BOOK REVIEW KE-5: Dalam Syukur Kutemukan Cinta-Mu

by - 11:37 AM

copyright Meta Mahendradatta

Buku ini adalah hasil buah karya seorang dosen di kampus, ibu Prof. Dr. Meta Mahendradatta. Buku ini adalah buku non fiksi kedua yang sudah beliau tulis, dan juga menjadi buku keduanya yang telah saya review disini. Saat itu tulisan saya masih acak adut dibanding saat ini hehe. Namun tak mengapa, asal kita tak berhenti belajar untuk menulis (: Baiklah, buku ini berisi kumpulan cerita hidup beliau, yang sarat akan makna. “Sebagai pengingat dan penyemangat hidup” begitu kata beliau. Saya kadang berpikir bahwa, beliau sudah sangat mapan dan sukses di usianya yang sekarang. Terlihat beliau dapat menjalankan multi peran sebagai seorang ibu, istri, anak, dan juga sebagai dosen secara seimbang. Namun ternyata banyak hal yang telah dilaluinya, dan kita tak menyangka bahwa hal tersebut nyatanya juga berlaku bagi beliau.

Buku ini menggambarkan bagaimana seorang Meta Mahendradatta senantiasa memaknai, berpikir positif dan bersyukur dalam menghadapi sekian peristiwa. Sabar dan Syukur, keduanya adalah dua hal yang selalu beriringan. Sabar ketika mendapat ujian, syukur ketika mendapat kenikmatan. Namun tak jarang buah kesabaran melahirkan beragam catatan yang membuat kita bersyukur karena pernah melaluinya.

Buku ini diterbitkan pada Maret 2017, oleh Liblitera Institute. Pada halaman tertentu kamu akan menemui potongan kutipan-kutipan bijak khas beliau. Lewat lembaran kisahnya yang tertuang dalam 185 halaman, kamu diajak untuk ikut serta mengikuti perjalanan hidup beliau yang lucu dan unik, mengharukan, serta mengundang rasa optimismu. Terutama bagi mahasiswa dan orang terdekatnya, mungkin ini membuatmu penasaran. Sebab kami mengenal beliau dengan sifat lemah lembutnya, bersahaja dalam tenang, cerdas, serta ramah kepada semua orang. Lantas cerita hidup seperti apakah yang telah membentuk sosok sekuat dan sebaik beliau?  But, buku ini tentu layak dibaca bagi orang-orang yang haus akan motivasi untuk lebih memaknai hidupnya. Tagline nya seperti ini: Prof. Meta saja bisa melaluinya, mengapa aku tidak?

Karya ini terdiri atas 27 chapter atau 27 kisah yang berbeda, dengan keterangan waktu yang berbeda-beda. Beberapa chapter akan saya bagikan melalui tulisan ini. Perjalanan dibuka dengan perkenalan diri beliau, renungan beliau akan segenap hal yang telah beliau raih di usia yang sudah setengah abad, serta harapan besarnya untuk dapat menginspirasi orang lain melalui kisahnya.

Ketika bukan materi yang bisa kita berikan kepada orang lain, seulas senyum pun bisa memberi makna yang besar bagi orang lain.

Pelabuhan yang menakutkan  adalah chapter yang mengisahkan ketakutan yang pernah dialami seorang Meta kecil saat berkunjung disebuah pelabuhan. Kita dan beliau mungkin pernah melalui kisah yang serupa. Rumor horor yang kerap diutarakan oleh orang yang lebih tua, kerap kali menancapkan sebuah pikiran yang serupa bagi pendengarnya, terlebih lagi jika pendengarnya adalah anak kecil. Meta kecil kerap mendengar rumor, jika lelaki yang membawa besi panjang dan sebuah karung besar datang menghampirimu maka bersiaplah untuk berlari. Dia akan menculikmu. Hehe… ancaman kecil yang mungkin membuatmu tersenyum sendiri mengingat cerita-cerita masa kecilmu. Meta kecil sampai keringat dingin, dan mengemis untuk kembali pulang pada ibunya. Hingga akhirnya ketakutan kembali membalutinya ketika lelaki serupa berjalan melintasi rumahnya. Aku tak akan berbagi akhir kisahnya namun beliau seolah ingin menyampaikan bahwa, perasaan takut seorang anak nyatanya harus dapat disiasati dengan upaya untuk menenangkannya, dibandingkan dengan memberinya sekian nasehat yang belum tentu mampu membuatnya tegak mengatasi segala ketakutan.

Kisah Khayalan yang Jadi Kenyataan juga menjadi salah satu kisah favoritku. Masih bersama Meta kecil, dengan kisah yang tak dapat dinafikan berdampak besar pada profesinya saat ini, seorang pendidik. Dulu, beliau kerap kali mengumpulkan boneka-bonekanya dengan rapi. Tak lama kemudian, beliau akan tampil dihadapan boneka yang dianalogikannya sebagai muridnya. Boneka itu bahkan memiliki nama, maka tak jarang Meta kecil akan melakukan absensi setiap kali memulai kelasnya. Aku hanya tersenyum  membayangkannya. Meta kecil senang menjelaskan ulang pelajaran yang diperolehnya dari sekolah kepada bonekanya (red:murid). Dia juga menyiapkan ujian untuk murid bonekanya, tentu saja boneka itu tak menanggapinya. Alhasil Meta kecil duduk dibangku murid dan mengerjakan soal yang dibuatnya sendiri. And see.. sekarang khayalan itu sungguh jadi kenyataan. Menjadi seorang profesor dibidang ilmu pangan tentu sebuah pencapaian yang membahagiakan.  Kisah ini membuat kita kembali berpikir untuk tak lelah bermimpi asal, ada upaya yang tentunya dikeluarkan untuk membuatnya jadi nyata.

