Memangnya Anda Siapa?
Kerap
hati bercakap sendiri, mengomentari satu demi satu manusia ciptaan Allah Yang
Maha Sempurna. Entah bajunya, entah fisiknya, entah caranya berbicara, entah
polesan riasannya, bahkan hingga ketidaksempurnaannya dalam menggunakan hijab
syar’i. Terlalu banyak yang begitu dengan mudahnya terlantun lewat hati ini.
Jika
saja tidak ada kata istighfar, jika
saja tak sadar Allah Maha Mengawasi, jika saja lupa kalau ada malaikat yang
siap mencatat detil setiap amalan, maka siapa
lagi yang mengendalikan diri? Maka menjadi hal yang patut disyukuri ketika rem
hati masih berfungsi untuk bergegas beralih dari hal yang kurang berfaedah.
Kita
begitu mudah menghakimi, muslimah yang memakai baju yang berlengan setengah
misalnya. Jelas saja sebagian aurat tangannya tersingkap. Jelas saja itu
menjadi dosa baginya ketika setiap lelaki non mahram memandangnya. Dan ketika
hati berdongkol menyombongkan diri “...kasihan sekali dia
tidak mengerti, kenapa sih dia berani sekali pakai baju kaya begitu kan
dosa....” Apakah kemudian dia akan berubah?
Jelas
saja tidak sebab kita hanya berani berucap dalam hati, sementara manusia
menilai dari apa yang kita ucapkan. Ya, mereka tergugah dari apa nasihat baik
yang kita ucapkan dan terlebih lagi dari yang kita praktikkan. Bukankah bisa
saja dia belum paham tentang batasan aurat muslimah? bukankah bisa jadi ilmu
belum sampai padanya?
taken from here
Maka
sebagai saudara seiman yang baik hati dan peduli, memberi tahu kebenaran tentu
saja menjadi salah satu solusi terbaik dalam rangka menghilangkan tanggungjawab
di akhirat kelak. Bisa saja sang saudara kita menggugat kita di akhirat karena
kita tidak mengajarkan fikih pakaian muslimah kepadanya. Memang benar adanya
bahwa mendoakan adalah selemah-lemahnya iman. Namun tidak ingin kah kita
mencoba untuk mengajak dan menyampaikannya dengan santun? Ingatlah, bahwa hati
setiap manusia dipegang Allah. Sekeras apapun hatinya maka suatu saat pasti
bisa luluh insyaallah atas izin-Nya. Maka jangan lelah mendoakan, jangan lelah
menyampaikan. Dan yang terpenting tetap semangat memperbaiki segala
kekurangan diri, sebelum sibuk menghakimi.
#kelasnonfiksi
#ODOPBatch7
0 komentar