Aku
banyak berkaca pada orang-orang yang banyak menghiasi layar kaca juga feed media sosialku. Mereka tidak
seperti orang kebanyakan, yang begitu menikmati hidup dengan sangat santai serta
memiliki jam-jam berlebih untuk selalu memantau media sosial dari bangun hingga
tidur kembali. Mereka beda, mereka orang-orang yang memiliki segudang prestasi
atau hal-hal yang bisa dibanggakan. Sangat jarang menemukan mereka memamerkan
keluhannya juga ratapan kesedihan. Mereka bekerja keras dalam diam, prestasinya
mengeluarkan suara lantang, mendulang perhatian, juga menjadi pembuktian bagi orang-orang
yang selalu meremehkan.
https://www.flickr.com/photos/white_flower/6927812231
Mereka
tak lain adalah dosen-dosenku dikampus, para atlet yang membuatku jatuh hati
sejak Indonesia open 2011, saat Asian Games 2018, juga para selebriti dengan
segudang prestasi. Saat ku telisik dan menghayati biografi hidupnya maka aku
menemukan kesamaan yang memberikan sumbangsih besar bagi pencapaiannya hari
ini. Selain berdoa dan mencintai “hal” yang ditekuni, tak ada cara lain untuk
sebuah kemenangan dan pencapaian cita-cita kecuali kerja keras dan disiplin. Kerja
keras mereka melingkupi kesediaan mereka untuk bangkit ketika gagal meraih target,
usaha mereka untuk fokus bekerja daripada mendengarkan komentar orang yang
selalu menjatuhkan, juga totalitas yang tercermin dari kedisiplinan mereka
dalam menghargai waktu.
Kerja
keras dan disiplin menjadi syarat dari sekian banyak hal yang membuka
kemenangan mereka. Ahh… maka rugilah
waktuku jika hanya menyimak biografi mereka tanpa menarik kebiasaan mereka
untuk diimplementasikan dalam hidupku. Semua orang tentu tak ingin hidup
sia-sia, mati tanpa karya, tanpa sebuah pencapaian. Namun tidak sedikit juga
yang bergumul terlalu lama dengan rasa malas, ogah-ogahan, dengan sejuta alasan.
Hm.. mager, mungkin itu bahasa gaulnya. Pada akhirnya kita hanya sibuk
mengkhayal dan menjadi penonton atau orang-orang yang sibuk berkomentar akan
pencapaian seseorang. Duh.. wana’udzubillah.
Diusia
yang tersisa, ku harap Tuhan senantiasa mendewasakan hati dan pola pikir kita untuk
lebih menghargai waktu serta limpahan karunia-Nya yang senantiasa menghujani hidup
kita. Penyesalan diujung jalan itu pasti
ada, senantiasa menunggu disana. Namun kuharap kita bukanlah orang-orang
yang akan menemuinya kelak, bukan orang yang jalannya berujung disana untuk
kesekian kali (*aamiin ya Allah). Doa dan keyakinan yang begitu kuat semoga
juga diimbangi dengan kerja keras dan kedisiplinan dalam menjalankan rencana yang
telah menghiasi buku catatan sebagai langkah-langkah kecil yang ditapaki untuk
meraih tujuan. Sebab kita tentu ingin berkembang, bukan? Rasa bosan bisajadi
kerap menggelitik hati kala kita hanya jalan ditempat, mendesak untuk segera
melangkah. Ehm.. ataukah kita justru tidak
pernah merasa bosan (dalam menikmati kemalasan-kemageran kita)? Nikmat Tuhan sangat banyak yang patut disyukuri dan tak
cukup dengan ucapan Alhamdulillah namun
dengan berusaha baik-baik bermodalkan nikmat-nikmat tersebut (kesehatan,
uang, fisik yang tidak cacat, keluarga-teman-lingkungan yang baik, sekolah atau
kantor yang baik). Iya. Diluar sana banyak sekali orang yang memimpikan untuk berada diposisi kita. Yuk,
sama-sama berubah menjadi lebih baik, sebab tak ada jalan pintas, tak ada cara
lain.
Seriuslah, janganlah engkau bermalas ria. Jangan
pula berlaku lalai. Sesungguhnya penyesalan itu hanyalah milik para pemalas. –
pepatah arab
#selfreminder
6:21 PM
No komentar
kisah yang selalu bikin aku nangis bombay
kisah seorang salafush shalih (orang-orang terdahulu yang shaleh) bernama Abu Bakr Al-Anshari
oleh Yusha Evans
klik cc pada setting video untuk bahasa indonesia atau bahasa inggris yang lebih baik
silahkan subscribe, share, dan amalkan konten-kontennya yang berfaedah
9:23 AM
No komentar
kadang kita mulai menyerah ketika doa tidak kunjung dikabulkan-Nya
tapi ini lagi lagi jadi bahan muhasabah
mungkin ada bahkan banyak dosa yang jadi penghambatnya
klik cc pada setting video untuk bahasa inggris yang lebih baik
silahkan subscribe, share, dan amalkan konten-kontennya yang berfaedah
9:20 AM
No komentar
Merenungi
kumpulan pesan yang ramai, tak seperti biasanya
Maaf
bila telat dibalas, namun dengan rendah hati daku mensyukurinya
Baris-baris
doa mengudara bersama nyanyian hujan di ujung senja
Sekian
harapmu ku-aamiin-kan semoga Tuhan pun dengan senang hati memberi gantinya
Sampai
ketemu ketika Tuhan punya mau : )
#25vibes #JumuahMubarak
7:12 PM
No komentar
pic: https://lifestyle.sindonews.com
When you are going to explore the culinary of Indonesia especially in Java island, of
course there is a moment you will find Tempe, a popular and indigenous side dish of
Indonesia. Tempe was originally made by ancestor of Indonesia around 20th century when
the food technology was not evolved like today. The availibility of soya bean and mold
starter culture, then tempe is ready to made through controlled fermentation. We can find
so many types of tempe that will be processed in various way. For example tempe gembus
that is made from tofu pulp and tempe bongkrek that is made from coconut pulp. Till
today, Tempe is not only popular in Java Island but also almost in around of Indonesia
even in many countries. As a result, we can find so many stages or version to make tempe
from various workman.
Generally tempe was made from stages like boiling the soya bean, soaking, peeling,
washing. slicing, cooling, inoculation, packaging with old banana leaves or perforated
plastic, and incubation. Microbes that are involved are coming from species of mold like
Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, Rhizopus chinensis, and Rhizopus arrhizus
(Rahayu 2015). From these mold that has been inoculated to ready-soya bean, we expected
the fermentation condition will stimulate to release some enzymes like protease and lipase.
The enzymes will degrade the complex protein of soya to be more easy to be absorb. Not
only that, soya bean fermentation will result much various nutrition and functional
compund like GABA (Gamma Amino Butyric Acid), antioxidant enzyme like Superoxide
dismutase (SOD), and also isoflavon that has been trusted its benefit to maintain the
health. Even if the making process looks easy, but we should apply the ideal stages
because it was very risky to produce unwanted tempe. If we use too many mold starter
culture so the fermentation process will not perfect, and it would give effect to the sensory
taste
Like told before, we can not stop to talk about benefit compounds in tempe that exist
from the activity of the microbes. During fermentation, there are chemical and biochemical
changes of macro compunds like protein, carbohydrate, and lipids, also micro compounds
like vitamins and minerals. Proteins will be hydrolyzed by proteases into peptides and
amino acids. This changes generally lead to increase the bioavailibility (Rahayu 2015). But
the kind of the microbe was so various. Nuraida (2015) said the reality showed that is not
only spesies from Rhizopus that is abundant in tempe. The making process of tempe was
not 100% applied a sterile stages since handling of raw material or personal hygiene of the
workman. Therefore we can find also the bacteria like Bacillus, Klebsiella, Enterobacteria,
and another. Klebsiella pneumoniae take a roll to synthesis of vitamin B12. Another
microbe also take a roll to reduce the amount of saponin and phytat, an antinutrition
compound in soya bean. BSN (2012) said that the fitase enzyme that is produced by mold
will degrade phytat acid (which binds minerals) into phosphorus and inositol. This degrade
will make the minerals becoming more available to be use by body. Meanwhile this
fermentation process on tempe will increase the degree of unsaturation of fat. Due of this
process, there is an increasing number of unsaturated fatty acid in tempe. These unsaturated fatty acids has an impact to decreasing the amount of serum cholesterol which
can neutralize the negative impact of sterol in the body.
The perfect fermentation will release a sensory satisfaction and also the compund that
contribute to decrease the deseases risk. Isoflavon is still the special compound of tempe.
There were many researches that have been published about its efficacy. For instance its
potential to decrease the risk of cancer, antiaging, antiatherosclerosis, and antidiabetic. The
international diabetic federation 2017 showed that the amount of diabetic sufferers in
Indonesia increases every year and totally there are ten millions people who are diabetic.
This reality was heartbroken so the research that has been discovered about isoflavon
efficacy is expected to open the public insight to be more aware with diabetes through
lifestyle improvement (especially in dietary habit).
Diabetes mellitus is one of non communicable desease (NCD) which intimately
tangent to modern society. Diabetes is divided to type 1 (DTP1) and type 2 (DTP2). DTP1
occurs when the pancreatic B-cell can not produce insulin as usual that has a role to
decrease the blood glucose. Meanwhile DTP2 occurs when the receptor at surface of cell is
resistant to receive the signal of insulin. As a result, the blood-glucose keep increase
because the cell cannot absorb it. DTP2 is related to unhealthy lifestyle like to many
exposed to free radical. Free radical will cause stress oxidative that affect the stability of
the insulin receptor that is made from protein. Even if our body has natural antioxidant that
is supllied from enzymes or vitamins, but it can not enough to handle the exessive stress
oxidative.
Soy bean and their products are rich in isoflavones, a non-nutritional component from
class of poliphenols and is a type of flavonoid, which has properties as an antioxidant.
Genistein is naturally present in abundant soy isoflavones followed by daidzein which
does not have OH group on C5 (when compared with genistein) (Fig. 1). Soy isoflavones
conjugated with glucose as glycosides. The main structure of the isoflavone aglikon is
composed of two aromatic rings associated with heterocyclic piran ring. When in the large
intestine, genistein will go through the metabolic pathway to being dihydrogenistein
(DHG) or 6’-hidroxy-O-demestilangolensin (6-OH-O-Dma), while the daidzein will be
reduced to being dihydrodeidzein (DHD) and then converted to (O-Dma) or equol (Gilbert
et al. 2013). We will talk more about genistein isoflavone below to improve the function of
pancreatic B-cells to produce insulin.
A study was conducted by conditioning the langerhans islets beta cell clone (INS-1E)
containing 5,5 Mm glucose exposed to genistein for 48 hours. The results showed that the
treatment does not showed any change of the protein contain of insulin (Fig. 2a). The given exposure increases the secretion of insulin that is stimulated in the presence of
glucose (GSIS) in the beta cell clone (INS-IE) (Fig. 2b). The pre-treatment effort shows
the maximum concentration of genistein exposure to maximize the insulin secretion
(GSIS) is 5μM genistein. However, with 1 μM genistein already give the significant effect.
This result also tested directly to the pancreatic islets and human, and the results shows
the same thing that there is an increase insulin secretion (GSIS) (Fu et al. 2009).
Another thing that used as a benchmark in this research of Fu et al. (2009) is Ca2+
levels in insulin secretion. The results showed that there was an increase Ca2+ in INS-1E
clone cells that exposed to genistein (Fig. 3). However, the increase of this Ca2+ is not
significantly correlated with ATP-sensitive potassium channels (KATP). This can be
caused by genistein which inhibits the activity of KATP by binding to its receptor. In
addition, the result of this study also showed that cAMP/PKA production can be
stimulated by genistein. Long-term exposure (48 hours) of genistein can stimulate insulin
secretion (GSIS) in beta-cell clones in the presence of signal from cAMP. It was also
found that inhibitors of translational protein can cause insulin synthesis to be inhibited.
The worst thing that the protein is able to eliminate the influence and activity of genistein
on the insulin secretion process. This description shows that the mechanism of insulin
secretion induced by genistein requires Ca2+ as a modulator and occurs in cAMP/PKA
regulation. However, this study did not yet know in detail the flow of Ca2+ reception on the
intracellular path.
Although protein such as GLUT2 (Glucose transporter 2) has a large role in glucose
metabolism but this study showed the influence of genistein on insulin secretion is not
mediated by that protein. This is marked byno increase in GLUT 2 in beta cells along with
an increase in insulin secretion (this is no significant effect so it is not investigated futher).
This review shows the great potential of magical compounds that contained by tempe,
but of course with long-term consumption. This allows to explore more about the benefit
of tempe that have not been revealed. More than that, the prestige to consume tempe in the
middle of the rise of modern food should be reduced considering the amount of long-term
benefits that can be felt through this indigenous of Indonesian fermented food.
References
[PUSIDO BSN] Pusat Informasi dan Dokumentasi Badan Standardisasi Nasional. 2012.
Tempe: Persembahan indonesia untuk dunia.
http://bsn.go.id/uploads/download/Booklet_tempe-printed21.pdf. Diakses pada
tanggal Maret 2018.
Fu Z, Liu D. 2009. Long-term exposure to genistein improves insulin secretory function
of pancreatic β-cells. European Journal of Pharmacology.616: 321–327.
Gilbert ER, Liu D. 2013. Diabetic functions of soy isoflavone genistein: mechanisms
underlying its effects on pancreatic b-cell function. Food Funct.4:200–212.
Nuraida L. 2015. Tempe: an oustanding nutrition and biactivecompounds sourch [ulasan].
Foodreview Magz. 9(1):28-36.
Rahayu WP, Pambayun R, Santoso U, Nuraida L, Ardiansyah. 2015. Tinjauan ilmiah
proses pengolahan tempe kedelai. http//repository.bakrie.ac.id/. Diakses pada April
2018.
12:34 AM
No komentar
...
Sepatu warna warni telah bergonta ganti
Mengiringi langkah
kaki mungil kesana kemari
Sepatu warna warni telah bergonta ganti
Mencoba tegak
menghadapi dunia
Berbekalkan iman
yang tersisa
Mencoba meluaskan
ruang untuk sebuah sabar
Mungkin memang
kurang mengimani takdir dari Yang Maha Benar
Mungkin
benar prasangka baik pada-Nya telah buyar
est. 2015
Bukan lagi anak yang bermain ditengah derasnya hujan
Yang belum mengerti tentang kerasnya kehidupan
Bahwa keasikan bermain hujan akan membuatnya kesakitan
Membuat semua orang yang sayang jadi khawatiran
Namun
Kini seonggok ruh yang haruslah mengeja nikmat dan larangan Sang Pencipta
Bahwa setiap aksi punya konsekuensinya
Sesakit sakitnya sakit, diluar masih banyak yang lebih sakit
Seindah indahnya hidup handai taulan, juangnya pun susah payah untuk bangkit
Seindah indahnya maksiat, ada balasan pahit kelak yang siap mengapit
Usia tengah menapaki tingkatan yang lebih tinggi
Sadar semakin berkurang jatah hari
Semakin mendekat dengan mati
Bersegera menuntun tingkah kepala hingga mata kaki
Sebelum sesal menyeruak kala ruh telah dicabut tak dapat kembali
Maka jangan merugi dengan membandingkan sana sini
Ada anugerah luar biasa yang telah dihadiahkan dalam diri
Yang tak sama dengan temanmu disudut sana
Yang kau puja sampai lupa memaknai nikmat-nikmat dari-Nya
Syukur yang terkikis telah merabunkan hati dalam memandang bukti cinta-Nya
Mengemis ampun insafi khilaf di usia yang tersisa
Seratus tahun dibagi empat bukan waktu yang singkat
Berharap masih dapat berbenah dengan kelebihan yang luput terlihat
Menggandengnya sebagai teman ibadah ‘tuk pahala berlipat-lipat
Sebagai bekal manis untuk perjalanan panjang di akhirat
Semoga bisa menemui-Nya dengan predikat taat.
(aamiin)
contemplate for what has happened for my last twenty five years. less that an hour, it's officially counting one quarter of a century. felt guilty and at the same time feel on fire. stay strong, stay positive.
11:48 PM
No komentar
Saat ini kita sudah dapat memesan makanan hanya dengan bermodalkan telepon genggam dan koneksi internet.
Kemudahan dalam lingkup pangan adalah contoh nyata tersentuhnya kehidupan kita dengan teknologi digital nan cerdas. Revolusi industri 4.0 mengajak kita segera beradaptasi sebab sebuah kepastian kita akan tergilas oleh negara lain jika hanya berdiam diri. Oleh karenanya kita harus mengenali negeri kita agar dapat eksis ditengah gejolak industri 4.0.
Badan Pusat Statistik (2013) memprediksi penduduk Indonesia akan mencapai angka 271,1 juta jiwa pada tahun 2020. Pertumbuhan penduduk memicu peningkatan kebutuhan tempat tinggal. Namun, di sisi lain akan menyebabkan berkurangnya lahan untuk bertani sebab teralihkan untuk pemukiman dan industri. Terbatasnya lahan memaksa kita untuk memanfaatkannya dengan bijak. Itu adalah tantangan yang tak mudah sementara ketersediaan pangan bagi setiap jiwa menjadi keharusan dalam UU No. 18 Tahun 2018 tentang Pangan dengan istilah Ketahanan Pangan.
Secara utuh didefinisikan dalam Pasal 1 Ayat 4 bahwa “ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan”. Menyikapi tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan diera industri 4.0 setidaknya ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan.
Pertama, memahami kekuatan Indonesia. Kenyataannya, wilayah laut Indonesia lebih luas daripada daratannya. Dilansir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (2017) bahwa sekitar dua per tiga dari seluruh wilayah Indonesia adalah lautan seluas 6,32 juta km2. Tak hanya untuk dijaga, realita ini adalah peluang untuk memajukan kemaritiman Indonesia yang bermula dari gerakan edukasi secara berkelanjutan untuk mengolah dan mengonsumsi pangan hasil laut seperti ikan, kepiting, rumput laut, dan lainnya.
Daratan Indonesia juga diberkahi dengan iklim tropis yang ditumbuhi komoditi khas seperti, kelapa sawit dan kakao yang merupakan komoditi perkebunan dengan ekspor terbesar di Indonesia sekaligus memiliki beragam produk turunan. Iklim tropis juga menguntungkan penanaman padi yang merupakan sumber pangan pokok. Namun kita tidak menutup mata akan perubahan iklim yang berimbas pada produksi padi.
Penelitian Ruminta (2016) menunjukkan bahwa perubahan iklim perlu disikapi dengan bijak sebab pada studi kasus di kabupaten Bandung telah terjadi pergeseran waktu panen, perubahan produktivitas dan produksi padi. Disisi lain Indonesia memiliki alternatif sumber energi bagi tubuh misalnya singkong, sagu, ganyong, dan lain sebagainya. Namun pola pikir “belum kenyang jika belum makan nasi” seolah menjadi pembatas bahwa sumber energi memang hanyalah dari beras. Pola pikir tersebut perlu diubah melalui edukasi serta aplikasi nyata secara bertahap dan konsisten agar setiap daerah mencintai dan menikmati pangan lokalnya.
Poin kedua adalah memahami manfaat pangan yang dikonsumsi, bukan sekedar telan. Salah satu poin penting dari definisi ketahanan pangan yang termaktub dalam UU Pangan adalah tercapainya masyarakat produktif. Pangan diharapkan tak hanya menjadi energi tapi berkontribusi terhadap kesehatan jangka panjang. Pangan ideal adalah yang beragam, bergizi, seimbang, aman, dan halal. Oleh karenanya edukasi menjadi penting digalakkan sembari dibarengi dengan kesadaran untuk membiasakan pola makan sehat yang dimulai dari lingkup keluarga.
Poin ketiga adalah menyelaraskan kemampuan bangsa dengan perkembangan teknologi yang menjadi ciri revolusi industri 4.0. Hasil-hasil pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan lokal memiliki potensi besar untuk dieksplorasi dengan sentuhan teknologi agar dapat bersaing tanpa menggadaikan keamanan dan nutrisinya.
Generasi muda berperan besar memajukan potensi bangsa dengan kondisi lahan yang semakin terbatas misalnya dengan menjadi petani digital berbekalkan sains, keterampilan, serta inovasi yang dimiliki, sehingga kedepannya diharapkan mampu membuka lebih banyak lapangan kerja berbasis pangan lokal berkelanjutan. Sentuhan inovasi diperlukan sejak pra tanam hingga pangan siap dikonsumsi, tentunya dengan mempertimbangkan kondisi lahan dan keterjangkauan baik harga maupun aksesnya yang kerap menjadi keterbatasan.
Pada akhirnya ketiga poin di atas menjadi catatan penting untuk mempersiapkan eksistensi pangan di era digital yang tak henti digaungkan. Kolaborasi beragam bidang ilmu, pemerintah, serta industri sangat diperlukan guna merintis ketahanan pangan, sebab eksistensi Indonesia dipertaruhkan dari persiapan kita hari ini. Berbekal potensi ibu pertiwi, semoga Indonesia tak lagi tergilas menghadapi era “serba digital” ini. Semoga saja. (*)
Ditulis oleh Rizki AristyariniTulisan ini telah dipublish pada tanggal 1 Desember 2018 pada laman resmi
klik -> http://fajaronline.co.id/read/63625/eksistensi-ketahanan-pangan-di-era-industri-4-0
semoga berfaedah :)
3:45 PM
No komentar
https://www.logoground.com/logo.php?id=4089
saya selalu saja
menikmati setiap makanan yang diberikan atau bahkan hasil kuliaran ku di
sepanjang jalan babakan tengah.
apalagi pas zaman stres
stresnya nih (kayak sekarang) dimana beban pikiran meningkat tapi harus tetap cooling down sebab masih punya Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Maha Kaya ((alhamdulillah)
banyak pikiran ngefek ke
nafsu makanku. meskipun demikian berat badanku belum juga bertambah (maklum
lah.. banyak pikiran. doain yeek)
saya selalu saja kelaparan
dan saya menikmati apapun yang masuk ke dalam mulutku, meski tidak dipungkiri
bahwa kita mesti tetap hati-hati atau paling engga, mampu nge-filter agar ga
berlebihan jumlahnya.
Misalnya nih doyan makan
karbo plus lemak kaya gorengan, ayam goreng merek lalalala, dkk.
maka selingilah dengan
buah-buahan. Buah asli loh ya bukan minuman sari buah.
Soalnya makan buah akan
memicu pertumbuhan mikroba baik di usus kita atau dengan kata lain Mikroba baik
itu bakalan berkembang biak dengan baik soalnya makanan favoritnya tersedia
yaitu serat buah atau sayur.
Hasil fermentasi mikroba
itu akan menghasilkan yang namanya "asam lemak rantai pendek" (short chain fatty acid) contohnya nih
asam butirat, asam propionat, dan kawan-kawannya. Asam-asam tersebut bukan
sekedar asam loh, tapi punya peran penting untuk mencegah tumbuhnya sel kanker
di usus kita atau yang lagi nge hits nih, ---kanker kolon--
(wa naudzubillah). mantap kan khasiat makan serat?
Gomes (2018)
menyatakan bahwa kanker kolon merupakan penyebab utama kematian di dunia.
Kanker kolon ini berkaitan dengan perubahan mikrobiota di saluran pencernaan
kita yang dalam hal ini adalah usus. Kanker kolon ini dipicu karena kurangnya
produksi asam lemak rantai pendek. Nah, asam lemak rantai pendek diproduksi di
usus besar manusia dihasilkan oleh bakteri yang memfermentasi serat ataupun
pati yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan kita. Jika asam lemak
rantai pendek ini mencukupi maka akan berperan dalam mengubah sel
kanker melalui jalur glikolisis. Oleh karena itu, upaya untuk
meningkatkan asam lemak rantai pendek di usus akan menjadi salah satu strategi
paling potensial untuk mencegah kanker kolon.
Lebih lanjut dalam uraian Cherrington et al. Prohaszka et al. Duncan et al. dalam
den Besten et al. (2013) menyatakan
bahwa pH yang rendah di sepanjang usus halus bagian ileum hingga usus besar
(sekum) karena diproduksinya asam lemak rantai pendek menyebabkan perubahan
pada jenis dan jumlah mikroba yang tumbuh di usus (berdasarkan studi in vitro dan in vivo) serta mencegah pertumbuhan berlebih dari bakteri patogen
(bakteri merugikan) yang sensitif terhadap pH seperti Enterobacteriaceae dan Clostridia.
kebayang nggak kalo kita makannya
karbo-lemak melulu....?
maka mikroba yang berkembang biak
dengan aman sentosa adalah mikroba patogen alias mikroba yang berbahaya bagi
kesehatan usus. mikroba baik pun jadi tergusur.
Oleh karena itu, minum minuman
probiotik (minuman yang mengandung mikroba baik misalnya Lactobacillus
casei Rhamnosus, Streptococcus thermophilus) rasanya kurang
lengkap atau kurang joss bagi
kesehatan usus jangka panjang kalo engga dibarengi dengan makanan kesukaan si
mikroba baik.
makan apa aja boleh, tapi pastikan
tetap sehat dan tidak berlebihan yaa ^_^
plus jangan banyak pikiran kaya akuu
mari sama-sama mempraktikannya
yuuuuk
sumber
sitasi:
den Besten
G, van Eunen
K, Groen
AK, Venema
K, Reijngoud
DJ, Bakker
BM. 2013. The role of short-chain fatty
acids in the interplay between diet, gut microbiota, and host energy metabolism.
J Lipid Res.
54(9): 2325-2340
Gomes SD, Oliveira CS, Azevedo-Silva
J, Casanova M, Barreto J, Pereira H, Chaves S, Rodrigues L, Casal M, Corte-Real M, Baltazar F, Preto A.
2018. The Role of Diet
Related Short-Chain Fatty Acids in Colorectal Cancer Metabolism and Survival:
Prevention and Therapeutic Implications.
Curr Med Chem.
6:09 PM
No komentar
Kerap kali kita sangat bergairah untuk meraih sesuatu
Dengan lantang pula kita sematkan cita disudut sosial media
Juga turut serta menghiasi sisi-sisi dinding kamar kita
Pagi dan petang, tiada henti doa memintanya agar jadi nyata
Tapi
Kerap pula kita lupa untuk berusaha
Hanya termangu duduk memantau sosial media
Berharap motivasi menggerakkan raga, memantik juang dalam dada
Apa daya tujuan meleset, melelahkan kedua mata
Atau mungkin berusaha
tapi satu masalah mengampiri sudah menyerah
satu godaan memanjakan mata, sudah menunda-nunda
seolah waktu dalam kendali, diam seketika
Iya.
hiburan itu penting
sebab hormon serotonin akan terpacu untuk bekerja
menimbulkan rasa senang dan bahagia
biar awet muda
Tapi
kembali lagi
kerap kali kita sangat bergairah untuk “meraih sesuatu”
semoga kita tak lupa tentang torehan cita-cita di dinding kamar yang
bisu
Iya.
semoga kita tak lupa tentang apa yang sedang kita perjuangkan
bahwa waktu kita tak banyak
bahwa satu persatu tanggungjawab akan datang
hingga kedua pundak kewalahan
dan kita meringis, tak satupun terselesaikan
bagai jalan tak berujung, kita memburu waktu
Tapi
Tuhan Maha Baik
Hadirkan takut, cemas, was-was akan waktu yang terlalaikan
Bukti sayangnya agar kita bangkit berusaha dengan sungguh-sungguh
Yakin keadaan akan berubah jika kita menikmati setiap tantangannya
Dengan tidak berputus asa dari rahmat-Nya
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
8:17 PM
No komentar
https://www.marrakech-riad.co.uk/2014/07/9657/
Malam ini terasa seperti bulan ramadhan
Menara masjid tiada henti melantunkan shalawat kepada nabi junjungan
Dinginnya malam, rindu pun berhamburan
Sambil menyekat dan menahan kuat-kuat tangis ditepian
tak hanya kepada sang Al-Amin
juga kepada orang-orang tersayang
Kepada ibu
dan bapak
Kepada dapur dan ruang tamu
Juga gorengan bapak dan es buah ibu
Juga rumah dan kedua bantal di kamar kecilku.
Temu
ada saatnya,
Ku tahu pasti, iya. Bukan sekarang
Allahumma ballighna romadhon
Allahummaghfirlii wali walidayya warhamhumaa kamaa robbayani shoghiiroo
Alhamdulillahirobbil'aalamiin
10:01 PM
No komentar
Ada masa dimana orang tuamu semakin tua dan kamu ingin membelikan mereka apa saja. Lalu ada masa dimana kamu seakan sudah punya semuanya, tapi kamu tak bisa lagi membelikan keduanya apa-apa
Di samping kebahagiaan kita karena bisa memiliki ini-itu dan traveling kesana-kemari, orang tua adalah kebahagiaan yang sebenarnya. Kamu pikir, kenapa rumah selalu menjadi tempat kembali paling nyaman kalau bukan karena orang tua? Tak peduli rumahmu semegah istana atau sekadar rumah kontrak yang sempit
Hari ini di wajah mereka ada kerut dan keriput yang tahun lalu belum ada. Hari ini di kepala mereka ada rambut putih yang tahun lalu belum seberapa. Hari ini di tubuh mereka ada kelemahan dan penyakit yang tahun lalu belum terasa
Barangkali kita punya standar kebahagiaan yang berbeda. Tapi di antara itu semua, orang tua adalah ukuran kebahagiaan yang persis sama di antara kita. Di usia yang genting ini, tepat sebelum atau setelah melewati seperempat abad, jangan biarkan ambisi pribadi menutup matamu sehingga tak mampu melihat pintu surga pada keduanya.
Tentu, kapasitasmu berbatas. Tapi niat dan ketulusanmu berbakti pada keduanya, inilah yang tak terbatas. Dan semua niat baik akan Allah bukakan dan mudahkan jalannya
Jangan malas untuk sekadar menanyakan kesehatan lewat telepon. Jangan berkeras untuk lama tak pulang. Jangan perhitungan membelikan suplemen kesehatan atau makanan yang mereka suka.
Umur memang tak ada yang tau. Dan semua kembali padamu. Jika sisa waktu yang mereka miliki di dunia ini tidak lebih lama dari sisa waktumu, bagaimana kamu akan hargai setiap waktu mereka yang tersisa itu?
Tulisan ini milik kak Taufik Aulia, bisa dikunjungi di personal blognya ==>> taufikaulia.wordpress.com :)
9:12 PM
No komentar
kalo kita berpikir untuk bangkit, maka semuanya akan terasa normal.
10:32 AM
No komentar
https://medium.com
Assalamu'alaykum tamu-tamuku tercindtaa
Ku baru saja mengganti nama blog yang tadinya panggilakukhofiyaa.blogspot.com menjadi khofiyaarizki.blogspot.com
nama blog lama itu sudah 7 tahun ku pake
dari zaman baru lulus SMA sampai sekarang umur sudah hampir 1/4 abad
dari yang masih nyoba nyoba nulis sampai akhirnya beraniin diri buat ikut lomba dan finally tulisannya diizinin Allah untuk diterbitin sama penerbit buku (((a l h a m d u l i l l a h)))
kita emang ga boleh berhenti nyoba, apalagi untuk sesuatu yang kita senangi :')
sebab *ACTION* itu penting.
aku mau ucapin "terima kasih" buat yang sudah sudi berkunjung kesini, meluangkan waktu berharganya untuk sekedar membaca tulisanku yang masih remah-remah.
semoga ada gunanya,
semoga bisa jadi bahan muhasabah
semoga bisa mewakili perasaanmu
semoga bisa jadi pengingat, terkhusus bagi aku.
doain ya suatu hari nanti punya personal web dengan domain sendiri :)
teman-teman yang kemarin mengunjungi blog tersebut, mungkin ga akan ke-detect lagi alamat webnya sama google.
so, to keep in touch with my silly articles,
please jangan ragu untuk mengunjungi khofiyaarizki.blogspot.com/ (<= click the link)
semoga ada faedahnya yaa.. selamat membaca.. ^^
sincerely me,
with love
khofiyaa rizki
11:17 AM
No komentar
www.news.com.au
tersungkur bersama wajah yang murung
nyaris mencium tanah yang basah diguyur hujan seharian
matamu menyiratkan sesal bersama dahi berlukiskan kerutan
bagaimana kabarnya hati yang layak bahagia itu?
coba melangkah selagi nafas masih melaju tanpa hambatan
bersama energi yang siap ditopang oleh kedua kaki
berbekalkan panca indra yang berfungsi tanpa cacat juga luka
satu langkah.. jika berat cukup satu langkah..
rentetan kata yang menari-nari di kepala
tentang cemas yang keterlaluan hebatnya
padahal hanya kumpulan kata 'bagaimana jika'
yang belum pasti terjadi
dan merekapun 'belum pasti' tertarik menanggapi
bagaimana bisa gerakmu mati ?
tega biarkan pikiran burukmu menggerogoti.
saat indahnya hari menunggu karyamu 'tuk berkontribusi
dengan segenap potensi yang Tuhan telah hadiahi
tanpa perlu takut terjatuh
tanpa peduli cacian tak bermutu
melangkahlah bersama kanvas putihmu
sebab ada-ada saja yang akan mengapresiasi ketulusanmu
Ya! mereka yang terpilih untuk bertahan dalam semestamu
semenarik itu.
sebab hidupmu terlalu singkat dan berharga
untuk memuaskan semua manusia
melangkah lah selagi nafas masih melaju tanpa hambatan
kuras energimu demi senyummu di hari-hari mendatang
9:19 PM
No komentar
http://ehabyyyyy.blogspot.com
"Allah Maha Melihat - Malaikat Rajin Mencatat - kau tak dapat mengelak" | cc: khofiyaarizki
"Doa-doa yang menembus langit, semoga terpantul kembali kepada mereka para pemilik hati yang baik" | cc: khofiyaarizki
"hatiku masih terpaut pada kamu. mungkin ku kurang tegas mengusir rindu" | cc: khofiyaarizki
"kemana sabar saat ujian datang? kemana keyakinan kepada-Nya kala hati dia tak lagi ingin pulang?"| cc: khofiyaarizki
"Tuhan tak pernah pergi. Kita lah yang lari tak tahu diri" | cc: khofiyaarizki
"menanti adalah pilihanmu. kala menyadari dimana telah terpaut hatimu, maka bersiaplah akan -peluang- kepergiannya yang takkan berujung temu"| cc: khofiyaarizki
"-aku tak ingin dia lagi-. sudah berapa ratus kali mulutmu berbicara. tapi kenapa hatimu beda? nampaknya menjadi kuat hanya sekedar kata saja" | cc: khofiyaarizki
*Mulai buat kaya gini sebenarnya menyalurkan apa yang tiba-tiba terlintas dipikiran. Dari pada dibuat status yang hilang setelah 1x24 jam mending aku kumpulin disini. Ohya, aku buat epigram kaya gini Karena terinspirasi sama kaka Farah N. Fatimah hihihi.. thank you kak! –((salah satu penulis fav. aku.))
Enjoy. Jangan lupa cc ke penulisnya yaawh . big thanks and respect.
Fyi!: epigram/epi·gram/ /épigram/ n Sas 1 syair atau ungkapan pendek yang mengandung gagasan atau peristiwa yang diakhiri dengan pernyataan menarik dan biasanya merupakan sindiran; 2 peribahasa yang padat dan penuh kearifan dan sering mengandung paradox (cc:kbbi)
untuk kutipan pekan (1)=> disini
1:27 AM
No komentar
Jika diperhatikan pada beberapa waktu terakhir, tak
sedikit orang-orang disekitar kita yang mulai memutuskan untuk berhijrah -menjadi
lebih baik-. Tanda nyata bisa dilihat dari cara berpakaiannya. Baju yang
tadinya ketat kini menjadi longgar, celana yang tadinya masih membentuk lekukan
tubuh telah berganti dengan gamis juga rok yang mengembang, jilbab yang tadinya
terlihat sebagai pembungkus kepala kini sudah menunaikan fungsinya sebagai penutup
kepala. Bahkan taklim-taklim pekanan terlebih seputar muslimah kini mulai
digandrungi banyak akhwaat.
Tentu saja ini adalah perubahan yang sangat positif
dan semoga menjadi tanda akan kebangkitan Islam, aamiin. Namun hijrah kita
tidak boleh berhenti dari sekedar mengganti pakaian menjadi lebih syar’i. Lebih
dari itu diperlukan muatan ilmu agama sesuai pemahaman shalafush shalih yang
sesuai al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Ya, kita harus belajar ilmu agama agar tidak
salah dalam beribadah kepada Allah juga dalam bermuamalah dengan makhluk-Nya. Sebagaimana
hadist Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Menuntut
ilmu itu wajib atas setiap muslim (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no.
224- (1))
Dan yang
lebih pentingnya lagi adalah pengamalan dari ilmu agama yang kita pelajari,
dimulai dari diri kita sendiri. Ciri khas seseorang yang baru belajar agama
terlihat dari keinginannya untuk langsung mengamalkan semua ilmu yang
diperolehnya, ingin langsung mendakwahkan semua kebenaran yang diperolehnya. Namun
mari kita (aku dan kamu) mulai belajar mengamalkannya satu per satu sesuai
kemampuan kita. Sedikit sedikit tapi kontinyu jauh lebih baik dari pada
perubahan sekaligus namun tidak berbekas pada keseharian kita jangka panjang. Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha, beliau
mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Amalan yang paling
dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit
(HR. Muslim)
(HR. Muslim)
’Aisyah lalu berkeinginan
keras merutinkan ketika akan melakukan suatu amalan (2)
Tak jarang pula ilmu agama yang kita miliki justru tanpa
sadar membuat kita semakin sombong, merasa yang paling alim hingga membuat kita
lupa mengamalkannya. Wa na’udzu billah. Maka kembalikan lagi, apa sebenarnya
niat kita belajar ilmu agama. Bukankah untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dan menjadi hamba yang sholeh dihadapan Allah?
Sungguh sedih apabila ilmu agama yang kita pelajari
tidak mampu memberikan perubahan positif dalam pola pikir, lisan, serta
tindakan kita. (mungkin) Ada yang jilbabnya besar namun pedas lisannya, juga (mungkin)
ada yang hijrahnya hanya disibukkan untuk melengkapi koleksi gamis dan hijab
syar’inya. Hal ini menjadi fenomena penting yang perlu disikapi dengan bijak
oleh setiap penuntut ilmu yang mendambakan perubahan yang lebih baik.
Hijrah dari segi pakaian adalah yang paling
terluar, yang bisa dilihat langsung oleh semua orang. Penting dan wajib, namun
tidak boleh terhenti disana. Lebih dari itu hati kita pun perlu hijrah dari
sifat-sifat yang buruk seperti ghibah, hasad, gampang marah, boros, dan lain
sebagainya. Jika hati baik, maka insya Allah akan memberikan imbas positif pada
lisan-pikiran-juga tingkah lakunya. Maka menjadi penting untuk selalu
meluruskan niat kita dalam menuntut ilmu agama.
Bukankah ilmu
dipelajari untuk diamalkan? Bukankah amalan pula yang membedakan seorang yang
belajar dan yang tidak belajar?
http://fajrifm.com
Maka dari besarnya godaan nafsu duniawi, kita perlu
memohon kekuatan kepada Allah dari niat yang mudah berubah-ubah, dari kesombongan
yang boleh jadi hadir tanpa kita sadari, serta memohon agar senantiasa memiliki
teman-teman sholehah yang senantiasa mengingatkan ketika salah dan terus
menguatkan untuk istiqamah.
Merawat semangat untuk mengamalkan ilmu agama adalah
hal penting dalam mengiringi hijrah kita yang sebenarnya. Bukankah begitu
banyak orang yang lalu memutuskan masuk Islam karena jatuh cinta dengan akhlak
mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Masyaa Allah, kita memang tidak
bisa 100% menyamai Nabi. Namun darinya kita belajar, bahwa salah satu metode
dakwah terbaik adalah dengan mencontohkannya sendiri lewat tindakan kita. Bukan
tidak mungkin kan, kelak akan banyak orang yang tertarik belajar ilmu agama
sebab terpukau dengan akhlak kita? Masyaa Allah, sebuah bekal amal jariyah yang
luar biasa.
Semoga Allah selalu kuatkan hati kita untuk
istiqamah dijalanNya hingga akhir. Aamiin.
Keterangan
(1) Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib
atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu”
apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika
Allah Ta’ala atau Rasul-Nya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah,
maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama), termasuk kata “ilmu”
yang terdapat dalam hadits di atas.
Sebagai contoh, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala,
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah
kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)
maka Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai
Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang
keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan
Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali
(tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud
dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan
menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah
ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja
yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari
berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)
Hadist dan penjelasan hadist disadur
dari https://muslim.or.id/18810-setiap-muslim-wajib-mempelajari-agama.html
(2) HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya
Hadist diperoleh dari https://rumaysho.com/550-di-balik-amalan-yang-sedikit-namun-kontinu.html
1:06 AM
No komentar
Blog Archive
-
▼
2018
(63)
-
▼
Desember
(11)
- Salam hangat untukmu, Introvert (repost)
- Tak ada cara lain
- Allah is the best of Planners
- Nobody Loves You like Allah Does, So Keep Asking F...
- Kiriman Doa
- Tempe! Taste its simplisity, Feel the benefit any ...
- Seperempat abad
- Eksistensi Ketahanan Pangan di Era Industri 4.0
- si doyan makan
- Jalan tak berujung
- pucuk -pucuk rindu
-
▼
Desember
(11)
Entri yang Diunggulkan
Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?
Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...