Bergulat dengan Nafsu

by - 8:38 AM


Mentari nampaknya hendak berpamitan lagi dengan ku hari ini. Ahh.. Sedih rasanya. Sepertinya ada yang ku sesali kala ia beranjak meninggalkanku. Bukan karena malam akan segera tiba, bukan itu. Kala ku tatap mega yang mulai memerah, akal sontak menggiringku kembali ketika diri ini masih bersujud pilu dipenghujung fajar, dihadapan Sang Maha Pencipta. Masih teringat diri yang memohon diampuni. Ingatan itu terus melaju dan melaju hingga apa yang kulakukan semenit yang lalu. Astaghfirullahal’adzim. Rupanya dosa dan pelanggaran masih sempat menghiasi perjalanan hari ini. Lagi-lagi lisan ini mengucap istighfar. Dunia ini kenyataannya mampu membutakan akalku, mengunci hatiku, kala aku luput dan lalai akan pantauan Sang Maha Menyaksikan. Astaghfirullahal’adzim.

weheartit.com

Kurenungi hari yang telah kulewati. Rentang 24 jam yang kumiliki tak ada bedanya dengan 24 jam para ustadzah, para ilmuwan, para pedagang. Kusadari diriku yang ingin bergerak pergi dari kemalasan. Ku paksa diriku meski awalnya begitu sukar, demi sejuta kegiatan dan mimpi yang terus menghantui. Ku hampiri sebuah buku kecil yang masih putih, bersih. Perlahan ku torehkan sekumpulan agenda yang akan kulakukan, lengkap dengan waktu dan deadline-nya. Lega rasanya. Buku itu senantiasa menemani kemanapun langkah ku pergi. Sesekali buku itu ku pandangi, dan kembali mengingat waktu yang masih tersisa untuk ku. Hingga akhirnya tiba waktunya mentari hendak pamit. Lagi-lagi kupandangi catatanku. Ya Allah.. masih ada beberapa agenda hari ini yang masih belum terselesaikan. Ku tarik dalam-dalam udara senja, Aku bertanya dalam pikirku, “mengapa ini dapat terjadi?”. Sekumpulan syaraf seolah menggiring ingatanku pada serangkaian agenda hari ini yang nampaknya terlalu berlebihan.

Bermain gadget melewati batas misalnya. Oh ya… nampaknya hari ini, diri terlalu berkompromi akan keadaan. Hingga akhirnya tak mampu bertindak sedikit keras, bahwa waktunya sudah kelamaan. Dan kali ini ungkapan “penyesalan selalu datang belakangan”, sepertinya telah menderaku, memberi beban yang baru akan malam ku dan esok hari ku. Sedih rasanya, ketika nafsu begitu memegang kembali akan hatiku yang tak dapat konstan akan satu hal. Tiba-tiba ku teringat akan nasihat seorang ustadzah, “Hati itu kalau tidak diisi dengan iman, maka akan didominasi oleh nafsu. Keduanya tidak dapat berada pada satu tempat. Jika imanmu sedang turun, maka nafsu mu akan memegang kendali”. Kalimat singkat namun memiliki makna yang dalam. Memang benar adanya.. bahwa anak adam harus mampu mengendalikan nafsunya, karena jika tidak maka yang akan terjadi adalah sebaliknya. Mungkin hari ini aku adalah korban nafsu yang bertindak semena-mena, akan diriku yang tak mampu berjuang memegang kendali.

Mungkin… ini yang membedakan seseorang dengan para ulama serta para cendekiawan sukses. Nafsu yang liar mampu dikendalikan, waktu yang terbatas 24 jam setiap harinya mampu mereka taklukkan. Aku mau seperti mereka, punya agenda segudang namun mampu membagi rata dengan asas keadilan, bahkan tubuhnya pun punya hak untuk beristirahat. Maha Suci Allah yang mengajarkan sebuah pelajaran lagi dihari ini, nampaknya ini terlihat sepele namun dampaknya begitu fatal. Tak bisa membayangkan jika pekerjaan yang tak kelar disiang hari, harus ku tuntaskan hingga malam beralih ke fajar. Parahnya tubuh tak mampu lagi ku penuhi hak-nya, dan pekerjaan ibu tak mampu lagi kuringankan meski sebatas mencuci piring makanku sendiri. Astaghfirullah. Nafsu oh nafsu… Dengan memohon kekuatan kepada Rabbku, akan kupegang tali kendali ‘tuk belajar menjinakkan mu setiap saat. Yakini kehadiranmu pasti menggeser posisi Tuhanku yang memegang kerajaan di hatiku yang mudah rapuh. Semoga dzikrullah senantiasa menjadi senjata terbaik ‘tuk mengendalikan bujuk rayu syaithan, sang penguasa nafsu. Semoga menyadari sifat Maha Melihat Allah, mampu membuat lisan beristighfar dan perlahan mampu mengendalikan nafsu serta memaksimalkan waktu.

pinterest.com


Mungkin pada beberapa keadaan.. seseorang harus jatuh dulu, untuk menyadari kesalahan. Jika begitu, semoga hati masih sensitif untuk membedakan kebaikan dan keburukan, agar dapat mengambil pelajaran dari setiap kesalahan yang menghadang. Ya, Allah masih menghendaki sensor hati masih berfungsi, semoga nikmat ini tidak kita sia-siakan dan mampu kita maksimalkan. Astaghfirullahal’adziim.. Astaghfirullahal’adziim.. Semoga tekad kuat mampu menguatkan jiwa yang mampu dilemahkan oleh ganasnya nafsu dan indahnya dunia. Ku tak ingin kesalahan ini berulang lagi, memperbaiki koneksi kepada Rabb  semoga mampu menguatkan kedua kaki ini ‘tuk melangkah dijalan yang diridhoi-Nya, bersama segenap mimpi dan agenda yang tak pernah berhenti menagih setiap hari.
(2011)
***

Saat tengah mencari inspirasi menulis, penulis teringat kembali ketika diri hendak hijrah dari kemalasan :’) pernahkah kawan merasakannya? Semoga tulisan ini dapat mewakili kondisi jiwa yang hendak berjuang mengendalikan nafsu duniawi, mari senantiasa saling menguatkan, saling mengingatkan akan Rabb dan sederet mimpi yang harus segera diraih, sebab kamu tak berjuang sendirian. #Berrrsemangat

#ODOP_Batch2
#Tulisanke31_Pekanke8_Bulanke2

You May Also Like

4 komentar

  1. bermuhasabah setiap baca tulisan neng khofiyaa

    BalasHapus
  2. untuk intropeksi diri..terimakasih mbak

    BalasHapus
  3. Saya nyerah kalau disuruh bermain-main diksi begini ..
    keren mbk Khofiya

    BalasHapus

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut