BOOK REVIEW KE-5: Dalam Syukur Kutemukan Cinta-Mu
copyright Meta Mahendradatta
Buku
ini adalah hasil buah karya seorang dosen di kampus, ibu Prof. Dr. Meta
Mahendradatta. Buku ini adalah buku non fiksi kedua yang sudah beliau tulis, dan juga menjadi buku keduanya yang telah saya review disini. Saat itu tulisan saya masih acak adut dibanding saat ini hehe. Namun tak mengapa, asal kita tak berhenti belajar untuk menulis (: Baiklah, buku ini berisi kumpulan cerita hidup beliau, yang sarat akan makna. “Sebagai pengingat dan penyemangat hidup” begitu
kata beliau. Saya kadang berpikir bahwa, beliau sudah sangat mapan dan sukses
di usianya yang sekarang. Terlihat beliau dapat menjalankan multi peran sebagai
seorang ibu, istri, anak, dan juga sebagai dosen secara seimbang. Namun ternyata
banyak hal yang telah dilaluinya, dan kita tak menyangka bahwa hal tersebut
nyatanya juga berlaku bagi beliau.
Buku
ini menggambarkan bagaimana seorang Meta Mahendradatta senantiasa memaknai, berpikir
positif dan bersyukur dalam menghadapi sekian peristiwa. Sabar dan Syukur,
keduanya adalah dua hal yang selalu beriringan. Sabar ketika mendapat ujian,
syukur ketika mendapat kenikmatan. Namun tak jarang buah kesabaran melahirkan
beragam catatan yang membuat kita bersyukur karena pernah melaluinya.
Buku
ini diterbitkan pada Maret 2017, oleh Liblitera Institute. Pada halaman
tertentu kamu akan menemui potongan kutipan-kutipan bijak khas beliau. Lewat lembaran kisahnya yang tertuang dalam 185
halaman, kamu diajak untuk ikut serta mengikuti perjalanan hidup beliau yang lucu
dan unik, mengharukan, serta mengundang rasa optimismu. Terutama bagi mahasiswa
dan orang terdekatnya, mungkin ini membuatmu penasaran. Sebab kami mengenal
beliau dengan sifat lemah lembutnya, bersahaja dalam tenang, cerdas, serta
ramah kepada semua orang. Lantas cerita hidup seperti apakah yang telah
membentuk sosok sekuat dan sebaik beliau?
But, buku ini tentu layak
dibaca bagi orang-orang yang haus akan motivasi untuk lebih memaknai hidupnya. Tagline nya seperti ini: Prof. Meta saja bisa melaluinya, mengapa aku tidak?
Karya
ini terdiri atas 27 chapter atau 27 kisah yang berbeda, dengan keterangan waktu
yang berbeda-beda. Beberapa chapter akan saya bagikan melalui tulisan ini. Perjalanan
dibuka dengan perkenalan diri beliau, renungan beliau akan segenap hal yang
telah beliau raih di usia yang sudah setengah abad, serta harapan besarnya
untuk dapat menginspirasi orang lain melalui kisahnya.
Ketika
bukan materi yang bisa kita berikan kepada orang lain, seulas senyum pun bisa
memberi makna yang besar bagi orang lain.
Pelabuhan yang
menakutkan adalah chapter yang mengisahkan ketakutan yang
pernah dialami seorang Meta kecil saat berkunjung disebuah pelabuhan. Kita dan
beliau mungkin pernah melalui kisah yang serupa. Rumor horor yang kerap
diutarakan oleh orang yang lebih tua, kerap kali menancapkan sebuah pikiran
yang serupa bagi pendengarnya, terlebih lagi jika pendengarnya adalah anak
kecil. Meta kecil kerap mendengar rumor, jika lelaki yang membawa besi panjang
dan sebuah karung besar datang menghampirimu maka bersiaplah untuk berlari. Dia
akan menculikmu. Hehe… ancaman kecil yang mungkin membuatmu tersenyum sendiri
mengingat cerita-cerita masa kecilmu. Meta kecil sampai keringat dingin, dan mengemis
untuk kembali pulang pada ibunya. Hingga akhirnya ketakutan kembali
membalutinya ketika lelaki serupa berjalan melintasi rumahnya. Aku tak akan
berbagi akhir kisahnya namun beliau seolah ingin menyampaikan bahwa, perasaan
takut seorang anak nyatanya harus dapat disiasati dengan upaya untuk
menenangkannya, dibandingkan dengan memberinya sekian nasehat yang belum tentu
mampu membuatnya tegak mengatasi segala ketakutan.
Kisah
Khayalan yang Jadi Kenyataan juga
menjadi salah satu kisah favoritku. Masih bersama Meta kecil, dengan kisah yang
tak dapat dinafikan berdampak besar pada profesinya saat ini, seorang pendidik.
Dulu, beliau kerap kali mengumpulkan boneka-bonekanya dengan rapi. Tak lama
kemudian, beliau akan tampil dihadapan boneka yang dianalogikannya sebagai
muridnya. Boneka itu bahkan memiliki nama, maka tak jarang Meta kecil akan
melakukan absensi setiap kali memulai kelasnya. Aku hanya tersenyum membayangkannya. Meta kecil senang
menjelaskan ulang pelajaran yang diperolehnya dari sekolah kepada bonekanya
(red:murid). Dia juga menyiapkan ujian untuk murid bonekanya, tentu saja boneka
itu tak menanggapinya. Alhasil Meta kecil duduk dibangku murid dan mengerjakan
soal yang dibuatnya sendiri. And see..
sekarang khayalan itu sungguh jadi kenyataan. Menjadi seorang profesor dibidang
ilmu pangan tentu sebuah pencapaian yang membahagiakan. Kisah ini membuat kita kembali berpikir untuk
tak lelah bermimpi asal, ada upaya yang tentunya dikeluarkan untuk membuatnya
jadi nyata.
Sebenarnya
tak ada yang luar biasa jika akhirnya aku menjadi dosen seperti sekarang ini, yang
membuatku merasakan sebagai sesuatu yang istimewa adalah ketika aku mencoba
melakukan kilas balik ke masa kecilku dahulu. Jika ada yang bertanya, apakah
cita-citaku pada masa kecil dahulu telah tercapai, aku bisa mengatakan: ya
Alhamdulillah telah tercapai. Maka janganlah takut untuk berangan-angan karena
mungkin angan-angan itu adalah gambaran kita dimasa yang akan datang.
Cerita
lain yang dikisahkan oleh beliau yakni Belajar
Mengemudi. Kisah ini terdiri atas dua chapter. Oh My! Ini tentu saja sangat mengenai diriku yang belum mahir mengendarai motor T.T Ada juga
kisah Antara Bandung dan Yogyakarta, jabaran
kisah tentang kekaguman Meta kecil kepada ketegaran dan kelembutan hati sang
ibunda. Lebih dari itu kita akan menjumpai dilema hati Meta dewasa pada chapter
Ketika Aku Harus Adil, yang bermula
pada case membagi makanan yang jumlahnya
tidak cukup untuk dibagi rata kepada anak-anaknya. Padahal semua anak pasti
sangat senang jika orang tuanya pulang membawakan makanan. Hingga akhirnya Meta
dewasa pun menemukan solusi atas kegundahannya itu. Pada chapter Inspiring Woman, Meta dewasa menceritakan sosok-sosok wanita yang
telah menjadi inspirasinya hingga kini. Tak jarang penulis merasa sedih dan down ketika harus dibanding-bandingkan
dengan sosok inspiring itu. Meta
mencoba merangkum semua kenangan tersebut dan mengurainya kembali untuk masuk mengaliri
jiwanya agar senantiasa bersemangat menjalankan peran sebagai wanita yang
seutuhnya.
Jika kamu ingin membaca tentang muhasabah diri, kamu bisa membuka chapter Aku dan Selokan. Jika kamu ingin membaca antusiasme seorang ibu untuk sebuah Holiday, kamu bisa melaju pada chapter Rencana Milik Manusia, Keputusan Milik Allah. Jika kamu ingin membaca tentang kisah lucu bin unik atau sekilas mengundang tawa dibenakmu, kamu dapat beralih pada kisah “Ke Pasar atau Ke Kampus?” “Kejutan-kejutan Kecil di Negeri Orang” “Ponselku Sayang, Ponselku Malang” dan “Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya”. Semuanya memiliki pesan unik yang dapat dimaknai.
Jika
membahas tentang Chapter favorit, saya juga punya andalan. Tak Ada yang Dapat Mencegah Takdirnya, kisah ini menceritakan
tentang perjuangan hidup asisten rumah tangga beliau yang membuat mata
berkaca-kaca. Chapter Antara Kesombongan
dan Kebanggan menjadi momok bagi seorang Prof. Meta untuk mengutarakan
unek-unek yang pernah mendekam batinnya. Tentang segenap pandangan orang yang
mungkin pernah membuatmu sedih, jangan pernah berlarut selama kamu yakin apa
yang kamu lakukan adalah sebuah kebaikan. Meluruskan niat adalah salah satu
cara terbaik untuk menyemangati kita untuk tidak mundur. Bukankah Allah yang
Maha Mengetahui setiap niatan hamba-Nya?
Adapun
A Unique Friendship, juga memanjakan
mata pembaca tentang persahabatan yang langgeng. Bagaimana bisa kita berteman
baik dengan orang yang ketemu langsung pun belum pernah? Sahabat pena,
begitulah Meta dewasa menamainya. Sungguh unik melihat perjuangan untuk sebuah
pertemuan yang akhirnya Allah mudahkan.
Another
fave is Anak Professor Harus Bisa Apa
Dong? Kisah ini berhasil membuka kedua mataku untuk lebih bijak memaknai
sebuah kesuksesan dan menyiratkan tantangan yang dirasakan seorang ibu untuk
membesarkan anaknya, mengingat kentalnya bisikan bahwa anak-anak kelak haruslah
melebihi pencapaian kedua orang tuanya. Nah the last chapter What am I Looking For? Menjadi bagian
bagi penulis untuk mencurahkan segenap perasaanya tentang hal apa yang telah
diraihnya dan apa saja yang sebenarnya harus ia jalani untuk membuat hidupnya
jauh lebih berarti, tanpa tentunya mengurangi keridhoan Ilahi. Kisah ini juga
memaparkan muhasabahnya untuk semakin dekat kepada Tuhan.
Lewati
sekelumit kisah-kisah ini, saya sungguh semakin jatuh hati dengan kerendahan
hati Professor yang juga Ibu beranak empat ini. Semoga beliau tiada lelah untuk
menjadi baik dan terus menginspirasi. Yuk, buku ini recommended untuk kamu yang terkadang masih suka minderan (:
0 komentar