Para Gadis

by - 11:48 PM

Aku tidak pernah membayangkan akan kos dikota yang sama dengan rumah kedua orang tuaku. Yah saya mengakuinya, ini adalah resiko seorang anak yang tak mampu mengendarai motor dengan benar huhuhu. Saat aku berstatus sebagai karyawan, mau tak mau saya harus tinggal dekat kantor. Hal ini disebabkan jarak rumahku yang begitu jauh dari kantor. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk nge-kos. Kos putri ini terdiri sejumlah orang yang sudah kerja dan sejumlah orang yang masih bersekolah.

Hal yang paling membuat kepikiran adalah.. makan. Kalo dirumah mungkin ada ibu yang membuatkan makan, ada ibu yang dimana aku bisa menjadi asistennya saat memasak. Namun di kos, aku hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Hufft… I can not believe it. Sempat kepikiran untuk beli makanan jadi saja, tapi sayang sama uangnya. Saya lalu bertekad untuk memasak menu yang sebelumnya telah aku ketahui,  dengan sekilas melihat ibu.. dengan sekilas melihat tante beraksi di dapur. Hanya bermodalkan itu pemirsa. Wkwk.. Jika mulai merasa bosan dengan menu-menu itu, aku berselancar di youtube dan mulai men-download beberapa menu yang menurutku enak dan tidak begitu sulit untuk di praktikkan. Dan tentunya.. dengan bahan pangan yang murah. Kadang takjub juga melihat teman-teman di kos yang begitu telaten menggunakan peralatan-peralatan dapur dan lihai meramu serta memadupadankan bahan makanan. Saya kerap merasakan masakan mereka saat makan malam bersama. Masya Allah enak, meskipun mereka selalu merendah hehehe…

Mungkin rada minder ya pada awalnya, tapi aku go ahead. Berbaur dengan  para gadis, membantu mereka masak, bercerita seputar dunia gadis dan bertanya ini itu, hingga akhirnya saya tahu dan mempraktikkan sendiri cara membuat ini dan itu. Sungguh asyik sekali ternyata berkutat dengan dapur. Apalagi saat bulan ramadhan kemarin, rasanya benar-benar memiliki saudara perempuan lagi. Saat mempersiapkan makanan untuk sahur dan buka puasa, tak jarang kami berbagi tugas. Ada yang mempersiapkan lauk, ada yang sibuk mencuci sayur, ada yang stand by mengulik rica, dan ada yang siap mengeksekusi di atas kompor bermata dua. Kami masak dan makan bersama, bahkan tak jarang cuci piring dan bersih-bersih dapur pasca makan pun bersama. Belum lagi kalo ada cemilan, kita sebisa mungkin mengupayakan untuk makan bersama. Walaupun jumlahnya yang tidak seberapa. Thank you sisters from another mother. Whoa.. Syukur Alhamdulillah.
Saya berhasil mengumpulkan kepercayaan diri dan belajar hal baru, ditengah jarak yang memisahkan aku dengan bapak dan ibu. Saya tak menyesali ini. Kalo kini aku masih stay bersama ibu, mungkin aku akan terus berada di zona nyaman. Who know?

Saya menyadari begitu banyak hikmah yang Tuhan berikan lewat sejumlah kisah yang telah kita lalui. Mungkin pada awalnya kita pesimis dan tidak suka, merasa “bukan kita banget”. Namun siapa sangka bahwa ada pesan, ada sesuatu yang Allah ingin kita belajar dari apa yang telah Dia pilihkan kepada kita. Sabar, tetap semangat dan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Kamu akan sangat terkejut kala menyadari takdir Allah yang pada akhirnya membuatmu tiada henti mengucap Alhamdulillah (:

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut