Para Gadis
Aku
tidak pernah membayangkan akan kos dikota yang sama dengan rumah kedua orang
tuaku. Yah saya mengakuinya, ini adalah resiko seorang anak yang tak mampu
mengendarai motor dengan benar huhuhu. Saat aku berstatus sebagai karyawan, mau
tak mau saya harus tinggal dekat kantor. Hal ini disebabkan jarak rumahku yang
begitu jauh dari kantor. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk nge-kos. Kos
putri ini terdiri sejumlah orang yang sudah kerja dan sejumlah orang yang masih
bersekolah.
Hal
yang paling membuat kepikiran adalah.. makan. Kalo dirumah mungkin ada ibu yang
membuatkan makan, ada ibu yang dimana aku bisa menjadi asistennya saat memasak.
Namun di kos, aku hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Hufft… I can not believe it. Sempat kepikiran
untuk beli makanan jadi saja, tapi sayang sama uangnya. Saya lalu bertekad
untuk memasak menu yang sebelumnya telah aku ketahui, dengan sekilas melihat ibu.. dengan sekilas
melihat tante beraksi di dapur. Hanya bermodalkan itu pemirsa. Wkwk.. Jika
mulai merasa bosan dengan menu-menu itu, aku berselancar di youtube dan mulai
men-download beberapa menu yang
menurutku enak dan tidak begitu sulit untuk di praktikkan. Dan tentunya..
dengan bahan pangan yang murah.
Kadang takjub juga melihat teman-teman di kos yang begitu telaten menggunakan
peralatan-peralatan dapur dan lihai meramu serta memadupadankan bahan makanan. Saya
kerap merasakan masakan mereka saat makan malam bersama. Masya Allah enak,
meskipun mereka selalu merendah hehehe…
Mungkin
rada minder ya pada awalnya, tapi aku go
ahead. Berbaur dengan para gadis,
membantu mereka masak, bercerita seputar dunia gadis dan bertanya ini itu,
hingga akhirnya saya tahu dan mempraktikkan sendiri cara membuat ini dan itu.
Sungguh asyik sekali ternyata berkutat dengan dapur. Apalagi saat bulan
ramadhan kemarin, rasanya benar-benar memiliki saudara perempuan lagi. Saat
mempersiapkan makanan untuk sahur dan buka puasa, tak jarang kami berbagi
tugas. Ada yang mempersiapkan lauk, ada yang sibuk mencuci sayur, ada yang stand by mengulik rica, dan ada yang
siap mengeksekusi di atas kompor bermata dua. Kami masak dan makan bersama,
bahkan tak jarang cuci piring dan bersih-bersih dapur pasca makan pun bersama.
Belum lagi kalo ada cemilan, kita sebisa mungkin mengupayakan untuk makan
bersama. Walaupun jumlahnya yang tidak seberapa. Thank you sisters from another
mother. Whoa.. Syukur Alhamdulillah.
Saya
berhasil mengumpulkan kepercayaan diri dan belajar hal baru, ditengah jarak
yang memisahkan aku dengan bapak dan ibu. Saya tak menyesali ini. Kalo kini aku
masih stay bersama ibu, mungkin aku
akan terus berada di zona nyaman. Who
know?
Saya
menyadari begitu banyak hikmah yang Tuhan berikan lewat sejumlah kisah yang
telah kita lalui. Mungkin pada awalnya kita pesimis dan tidak suka, merasa
“bukan kita banget”. Namun siapa sangka bahwa ada pesan, ada sesuatu yang Allah
ingin kita belajar dari apa yang telah Dia pilihkan kepada kita. Sabar, tetap
semangat dan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Kamu akan sangat terkejut kala
menyadari takdir Allah yang pada akhirnya membuatmu tiada henti mengucap
Alhamdulillah (:
0 komentar