Sebenarnya tak ada yang luar biasa jika akhirnya aku menjadi dosen seperti sekarang ini, yang membuatku merasakan sebagai sesuatu yang istimewa adalah ketika aku mencoba melakukan kilas balik ke masa kecilku dahulu. Jika ada yang bertanya, apakah cita-citaku pada masa kecil dahulu telah tercapai, aku bisa mengatakan: ya Alhamdulillah telah tercapai. Maka janganlah takut untuk berangan-angan karena mungkin angan-angan itu adalah gambaran kita dimasa yang akan datang.

Cerita lain yang dikisahkan oleh beliau yakni Belajar Mengemudi. Kisah ini terdiri atas dua chapter. Oh My! Ini tentu saja sangat mengenai diriku yang  belum mahir mengendarai motor T.T Ada juga kisah Antara Bandung dan Yogyakarta, jabaran kisah tentang kekaguman Meta kecil kepada ketegaran dan kelembutan hati sang ibunda. Lebih dari itu kita akan menjumpai dilema hati Meta dewasa pada chapter Ketika Aku Harus Adil, yang bermula pada case membagi makanan yang jumlahnya tidak cukup untuk dibagi rata kepada anak-anaknya. Padahal semua anak pasti sangat senang jika orang tuanya pulang membawakan makanan. Hingga akhirnya Meta dewasa pun menemukan solusi atas kegundahannya itu.  Pada chapter Inspiring Woman, Meta dewasa menceritakan sosok-sosok wanita yang telah menjadi inspirasinya hingga kini. Tak jarang penulis merasa sedih dan down ketika harus dibanding-bandingkan dengan sosok inspiring itu. Meta mencoba merangkum semua kenangan tersebut dan mengurainya kembali untuk masuk mengaliri jiwanya agar senantiasa bersemangat menjalankan peran sebagai wanita yang seutuhnya.

Jika kamu ingin membaca tentang muhasabah diri, kamu bisa membuka chapter Aku dan Selokan. Jika kamu ingin membaca antusiasme seorang ibu untuk sebuah Holiday, kamu bisa melaju pada chapter Rencana Milik Manusia, Keputusan Milik Allah. Jika kamu ingin membaca tentang kisah lucu bin unik atau sekilas mengundang tawa dibenakmu, kamu dapat beralih pada kisah “Ke Pasar atau Ke Kampus?”Kejutan-kejutan Kecil di Negeri Orang” “Ponselku Sayang, Ponselku Malang” dan “Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya”. Semuanya memiliki pesan unik yang dapat dimaknai.

Jika membahas tentang Chapter favorit, saya juga punya andalan. Tak Ada yang Dapat Mencegah Takdirnya, kisah ini menceritakan tentang perjuangan hidup asisten rumah tangga beliau yang membuat mata berkaca-kaca. Chapter Antara Kesombongan dan Kebanggan menjadi momok bagi seorang Prof. Meta untuk mengutarakan unek-unek yang pernah mendekam batinnya. Tentang segenap pandangan orang yang mungkin pernah membuatmu sedih, jangan pernah berlarut selama kamu yakin apa yang kamu lakukan adalah sebuah kebaikan. Meluruskan niat adalah salah satu cara terbaik untuk menyemangati kita untuk tidak mundur. Bukankah Allah yang Maha Mengetahui setiap niatan hamba-Nya?

Adapun A Unique Friendship, juga memanjakan mata pembaca tentang persahabatan yang langgeng. Bagaimana bisa kita berteman baik dengan orang yang ketemu langsung pun belum pernah? Sahabat pena, begitulah Meta dewasa menamainya. Sungguh unik melihat perjuangan untuk sebuah pertemuan yang akhirnya Allah mudahkan.
Another fave is Anak Professor Harus Bisa Apa Dong? Kisah ini berhasil membuka kedua mataku untuk lebih bijak memaknai sebuah kesuksesan dan menyiratkan tantangan yang dirasakan seorang ibu untuk membesarkan anaknya, mengingat kentalnya bisikan bahwa anak-anak kelak haruslah melebihi pencapaian kedua orang tuanya. Nah the last chapter What am I Looking For? Menjadi bagian bagi penulis untuk mencurahkan segenap perasaanya tentang hal apa yang telah diraihnya dan apa saja yang sebenarnya harus ia jalani untuk membuat hidupnya jauh lebih berarti, tanpa tentunya mengurangi keridhoan Ilahi. Kisah ini juga memaparkan muhasabahnya untuk semakin dekat kepada Tuhan.

Lewati sekelumit kisah-kisah ini, saya sungguh semakin jatuh hati dengan kerendahan hati Professor yang juga Ibu beranak empat ini. Semoga beliau tiada lelah untuk menjadi baik dan terus menginspirasi. Yuk, buku ini recommended untuk kamu yang terkadang masih suka minderan (:

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut