Tersulut Gundah, Saat Tangan Mereka Menengadah

by - 9:43 AM


Mereka setia,
Menyapa pagiku yang bergelora
Menjemput senjaku yang nyaris tak bertenaga
Begitulah langkahku disambut pilu rintihan insan yang nampak tak berdaya
Rupa-rupa ratapan itu menyeruak, menghalau jalanku tiba-tiba

Anak kecil tak beralas kaki, yang mengasah diri dengan lantunan ayat suci
Pria paruh baya, yang mengerut, memelas, dengan suara parau nan lirih
Kakek dan suling tua, yang memanjakan telinga oleh alunan nada sarat harmoni
Juga Ibu lanjut usia, yang tak letih menjajakan kue hingga kondisi yang diragukan indrawi
Serta ibu dan anak buta, yang asyik bercerita dengan tangan yang menengadah, menagih
Mereka.. bertahan, bertemanikan wadah kecil, penampung rupiah tanda belas kasih

Hatiku terenyuh
Namun akalku bergemuruh
Setengah mati dibuat gusar menduga ratapan yang sungguh-sungguh
atau sebuah rekayasa lusuh akibat semangat juang mereka yang telah rapuh

Aduhai.. keprihatinan menyelimuti semangatku akan realita pahit yang dunia seru
Langkah kaki mungilku bergegas ‘tuk meraup ilmu
Namun rintihan mereka juga tak letih menjemputku diujung gerbang biru
Lantas cukupkah rupiah baginya, dari kami yang hidupnya masih disantuni ayah dan ibu?

Ku pendarkan akalku pada semesta
Juga hatiku agar menyamai jernihnya samudra
Menenggelamkan gundahku akan rintihan pedih di depan mata
yang tak ku pahami benar tidaknya

Biar saja ku semai meski tak berlimpah
Sebab Tuhanku tahu kebenarannya
Biar saja secuil kadarnya asal berkah dan bernilai ibadah
Meski harus bertarung dengan bisikan keji yang menggelora senantiasa

Selaksa harap menggema di palung hatiku
Mengharap langit memberkahi hidup para pengais rezeki itu
yang rela menghempas malu
Demi kerasnya hidup yang terus membelenggu

Bukan hardikan dan tatapan arogansi
yang memekakkan mata, menampar mata hati
Memicu kerut yang menjadi-jadi
Sebab mereka pun punya nurani              

Lembut, halus, begitu indah adab yang dijabarkan baginda nabi
Sebab dari para kaum fakir, catatan kebaikan kita dapat bermula
Yang menjadi sebab noda-noda hitam lenyap hingga tak bersisa
Yang menyembuhkan angkuh, lalu membumikan hati

Beginilah... Potret bumiku yang katanya kaya raya
Yogyanya mengusik gundah para cendekia, generasi muda
Dan sudah seharusnya mereka terusik
Sudah seharusnya ruang hatinya tergelitik

Tergugah untuk mengudarakan ratapan mereka
Dengan gaya khas pemuda
Bukan sekedar melontarkan celotehan demi memicu gelak tawa
Yang memicu perpecahan nusa dan bangsa

Ketimpangan  yang menyesakkan pandangan, terbelangah
Bahan baku pemacu pembenahan, menggenjot belajar sampai kepayahan
Memperbaiki diri kini, demi masa depan
Saat kepemimpinan kelak menyapa dan menagih, untuk sebuah pengabdian
Meretas pahit getirnya kemiskinan dan ketidakberdayaan
Sebab ‘sejahtera’ juga hak mereka yang wajib ‘tuk diperjuangkan 
Sebab ku tahu, mereka lelah meminta.. lelah tangannya menengadah



Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam sayembara puisi yang diselenggarakan oleh Tulis.me

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut