Tugas Akhir PBIP Semester I
MAKALAH
PENGETAHUAN BAHAN INDUSTRI
PANGAN
MINYAK
ASIRI DARI TANAMAN NILAM
DISUSUN OLEH :
1.
HARIYATI
2.
me..^^
3.
NURUL ILMI MUSRA
4.
FITRI HAMZAH
5.
DARMA
6.
EVI KUMALASARI
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI
PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Potensi Minyak Atsiri
Sejak lama manusia telah mengenal bau harum yang
berasal dari tanaman. Konon bangsa Romawi dan Mesir Kuno memakai aroma harum
tanaman seperti lavender dan melati untuk mandi, membalur tubuh, dan pemijatan
sjak 6000 tahun yang lalu. Ahli-hli bangsa Romawi menciptakan cairan harum asal
tanaman yang sedemikian cepat menstimulasi syaraf pusat dan membuat pemakainya
merasa nyaman.
Di Indonesia, tanaman aromatik telah lama dikenal,
terutama sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara. Seperti halnya bangsa romawi,
aroma harum itu lebih banya digunakan oleh kaum Hawa untuk keperluan mandi dan
membalur tubuh. Sejatinya masyarakat tradisional sudah akrab dengan aroma harum
yang berasal dari tanaman.
Tanaman berbau harum-ekstraknya disebut dengan
minyak asiri, mulai ditelisik lebih dalam oeh banyak ahli. Sekitar 5 abad yang
lalu pmbaharu Paracelcus (1493-1571) tdak menduga jika hipotesanya menjadi
kunci perkembangan minyak asiri di duna. Paracelcus mrinci bahan-bahan hasil
penyulingan dapat menghasilkan ekstrak penting. Ekstrak itu disebut Quinta essentia, selanjutnya ditabalkan
sebagai intinya obat. Seperti halnya inti obat, minyak asiri diperoleh melalui
proses ekstraksi.
Minyak asiri mulai dikenal luas sejak abad ke 16.
Pada saat itu segelintir industri pnyulingan di Perancis memproduksi minyak
asiri asal bunga lavender Lavandula
angustifolia. Minyak lavender dikemas dalam botol-botol kecil dan berharga
mahal.
Kebutuhan besar bahan baku minyak asiri dunia yang
menyebabkan bangsa Indonesia dahulu dijajah oleh bangsa Eropa. Sampai saat ini
Indonesia tetap menjadi salah satu sumber bahan baku minyak asiri dunia.
Contohnya minyak nilam Pogostemon cablin. Minyak itu tersohor sebagai fiksatif
alias pengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat wangi pada parfum.
I.2.
Potensi Tanaman Nilam
Nilam (Pogostemon
cablin Benth.) adalah suatu
semak tropis penghasil sejenis minyak
atsiri yang dinamakan sama (minyak nilam). Dalam perdagangan
internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa
Tamil patchai (hijau) dan ellai (daun), karena minyaknya disuling dari daun).
Aroma minyak nilam dikenal 'berat' dan 'kuat' dan telah berabad-abad digunakan
sebagai wangi-wangian (parfum)
dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur.
Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan
minyak atsiri lainnya.
Tumbuhan
nilam berupa semak yang bisa mencapai
satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah layu
jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan
bau wangi yang kuat. Bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif.
Diantara
sekian banyak minyak asiri, minyak nilam yang paing banyak diproduksi.
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan
konstribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 mencapai 1.295 ton engan
nilai US$22,5 juta. Setiap tahun Indonesia mengekspor minimal 1.500 ton minyak
nilam. Berapa negara tujuan ekspor adalah Singapura, Perancis, Amerika serikat,
Swiss, Inggris, dan India.
Oleh karena
itu minyak nilam asal Indonesia dikenal masyarakat dunia ketimbang
negara-negara lainnya. Meskipun dari segi kualita sebenarnya ada minak nilam
dari China dan Brazil yang sedikit lebih unggul. Minyak bermanfaat sebagai
bahan baku parfum, kosmetik, antiseptik, dan insektisida. Karena bersifat
fiksatif, minyak nilam digunakan untuk “mengikat” minyak asiri lain. Hingga
kini belum ad produk substitusi mnyak nilam. Belakangan ini minyak nilam juga
digunkan dalam terapi aroma.
Sentra
produksi nilam terdapat di Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan
Nangroe Aceh Darussalam. Namun kini, nilam juga berkembang di berbagai daerah
seperti Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Luas area
penanaman nilam dari tahun ke tahun terus meningkat.
Minyak nilam
yang bermutu tinggi antara lain dipengaruhi oleh bahan baku dan proses
penyulingannya. Tanaman nilam yang terawata baik akan tumbuh optimal shingga
jumlah daun lebih banyak. Dengan jarak tanaman 75cm x 100cm, produksi per
hektar bisa mencapai 20 ton daun basah berkadar air 80%
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Pasca Panen Tanaman Nilam
Tanaman nilam yang tumbuh dan
terpelihara dengan baik, sudah dapat dipanen pada umur 6 sampai 8 bulan setelah
penanaman. Pemanenan dilakukan dengan memangkas atau memotong cabang-cabang,
ranting-ranting dan daun-daun tanaman nilam. Sebaiknya pada setiap panen
dibiarkan satu cabang tumbuh untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru.
Untuk teknis pemanenan atau
pemetikan daun nilam sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau dapat juga
dilakukan menjelang malam hari. Satu hal yang perlu untuk diperhatikan bahwa
pemetikan daun jangan dilakukan pada siang hari. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga daun agar tetap mengandung minyak atsiri yang tinggi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penanganan pasca panen :
a.
Alat Panen
Alat yang digunakan untuk panenan
tanaman nilam adalah sabit, gunting, atau parang yang tajam. Yang harus diperhatikan
adalah kebersihan dari alat-alat tersebut.
b.
Cara Panen
Pada panen pertama, bagian yang
boleh dipangkas dari tanaman nilam adalah cabang-cabang dari tingkat dua ke
atas, sedangkan cabang-cabang dari tingkat pertama ditinggalkan. Setelah
selesai pemanenan pertama, pekerjaan selanjutnya adalah pembumbunan atau
menumbut cabang pertama tadi. Pembumbunan cabang tersebut sistem pemindahan
vegetasi tanpa pemindahan areal.
c.
Perlakuan daun nilam sebelum
disuling
Pamanenan daun-daun nilam
dipotong-potong sepanjang 3-5 cm, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Proses tersebut perlu dilakukan karena
minyak nilam di dalam tanaman dikelilingi oleh kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh, kantong minyak atau rambut gladular, sehingga bila bahan
dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya tergantung dari proses
difusi yang berlangsung sangat lambat. Pengecilan ukuran bahan biasanya dilakukan dengan
pemotongan atau perajangan, hal
ini bertujuan agar kelenjar minyak
dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari
bahan-bahan tersebut. Cara menjemur hasil panenan yang
baik adalah dengan menggelarnya di atas tikar atau tempat lainnya atau juga di
lantai semen yang bersih dan bebas dari daun tanaman lain. Penjemuran dilakukan
selama 4 jam (10.00 – 14.00). Setelah dijemur dianginkan di tempat yang
sejuk/teduh (dalam ruangan) dengan tebal lapisan 50 cm.
Lapisan ini harus dibalik 2-3 kali
sehari selama 3-4 hari, sehingga diperoleh kadar air bahan 15%. Setelah itu
sudah dapat dimulai disuling. Hindarilah
pengeringan yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan yang terlalu
cepat dapat menyebabkan daun terlalu rapuh dan sulit untuk disuling. Sedangkan pengeringan
yang terlalu lambat menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah diserang jamur,
akhirnya rendemen atau mutu minyak yang dihasilkan akan menurun.
d.
Penyulingan
Adapun
penyulingan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu cara direbus, dikukus,
dan penyulingan dengan uap. Penyulingan direbus, daun nilam kering dimasukkan
dalam ketel berisi air dan dipanasi. Kapasitas ketel penyulingan bervariasi,
mulai dari 200-2000.
Ketel
dibuat dari bahan antikarat, seperti stainless steel, besi atau tembaga berlapis
alumunium Dari ketel akan keluar uap kemudian dialirkan lewat pipa yang
terhubung dengan kondensor (pendingin). Uap berubah menjadi air. Air yang
sesungguhnya merupakan campuran air dan minyak itu akan menetes di ujung pipa
dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya, dilakukan proses pemisahan sehingga
diperoleh minyak nilam murni. Dewasa
ini juga sudah dikembangkan pula modifikasi penyulingan dengan uap langsung
yang disebut penyulingan secara hidrodifusi.
Untuk instalasi skala kecil penggunaan penyulingan cara
direbus dan cara dikukus lebih menguntungkan. Sedangkan untuk instalasi skala
besar atau skala industri penerapan cara penyulingan uap lebih menguntungkan
(Ketaren, 1985). Penyulingan nilam dalam tangki steinless steel dengan cara uap
memberikan rendemen dan kadar ”patchouli alkohol” yang lebih tinggi
dibandingkan cara rebus maupun kukus. Makin lama waktu penyulingan, makin
tinggi rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar ”patchouli alkohol” dari
minyak yang dihasilkan. Minyak yang dihasilkan dengan cara ini memenuhi standar
SNI. Diagram alir proses penyulingan minyak nilam dapat dilihat pada Gambar 3.
II.2. Kandungan Minyak Nilam
Minyak yang berasal dari nilam dimanfaatkan sebagai
obat-obatan seperti antiseptik, anti jamur, anti jerawat, obat eksim, dan kulit
pecah-pecah, serta ketombe, mengurangi peradangan, bahkan dapat membantu
mengurangi kegelisahan dan depresi, atau membantu penderita insomnia (gangguan
susah tidur) dan bersifat afrodisiak meningkatkan gairah seksual.
Pada dasarnya seluruh bagian tanaman nilam seperti akar
batang hingga daun mengandung minyak namun kandungan kualitas dan kuantitasnya
sangat berlainan. Kandungan terbanyak terdapat di daunnya yaitu pada waktu
tunas mengeluarkan tiga daun pertamanya. Untuk mendapatkan minyak nilam yang
berkualitas diperlukan dengan proses penyulingan minyak nilam terbaik.
Minyak nilam atau patchouli oil, hasil sulingan daun
nilam digolongkan dalam empat jenis mutu yang dibedakan menurut aroma :
·
ordinary dan medium : hasil sulingan Indonesia dan
Singapura
·
special dan extra special : hasil sulingan Prancis dan Inggris,
dimana penyulingan dilakukan secara
tidak langsung dan daun dipilih
terlebih
dahulu.
Adapun patokan mutu minyak nilam yg diberikan oleh EOA
berdasarkan sifat alami dan kimiawinya ialah :
·
cairan berwarna cokelat kehijauan
sampai cokelat tua kemerahan dengan aroma khas, awet, dan sedikit mirip kamper
·
berat jenis (25 oC) : 0,950 s.d. 0,975
·
putaran optik : -48 o s.d. -65 o
·
refractive index (20 oC) : 1,5070 s.d.
1,5150
·
nilai acid : < 5%
·
nilai penyabunan : < 20
·
kelarutan dlm alkohol 90% : larut dlm
10 volume.
Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk
kompos dapat menghemat pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan disamping itu
juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Di Bengkulu limbah nilam disamping
digunakan sebagai pupuk di sawah, juga berfungsi sebagai penolak hama wereng.
Kompos limbah sisa hasil prosesing minyak nilam mempunyai kandungan hara yang
cukup tinggi dan potensial bagi sumber pupuk organik alternatif yang bermutuh
tinggi (Djazuli, 2002).
II.3. Produk dan Olahan
Berikut adalah bagan
proses pengolahan minyak atsiri dari nilam dengan proses penyulingan.
Proses pasca panen pada bagan diatas
telah dijelaskan pada materi diatas. Minyak nilam punya sifat susah dicuci
sekalipun dengan air sabun, tapi larut dalam alkohol hanya saja sukar menguap.
Karena sifat-sifatnya itu, minyak nilam digunakan sebagai bahan baku dalam
industri wangi-wangian (parfum). Pada proses pengolahan produk pada
bagan diatas diawali dengan pemprosesan minyak
nilam lebih lanjut dengan proses deterpenasi untuk memisahkan antara oxygenated
hydrocarbon dan seskuiterpen. Oxygenated hydrocarbon yang dihasilkan
difraksinasi untuk memisahkan komponen-komponen patchouli alkohol, eugenol,
benzaldehid dan sinamaldehid. Patchouli alkohol merupakan komponen utama
sebagai penentu aroma khas minyak nilam, yang sangat penting dalam pembuatan
parfum. Kandungannya dalam minyak nilam tidak kurang dari 30% dari bobot
minyak. Metode penghilangan senyawa terpen atau terpenless biasa dilakukan
terhadap minyak atsiri yang akan digunakan dalam pembuatan parfum, karena
minyak yang dihasilkan akan memberikan aroma yang lebih baik (Hernani et al.,
2002; Sait dan Satyaputra, 1995). Ada dua cara penghilangan terpen, yaitu
dengan adsorpsi menggunakan kolom alumina menggunakan eluen tertentua dan
ekstraksi menggunakan alkohol encer.
Sifat-sifat
minyak nilam yang dapat larut dalam alkohol, dapat dicampur (blending) dengan
minyak atsiri lainnya, dan sukar menguap dibanding minyak atsiri lainnya,
menyebabkan minyak nilam baik untuk digunakan sebagai fiksatif (zat pengikat
bau) dalam parfum dan dapat membentuk bau yang harmonis.
Penambahan
fiksatif di dalam parfum adalah untuk mengikat bau wangi dan mencegah penguapan
zat pewangi yang terlalu cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang atau
lebih tahan lama. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif belum dapat
disubstitusi oleh minyak atsiri lain ataupun bahan sintetis.
Minyak
nilam yang dihasilkan disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam drum bersih,
kering, keadaan baik, berat netto 200 kg dengan head space sebesar 5 – 10% dari
isi drum. Drum penyimpanan minyak nilam harus terbuat dari alumunium atau plat
timah putih atau plat besi yang berlapis timah putih, plat besi yang galvanis
atau yang didalamnya dilapisi dengan lapisan yang tahan minyak nilam.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa;
ü
Proses pembuatan minyak Nilanm
berawal dari panen setelah enam bulan ditanam, pemotongan, pengeringan atau
pelayuan, pengecilan ukuran, peranjangan, penyulingan, deterpenasi, lalu
menjadi minyak asiri
ü
Akar, batang, dan daun tanamaan Nilam
mengandung minyak Asiri.
ü
Minyak Nilam memiliki banyak manfaat
seperti dalam pembuatan parfum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim
I. 2011. Pemanfaatan
Limbah Nilam. [Online]. Tersedia: http://onlinebuku.com/2009/01/05/pemanfaatan-limbah-nilam/.
Diakses pada tanggal 13 Desember 2011.
Anonim
II. 2011. Proses
Pembuatan Produksi Minyak Atsiri Daun Nilam. [Online]. Tersedia:http://pakar-iklan.blogspot.com/2010/11/proses-pembuatan-produksi-minyak-atsiri.html. Diakses pada tanggal 14 Desember
2011.
Anonim
III. 2011. Kandungan GCO-Puregan
Oil. [Online]. Tersedia: http://purtagan.multiply.com/reviews/item/1.
Diakses pada tanggal 14
Desember 2011.
Anonim IV. 2011. Perkembangan Teknologi Pengolahan Dan
Penggunaan Minyak Nilam Serta Pemanfaatan Limbahnya. [Online]. Tersedia:
http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/teknologi-pengolahan-atsiri/feri-manoi/ . Diakses pada tanggal 14 Desember 2011.
Anonim V. 2011. Pohon
Industri Minyak Atsiri. [Online]. Tersedia: http://binaukm.com/2010/04/pohon-industri-minyak-atsiri/. Diakses pada tanggal 14 Desember
2011.
Anonim
VI. 2009. Minyak Asiri. Depok: PT Trubus Swadaya
0 komentar