PART 6. SPEKTROFOTOMETER>> PIGMEN TANAMAN =D
A. Tomat
(Lyopercisum esculentum)
Tomat adalah tanaman yang
paling mudah dijumpai dan warnanya yang cerah sungguh menarik. Selain kaya vitamin C dan A, tomat dapat mengobati bermacam penyakit seperti mengobati diare, dan serangan empedu. Tomat
berwarna merah mengandung vitamin C dan vitamin A lima kali lebih banyak dibandingkan dengan tomat hijau. Semakin matang tomat, semakin kaya kandungan vitaminnya. Warna merah pada tomat lebih banyak mengandung lycopene, yaitu suatu zat antioksidan
yang dapat menghancurkan radikal bebas dalam tubuh akibat rokok, polusi dan sinar ultraviolet. Selain itu, belakangan diketahui lycopene
juga berkhasiat membantu mencegah kerusakan sel yang dapat mengakibatkan kanker leher rahim
(Isur, 2012).
B. Pigmen
Warna
Pada
tumbuhan terdapat pula berbagai macam pigmen seperti antosianin. Antosianin merupakan pigmen yang sangat dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH). Tumbuhan yang hidup ditempat asam, seringkali keberadaannya membuat mahkota bunga menjadi berwarna merah. Tumbuhan yang hidup pada tempat yang bersifat basa, keberadaan pigmen ini dapat memunculkan warna biru atau ungu pada mahkota bunga. Karotenoid adalah suatu pigmen pada tumbuhan yang memunculkan warna merah, jingga, oranye, atau kuning. Fungsi karotenoid pada tumbuhan adalah sebagai pelengkap pigmen klorofil untuk membantu proses fotosintesis. Ada beberapa macam karotenoid, misalnya karoten (warna jingga) yang dapat kita
jumpai pada wortel, lutein (warna kuning) pada buah dan sayur, serta likopen (warna
merah) yang terdapat di dalam tomat. Klorofil adalah pigmen utama (paling
banyak) yang dapat kita temukan pada tumbuhan. Klorofil adalah pigmen yang
menyerap cahaya biru dan kuning, sambil memantulkan cahaya hijau. Klorofil
berfungsi sebagai zat yang dapat menangkap energi cahaya(dari matahari) untuk
digunakan pada proses fotosintesis (proses pembuatan zat makanan dari bahan
anorganik: air dan gas karbondioksida) (Suhadi, 2010).
C. Spektrofotometer
Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah
mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi
panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari
sinar masuk akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu, dan sisanya
diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam
nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel. Studi
spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium (Leph,
2012).
Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi
makin rendah absorbansi yang dihasilkan makin rendah (Serin, 2011). Absorbansi adalah jumlah intensitas sinar yang diserap
oleh larutan (Gama, 2012).
Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi dan konsentrasi
tidak linear menurut Serin (2012) yaitu:
1.
Adanya
serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu
larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
2.
Serapan
oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa, namun kuvet
dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3.
Kesalahan
fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau sangat
tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau
pemekatan).
Pengaruh suhu terhadap absorbansi
pigmen karotenoid kulit buah kakao menunjukkan bahwa antara suhu 70°C, 80°C,
90°C dan 100°C penurunan absorbansi pigmennya tidak berbeda nyata (α =0,05). Pengujian
pengaruh lama pemanasan terhadap absorbansi pigmen menunjukkan bahwa pada
umumnya penurunan absorbansi secara nyata terjadi setelah pemanasan selama 30
menit. Selanjutnya penurunan absorbansi hampir sama dengan sebelumnya. Penurunan
absorbansi secara kualitatif menyatakan penurunan intensitas warna. Terjadi penurunan
absorbansi (penurunan intensitas warna) dengan naiknya suhu dan lamanya waktu
pemanasan meskipun tidak begitu besar (Wulan, 2001).
Hukum Beer hanya valid untuk
konsentrasi analit yang rendah. Terdapat dua hal yang memberi kontribusi
terhadap batasan fundamental ini. Pada konsentrasi yang tinggi, partikel
tunggal dari analit tidak lagi bereaksi secara terpisah satu samalain.
Interaksi antar partikel ini akan mengakibatkan perubahan nilai ε. Hal yang
kedua adalah absorbivitas dan absorbivitas molar tergantung pada indeks refraksi
sampel. Indeks refraksi bervariasi pada berbagai konsentrasi sehingga
nilaiabsorbivitas dan absorbivitas molar akan berubah. Pada konsentrasi rendah,
indeks refraksi akan relatif konstan, dan kurva kalibrasi akan linear (Harvey,
2000).
Banyaknya sinar yang diserap akan
bergantung pada banyak molekul yang berinteraksi dengan sinar. Jika pengukuran
dilakukan pada suatu zat warna organik yang kuat/tajam berupa larutan pekat,
maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul
yang berinteraksi dengam sinar. Namun dalam larutan yang sangat encer, sangat
sulit untuk melihat warnanya (absorbansinya sangat rendah). Hal ini dapat
menyebabkan kesalahan pengukuran (akibat variasi konsentrasi larutan). Konsentrasi
larutan yang terlalu pekat perlu dilakukan pengenceran agar absorbansinya dapat
terbaca pada spektrofotometer (Dwicandra, 2012).
Hubungan panjang gelombang cahaya dan
warna sampel dengan alat spektrofotometer dapat dinyatakan menurut Serin (2011)
sebagai berikut:
Tabel 11. Pembagian
Panjang Gelombang Cahaya dan Warna Sampel.
Panjang
Gelombang (nm)
|
Warna
yang diserap
|
Warna
komplementer (warna yang terlihat)
|
400-435
|
Ungu
|
Hijau
kekuningan
|
435-480
|
Bitu
|
Kuning
|
480-490
|
Biru
kehijauan
|
Jingga
|
490-500
|
Hijau
kebiruan
|
Merah
|
500-560
|
Hijau
|
Ungu
kemerahan
|
560-580
|
Hijau
kekuningan
|
Ungu
|
580-595
|
Kuning
|
Biru
|
595-610
|
Jingga
|
Biru
kehijauan
|
610-800
|
Merah
|
Hijau
kebiruan
|
tampak-visible/. 2012.
Contoh
penerapan metode Spektrofotometri, Kamu memiliki larutan glukosa yang tidak
diketahui konsentrasinya, maka untuk mengetahui konsentrai glukosa dalam
larutan itu Kamu bisa menggunakan metode spektrofotometri. Pada metode
Spektrofotometri, cahaya pada panjang gelombang tertentu dilewatkan melalui
sampel larutan glukosa, dari cahaya yang dilewatkan itu ada yang terserap dan
ada yang lewat begitu saja. Banyaknya cahaya yang terserap oleh molekul glukosa
dapat diukur atau diketahui, dan nilai tersebut merefleksikan jumlah glukosa
yang ada di dalam larutan sampel (Mukramin, 2012).
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit.
Larutan blanko biasanya digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan
pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu, kalibrasi blanko (larutan
yang digunakan untuk membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi
dan hanya berisi pengencer digunakan untuk membuat larutan standar), reagen
blanko (larutan berisi reagen yang digunakan untuk melarutkan sampel, pembacaan
absorbansi untuk larutan ini biasanya dikurangi dari pembacaan sampel), dan metode
blanko (larutan yang diperlakukan sama
dengan sampel, ditambah dengan reagen yang sama, mengalamai kontak dengan alat
yang sama dan diperlakukan dengan prosedur yang sama) (Lesmana, 2011).
Larutan asam mempunyai nilai pH dibawah 7. Semakin kuat
keasaman suatu larutan atau semakin besar atau tinggi konsentrasi larutan asam,
maka nilai pH akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin lemah keasaman suatu
larutan, pH-nya semakin mendekati angka 7. Kuat lemah suatu asam bergantung
pada kemampuannya untuk menghasilkan ion H+. Asam kuat jika dilarutkan dalam
air akan menghasilkan ion H+ lebih banyak daripada asam lemah (Nurul, 2012).
Kisaran pH tomat adalah antara 4,0 dan 4,5. Hubungan
antara pH dan kandungan padat (terutama gula) pada romat berpengaruh signifikan
terhadap rasa. Derajat kematangan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH buah
(Viranda, 2009).
Aquadest
digunakan sebagai pelarut. Karena aquadest mengandung airmurni sehingga lebih
mudah larut (Filronset, 2012). Pembuatan media agar untuk kultur jaringan dari
bahan baku tomat juga menggunakan aquadest, dan proses awalnya pun sama dengan
proses pengambilan sari buah tomat. Pembuatan media agar-agar dari tomat
pertama-tama tomat sebanyak 150 gram atau 2 buah (untuk 1 liter agar) di
blender. Pada proses memblender ditambah air murni (aquades). Hasil blender kemudian disaring untuk diambil
sarinya. Cara lain bila tidak punya blender, tomat dipotong-potong kemudian potongan itu direbus dan air rebusan itu disaring (Asep, 2007).
Pigmen
klorofil pada daun bayam dapat diekstrak dengan larutan aseton. Perbandingan yang digunakan yaitu berat sampel dan aseton 1:100. Ekstrak yang diperoleh dapat disaring dengan kertas saring dan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV Vis (Setiari dan Yulita, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Asep.
2007. Tomat dan Pisang, Media Kultur
Jaringan yang Murah. http://arbavella.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal. Diakses
pada tanggal 14 November 2012. Makassar.
