnya hanya akan melahirkan rasa bersalah. Pikiran negatif menutup diri saya dari memikirkan hal-hal baik, dari sudut pandang yang berbeda. Padahal seharusnya saya tak boleh sebegitu takutnya, “mereka pasti memaklumi apalagi kamu terbilang baru di dunia kerja” begitu kata bapak.

Mereka baik sekali, mungkin saya yang terlalu khawatiran. Mereka tak segan membantu jika saya bertanya, “bagaimana caranya?”. Saya mulai membuka diri dan nyatanya semua berjalan baik-baik saja. Lewat kantor ini pula, Tuhan mengajarkan saya untuk lebih bertanggung jawab dan lebih total lagi dalam menyelesaikan pekerjaan. Sebab diluar sana begitu banyak orang yang membutuhkan pekerjaan, namun belum diiyakan oleh Tuhan. Kesalahan. Itu hal yang maklum terjadi pada seseorang. Namun jika terus-menerus berbuat kesalahan tanpa mau mengambil pelajaran, tentunya keliru juga. Kredibilitas kita pasti akan drop dimata teman sejabat hingga atasan. Hanya keseriusan dan kesungguhan nyatalah yang mampu membuat kita berjuang semampu kita, untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik dibandingkan hari kemarin. Jangan menyerah yaa dear,

Seriuh apapun keramaian dan canda tawa diluar sana, akan terasa hambar jika kita tak punya (minimal) satu teman berbagi di kantor. Teman yang bisa menjaga rahasiamu, yang menjaga perasaanmu, mendukung dan tidak segan menegurmu dengan sangat tegas ketika kamu keliru. Saya pernah memiliki teman yang sebegitu baiknya disana. But this person has gone for a brighter future. Dia out lebih dulu. Allah Maha Baik, dia memang tidak terganti. Tapi Allah dekatkan saya dengan teman yang lain, yang aku dan dia bisa saling bahu membahu menyelesaikan pekerjaan, yang kami bisa mendukung satu sama lain. Which of the favors of your Lord will you deny?

rebutan

11 bulan bersama, 11 bulan tertawa, 11 bulan jatuh bangun menghadapi sekelumit peristiwa yang menguji kepercayaan, kejujuran, dan persaudaraan satu sama lain. Ikatan ini mungkin yang paling berat untuk saya tinggalkan. Dulu.. Saya mendengarkan dari senior di kampus bahwa kehidupan kantor itu sangat keras, dia bahkan kerap menerima tatapan sinis saat masih berstatus karyawan baru, menerima perlakuan yang kurang baik hingga akhirnya tidak nyaman dan memutuskan untuk resign. Saya akui poin pertama itu ada, namun Alhamdulillah bisa juga dilalui dengan baik meskipun pada awalnya itu nyata membuat kami agak tertekan dan kepikiran bukan kepalang. Ternyata.. saya salah begitu meng-general-kan semua iklim kerja. Ternyata tidak semua semenakutkan dan sekaku itu. Bukan hanya masalah athmosper lingkungan kerja, namun hingga cara berpakaian. Awalnya dalam midset saya, dunia perkantoran adalah sebuah lingkungan yang para wanitanya harus menggunakan heels, bersolek memakai foundation make up dibarengi kawan-kawannya, plus lipstik yang merah merona, serta parfum dengan aroma yang membahana. Tapi disini tidak serumit itu. Kamu hanya perlu tampil sopan, itu sudah cukup. Whoaa rasanya bersyukur sekali.. Saya bahkan awalnya begitu segan dengan karyawan lain, sebab saya menjadi satu-satunya karyawan wanita yang memakai khimar (jilbab tebal yang menutupi dada) dan kadang lebih panjang dari itu, memakai rok, dan tak jarang memakai gamis semi formal. Haqqul yakin aja, selama berada di jalan yang benar dan ga menyalahi aturan Allah, saya harus percaya diri dan tak punya alasan apapun untuk mundur dan memudah-mudahkan syariat. Alhamdulillah saya bisa bertahan dengan mode pakaian yang demikian hingga akhir. Bahkan pernah seorang teman mengungkapkan harapannya kelak dapat memakai hijab sepanjang dada, bahkan dulu pernah seorang atasan memberanikan diri untuk memakai gamis ke kantor. Masyaa Allah.. memang benar bahwa dakwah terbaik adalah memberikan contoh secara langsung. Semoga Allah mantapkan hati saudariku itu untuk berhijab, dan mulai berhijrah menggunakan setelan panjang yang tidak memperlihatkan lekukan tubuh. Aamiin (bantu aamiinkan yaa dear ^^v syukron)

thinkerbell between the silo

Well Alhamdulillah for everything, for all of the ups and downs. Hhehehehe… mungkin ini sungguh berlebihan. Namun aku hanya ingin (diriku) dan kalian tiada henti berusaha untuk apa yang diinginkan, untuk berusaha keluar dari ruang gelap yang diisi dengan rasa minder serta pikiran negatif yang nyatanya bisa mematikan gerak kita untuk berkembang, untuk bisa menghargai dan menikmati pemberian Tuhan dengan tangan terbuka. Seberat dan sebahagia apapun suatu momen yang kita hadapi, jangan pernah jauh dari Sang Pencipta. Sebab hanya Dia, yang mampu mengubah gelap yang tiada harapan menjadi terang dengan sejuta cahaya yang meyakinkan. Jadi… Jangan jauh-jauh dari Allah. Mungkin sudah saatnya say goodbye… semoga ada hal positif yang kamu dapat yaa setelah meluangkan waktumu yang berharga untuk membaca tulisan ini . Have a good day (:




You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut