Tersulut Gundah, Saat Tangan Mereka Menengadah
Mereka
setia,
Menyapa
pagiku yang bergelora
Menjemput
senjaku yang nyaris tak bertenaga
Begitulah
langkahku disambut pilu rintihan insan yang nampak tak berdaya
Rupa-rupa
ratapan itu menyeruak, menghalau jalanku tiba-tiba
Anak
kecil tak beralas kaki, yang mengasah diri dengan lantunan ayat suci
Pria
paruh baya, yang mengerut, memelas, dengan suara parau nan lirih
Kakek
dan suling tua, yang memanjakan telinga oleh alunan nada sarat harmoni
Juga
Ibu lanjut usia, yang tak letih menjajakan kue hingga kondisi yang diragukan
indrawi
Serta
ibu dan anak buta, yang asyik bercerita dengan tangan yang menengadah, menagih
Mereka..
bertahan, bertemanikan wadah kecil, penampung rupiah tanda belas kasih
Hatiku
terenyuh
Namun
akalku bergemuruh
Setengah
mati dibuat gusar menduga ratapan yang sungguh-sungguh
atau
sebuah rekayasa lusuh akibat semangat juang mereka yang telah rapuh
Aduhai..
keprihatinan menyelimuti semangatku akan realita pahit yang dunia seru
Langkah
kaki mungilku bergegas ‘tuk meraup ilmu
Namun
rintihan mereka juga tak letih menjemputku diujung gerbang biru
Lantas
cukupkah rupiah baginya, dari kami yang hidupnya masih disantuni ayah dan ibu?
Ku
pendarkan akalku pada semesta
Juga
hatiku agar menyamai jernihnya samudra
Menenggelamkan
gundahku akan rintihan pedih di depan mata
yang
tak ku pahami benar tidaknya
Biar
saja ku semai meski tak berlimpah
Sebab
Tuhanku tahu kebenarannya
Biar
saja secuil kadarnya asal berkah dan bernilai ibadah
Meski
harus bertarung dengan bisikan keji yang menggelora senantiasa
Selaksa
harap menggema di palung hatiku
Mengharap
langit memberkahi hidup para pengais rezeki itu
yang
rela menghempas malu
Demi
kerasnya hidup yang terus membelenggu
Bukan
hardikan dan tatapan arogansi
yang
memekakkan mata, menampar mata hati
Memicu
kerut yang menjadi-jadi
Sebab mereka pun punya nurani
Lembut, halus, begitu indah adab yang dijabarkan
baginda nabi
Sebab dari para kaum fakir, catatan kebaikan kita
dapat bermula
Yang menjadi sebab noda-noda hitam lenyap hingga tak
bersisa
Yang menyembuhkan angkuh, lalu membumikan hati
Beginilah...
Potret bumiku yang katanya kaya raya
Yogyanya
mengusik gundah para cendekia, generasi muda
Dan
sudah seharusnya mereka terusik
Sudah seharusnya ruang hatinya tergelitik
Tergugah untuk mengudarakan ratapan mereka
Dengan gaya khas pemuda
Bukan sekedar melontarkan celotehan demi memicu gelak
tawa
Yang memicu perpecahan nusa dan bangsa
Ketimpangan
yang menyesakkan pandangan, terbelangah
Bahan baku pemacu pembenahan, menggenjot belajar sampai
kepayahan
Memperbaiki diri kini, demi masa depan
Saat kepemimpinan kelak menyapa dan menagih, untuk
sebuah pengabdian
Meretas pahit getirnya kemiskinan dan ketidakberdayaan
Sebab ‘sejahtera’ juga hak mereka yang wajib ‘tuk diperjuangkan
Sebab ku tahu, mereka lelah meminta.. lelah tangannya
menengadah
Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam sayembara puisi yang diselenggarakan oleh Tulis.me
0 komentar