Dwicandra,
Oka. 2012. Kesalahan
Spektrofotometeriaaa. http://www.scribd.com/doc/86677341/Kesalahan-Spektrofotometriaaa. Diakses pada tanggal 11 November
2012. Makassar.
Filronset,
Marcellinus. 2012. Tinjauan Pustaka
Media
Kultur. http://www.scribd.com/doc/105696807/2-2. Diakses pada
tanggal 11 November 2012. Makassar.
Kultur. http://www.scribd.com/doc/105696807/2-2. Diakses pada
tanggal 11 November 2012. Makassar.
Gama,
Noviyanty indjar. 2012. Pembahasan Enzim
2010 Pharmacy. http://meonly-dyvi.blogspot.com/2012_05_06_archive.html. Diakses pada
tanggal 15 November 2012. Makassar.
tanggal 15 November 2012. Makassar.
Isur.
2012. Manfaat Buah Tomat. http://sur-elektronik.fixi.in/-info-kesehatan-manfaat-buah-tomat.xhtml. Diakses pada tanggal 11 November
2012. Makassar.
Harvey,
D. 2000. Modern Analytical Chemistry.
New York: The McGraw Hill Companies.
Leph.
2012. Spektrofotometer. http://www.scribd.com/doc/87296726/SPEKTROFOTOMETER. Diakses pada tanggal 11 November 2012.
Makassar.
Lesmana,
Indra. 2011. Fungsi Larutan Blanko. http://indralesman.blogspot.com/2011/03/fungsi-larutan-blanko.html. Diakses pada tanggal 11 November
2012. Makassar.
Mukramin,
Baso. 2012. Spektrofotometri - Absorbansi dan Konsentrasi (Hukum Lambert - Beer).
http://www.basomukramin.com/2012/08/spektrofotometri-absorbansi-dan.html Baso
Mukramin. Diakses pada tanggal 13 November 2012. Makassar.
Nurul.
2012. pH Larutan. http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0902013/Text/pH.txt. Diakses pada tanggal 13 November
2012. Makassar.
Seran,
Emil. 2011. Spektrofotometer Sinar
Tampak (Visible). http://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/spektrofotometri-sinar-
tampak-visible/.
Diakses pada tanggal 11 November 2012. Makassar.
Setiari,
Nintya dan Yulita Nurchayanti. 2009. Eksplorasi
Kandungan Klorofil pada Beberapa Sayuran hijau sebagai Altenatif Bahan Dasar
Makanan Tambahan. https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:p3CzWXZlIgcJ:ejournal.undip.ac.id/index.php/bioma/article/download/3356/3017+%22aseton+dan+sayur+bayam%22&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESj36oSvV5L_UZpDJBh1GTEupKVHDo_TYk4Wp39_SVTjoiLF__4mQDwthztvtclUr3po-LvQGhaNufaSfsL-nuO1IVQm0BYuGvFLhDAG2oKUgaePIH0VpX80_HWPDBX2TWUzr97L&sig=AHIEtbTTxP4o99tojhhXg1vsZJ9hPEC2_w. Majalah Ilmiah Biologi BIOMA. Edisi
Juni 2009 Vol. 11 No..1 Hal 6-10. Diterbitkan oleh Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Matematika Universitas Diponegoro: Semarang.
Suhadi.
2010. Pigmen Membuat Dunia Makhluk Hidup
Menjadi Penuh Warna. http://suhadinet.wordpress.com/2010/10/25/pigmen-membuat-dunia-makhluk-hidup-menjadi-penuh-warna/. Diakses pada tanggal 11 November
2012. Makassar.
Viranda.
2009. Pengaruh Kandungan Fenol Total
Tomat (Lycopersicum esculentum Secara
In Vitro. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123734-S09115fk-Pengujian%20kandungan-Literatur.pdf. Diakses pada tanggal 14 November
2012. Makassar.
Wulan,
Siti Narsito. 2001. Kemungkinan Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Theobroma Cacao, L)
Sebagai Sumber Zat Pewarna (β-Karoten)
β. https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:IVEbhi4cGnMJ:jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/117/465+%22efek+pemanasan+terhadap+absorbansi+larutan+buah&hl=en&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESj-w9XqfMEIsJ7ZRuAAMrQjryasMxPh_TxjiLEAXIhNrVXzna7UnR5dLZbhK8FTs4SxP9GyqX8yKn00LInrx3No3Ql6UtLRTyUufnqCARav-G2SRVvj7DdXU-H2LKuItB1h9PMX&sig=AHIEtbTcZ89i5ou2elS0bdwi_cc41FSlhw. Diakses pada tanggal 11 November
2012. Makassar.
0 komentar