Memeluk Matahari |Episode Terakhir | Fictioong

by - 5:33 PM


“Genta kamu kenapa?” Tanya Firda ekstra penasaran

Genta melihat sekeliling ruangan, sepertinya aman untuk bicara empat mata dengan Firda.

“Genta, aku masih banyak kerjaan. Tolong, waktu adalah uang”

“Oke firda, gini.. aku.. sebenarnya ada niat untuk mengajukan resign akhir pekan ini ke mba Santi. Cuma gimana ya aku tuh takut nyesel” cemas Genta

“Hmm.... sebenarnya aku udah lihat gelagat kamu sih akhir-akhir ini. Dan aku pun ngelihat hal itu udah jadi rahasia umum diantara anak-anak” jelas Firda

“Maasa sih? Alasan terbesarku adalah emang ga suka kerja ekstra banyak tekanan disini”


“Kamu udah yakin? Kalau aku sih ya.. mumpung masih muda ya cobain aja dulu sampai bener-bener hati ga bisa berkompromi lagi. Tadi pak Mugi bilang, kalau ga ada sesuatu yang menyenangkan itu bisa didapat dengan instan. Kudu kerja keras, entah kita bayar pakai otot, otak, atau waktu”

“Aku bisa merasakan yang kamu rasakan. Aku bahkan sempat kepikiran kaya gitu, namun aku putuskan untuk mencoba melebur dengan atmosfer kerja disini. Ya, aku merasa sedang dibentuk menjadi diriku yang lebih baik disini. Walau iya emang bener soal gaji rasa-rasanya masih perlu standarisasi. Tapi kan.. setiap beberapa bulan terjadi kenaikan gaji kan?”

“Iya juga sih da, apa aku yang terlalu pecundang ya.?”

“Semua keputusan pada akhirnya jatuh padamu. Mau berproses disini atau mencari tempat yang lain. Cuma ingat, ga ada sesuatu yang instan Ta”

Genta pamit undur diri dari ruangan Firda. Merenungi keputusannya sekali lagi.
“Ahh. akan ku coba bertahan dua pekan ke depan, semangat Genta kamu bisa” ucap Genta sambil menepuk dadanya.

Pekan berganti pekan, bulan berganti bulan. Pada akhirnya Genta telah terbiasa dengan iklim kerja yang cukup keras itu. Begitu pun Firda. Hingga sesuatu yang tidak pernah Firda duga menghampirinya, menjadi penanggungjawab formula beberapa produk andalan Purwobarokah seperti CHOCOPURE (snackbar rendah kalori), YOGHUTA (greek yoghurt aneka rasa coklat), dan CHOCHO-JAMES (semacam selai oles).

“Rasanya baru kemarin aku duduk dikursi putar itu. Mengeluhkan microsoft excel yang selalu saja salah dimata mba Fika. Dua tahun setengah rupanya Tuhan beri jawaban. Setelah kerja keras yang tiada henti, dan keluh yang aku tahan-tahan dibibirku. Terima kasih ya Allah, semoga kami terus bertumbuh menjadi orang yang pandai bersyukur juga bersabar” ucap Firda dalam doanya di sepertiga malam.

Tak hanya Firda namun Tyo, dan Genta pun sudah naik jabatan. Tyo kini menjadi penanggung jawab Purwobarokah kawasan Indonesia Timur, maklum untuk perusahaan sebesar Purwobarokah butuh pengawas yang bisa gerak cepat dan cepat belajar seperti Tyo, sedangkan Firda tetap menekuni jabatan barunya di Purwobarokah cabang Manado.

Adapun Genta meskipun kini juga bukan lagi karyawan pengawas bahan baku, aktivitasnya sebagai bos Quality Control selama 6 bulan terakhir di Purwobarokah cabang Malang membuatnya menjadi lebih produktif dan lebih menghargai hidup. Nyaris saja ia menyerah.

“dung.. dung.. dung” Handphone Firda berdering pertanda adanya pesan whatsapp baru.

“Firda lo ada di kantor sekarang?”

Firda berkerut memandang pesan Genta. Apakah mungkin ada masalah dicabang Malang, huhu.. ada-ada saja anak ini. Firda ingat betul, tiga bulan lalu Genta tak henti mengganggu hidupnya dua hari dua malam, disebabkan kepanikan Genta mengakali pasokan dan kualitas salah satu bahan yang buruk akibat kondisi ruangpenyimpanan yang kurang optimal penyetelannya. Untung saja dulu Firda banyak ikut mba Santi main ke pabrik untuk melihat pemantauan gudang demi gudang penyimpanan bahan baku. Ditambah lagi posisinya sekarang yang menjamin formula dan kualitas bahan baku setiap produk yang jadi tanggungjawabnya.

“Iya gue udah mau pulang nih.. ngaret 30 menit dari waktuyang seharusnya hemm.. Kenapa lagi stok bahan baku lo ?” tanya Firda

“Gue udah ada di pantry depan nih, temuin gue sekarang. Ini genting, lebih penting dari stok bahan baku gue yang menipis. Cepetan, gue mau balik ke bandara”

Dengan tergopoh-gopoh Firda segera ke ruangan dimana Genta berada. Kalau bukan karena dia mau cepat-cepat pulang, pasti Firda sudah malas-malasan menemui Genta.

Firda melihat disana tak hanya ada Genta, tapi ada Risa dan Irka.

Firda menarik kursi dan mengajak Risa berbicara
“Sa, temen lu ini kebiasaan ya suka bikin segala sesuatunya keliatan darurat”

“Gini deh Ris, denger dulu Genta ngomong. Jangan Dipotong”

“Oke da. Aku sadar aku banyak kekurangan. Aku sedang berusaha menjadi lebih baik setiap harinya baik dalam hal kerja, atau pun ibadah dan menuntut ilmu agama. “

“Aku masih belajar. Aku juga melihat dunia ini semakin hari semakin menakutkan. Aku ga mau mati dalam kadar amal kebaikan yang pas pasan dimata Allah nantinya. Aku butuh partner untuk menemani aku beribadah dalam jangka waktu yang lama.”

Semuanya terdiam.

“Firda Mar’atushholihah, teman kerja terlamaku yang paling tangguh dan tidak kenal menyerah. Dengan segala kerendahan hati didepan Risa dan Irka, disaksikan oleh malaikat penjaga dan tentunya Allah di atas Arsy-Nya.... maukah kamu menjadi partner hidupku untuk menabung pahala bersama-sama ke syurgaNya?”

Firda tersedak, sesuatu yang sama sekali tidak disangka. Namun jika dipikir-pikir, Genta memang banyak berubah selama tiga tahun terakhir ia mengenalnya. Tentu saja menjadi lebih baik.

“Dijawab dong da.” Goda Irka

“Kamu.. senekat dan semendadak ini soal? keterlaluan” tanya Firda

Genta terdiam.

“Keterlaluan kamu engga langsung ke rumahku ketemu bapak dan ibuku” jawab Firda dengan senyum merekah

Genta menyambut senyuman Firda “apakah ini artinya kamu kasih aku jalan untuk “kita” berproses ke arah lebih serius?”

“Aku hanya bisa kasih jawaban lusa. Bapak dan ibuku ada di rumah malam ini. Aku balik duluan ya. Assalamu’alaykum” Kata Firda sambil menenteng tas mungilnya, disusul Risa dan Irka.

“udah kan Ta? aku balik ya.. itu artinya Firda ngasih kamu harapan 50%, selebihnya mungkin restu orang tua dan tentu saja banyak berdoa” ucap Irka.

“Firda tunggu" kata Genta

“permasalahannya adalah aku udah dapat restu dari bapak dan ibu kamu selama dua pekan terakhir ini” Ucap Genta tersenyum

Firda semakin terkejut “Kamu yaa Ta, selalu tiba-tiba dan ngagetin orang”

“Gimana da? aku udah mau balik lagi ke Malang. Bapak dan ibuku udah nunggu di bandara, mereka mau fourth honeymoon di Malang”,

Firda terdiam
berpikir sangat keras.

“Genta Pratama Alif. Dengan segala kerendahan hati didepan Risa dan Irka, disaksikan oleh malaikat penjaga dan tentunya Allah di atas Arsy-Nya.... aku mau taaruf sama kamu” jawab Firda

“Aku balik duluan ya.. yuk Ka, Sa” ucap Firda bergegas pulang, tak sanggup menyembunyikan pipinya yang memerah.

Segalanya menjadi lebih indah ketika kita mau bersabar menikmati proses dan menanti kejutan yang tidak pernah mengecewakan dari Sang Khalik. Matahari memang sulit untuk didekati apalagi didekap, Tapi ujian yang Firda lalui bukan hal yang mudah dan singkat. Pada akhirnya ia menyadari bahwa sesuatu yang sulit untuk ditaklukkan sebenarnya bisa ditaklukkan apabila mau belajar menjadi tangguh. Ya. Matahari Firda adalah Purwobarokah, yang kini dapat ia peluk sesuka hatinya.

“Allah memang Maha Baik” ucap Firda,

Motor vario berwarna pink itu pun melaju meninggalkan parkiran Purwobarokah yang lengang, selega hati pemiliknya yang mensyukuri nikmat demi nikmat dari Tuhannya.

T A M A T

#ODOPBatch7
#OneDayOnePost  - Tantangan pekan ketujuh

Mohon masukannya gaees.

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut