Bisik-bisik hati
Mengapa seulas senyum menghilang dari wajahmu yang menenangkan
Seolah kabut menyelimuti tanpa ada tanda-tanda akan menghilang
Apakah badai kehidupan sudah sedemikian pahitnya hingga kau tak lagi mampu
untuk bertahan?
Lalu apalah arti perjuangan dari setiap mereka yang tak letih mengejar
harap dengan berjuang?
Langkah lesu bahkan tak malu lagi dengan langkah para semut yang terus
berlarian dengan penuh semangat
Mencari serpihan demi serpihan rezeki tuk dibagi bersama kerabat dan
sahabat
Berat nafas itu berhembus, lengkap sudah dengan tatapan sendu yang kerap
terkatup
Enyah saja sekelumit beban dipundak kecil itu
Bisakah kau jalani saja selayaknya manusia lain?
Memaklumi bahwasanya setiap jiwa punya potensi untuk salah
Memaafkan pun menjadi obat agar hati terjauhkan dari noktah dosa
Hati sejatinya milik Tuhan
Yang tak dapat dijamin kondisinya setiap saat kau terbangun membuka kedua
mata
Lengan yang kau gandeng kuat-kuat lalu, kini bisa jadi Cuma bisa kau
pandangi punggungnya jauh-jauh
Tawa yang terus bergulir hari demi hari, bisa jadi hari ini Cuma bisa kau
kenang dalam-dalam
Sesederhana dan sepelik itu
Keadaan tak ingin dipersalahkan
Mungkin diri yang harus berbenah
Sebab ada aksi yang kerap menyakitkan hati
Meski mulut terkatup rapat
Atau
Mungkin ada hati yang terluka
Meski langkah diam ditempat
sebab mulut berbusa tanpa jedah menoreh luka
Jangan, jangan kau katakan “andai saja”
Hari ini adalah milikmu
Selaksa waktu yang dapat kau ubah sekehendak mu
Tentu saja dengan izin Tuhan yang
Maha Tahu
menjadi coretan cerita yang indah untuk diingat
atau justru sebaliknya, terlalu buruk untuk sekedar terlintas dibenak
menyelami dan merenungi sebuah catatan kecil bahwa
menghargai mereka yang selalu disisi adalah sebuah kewajiban
sebelum akhirnya mereka pergi tanpa aba-aba
entah masih dapat kau temui senyumnya meskipun sulit,
atau tak lagi kau dapat kau temui meski hari, bulan hingga tahun terus
berganti, dibumi yang kau tempati
0 komentar