Bukan Sekedar Belajar
Jika diperhatikan pada beberapa waktu terakhir, tak
sedikit orang-orang disekitar kita yang mulai memutuskan untuk berhijrah -menjadi
lebih baik-. Tanda nyata bisa dilihat dari cara berpakaiannya. Baju yang
tadinya ketat kini menjadi longgar, celana yang tadinya masih membentuk lekukan
tubuh telah berganti dengan gamis juga rok yang mengembang, jilbab yang tadinya
terlihat sebagai pembungkus kepala kini sudah menunaikan fungsinya sebagai penutup
kepala. Bahkan taklim-taklim pekanan terlebih seputar muslimah kini mulai
digandrungi banyak akhwaat.
Tentu saja ini adalah perubahan yang sangat positif
dan semoga menjadi tanda akan kebangkitan Islam, aamiin. Namun hijrah kita
tidak boleh berhenti dari sekedar mengganti pakaian menjadi lebih syar’i. Lebih
dari itu diperlukan muatan ilmu agama sesuai pemahaman shalafush shalih yang
sesuai al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Ya, kita harus belajar ilmu agama agar tidak
salah dalam beribadah kepada Allah juga dalam bermuamalah dengan makhluk-Nya. Sebagaimana
hadist Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Menuntut
ilmu itu wajib atas setiap muslim (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no.
224- (1))
Dan yang
lebih pentingnya lagi adalah pengamalan dari ilmu agama yang kita pelajari,
dimulai dari diri kita sendiri. Ciri khas seseorang yang baru belajar agama
terlihat dari keinginannya untuk langsung mengamalkan semua ilmu yang
diperolehnya, ingin langsung mendakwahkan semua kebenaran yang diperolehnya. Namun
mari kita (aku dan kamu) mulai belajar mengamalkannya satu per satu sesuai
kemampuan kita. Sedikit sedikit tapi kontinyu jauh lebih baik dari pada
perubahan sekaligus namun tidak berbekas pada keseharian kita jangka panjang. Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha, beliau
mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Amalan yang paling
dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit
(HR. Muslim)
(HR. Muslim)
’Aisyah lalu berkeinginan
keras merutinkan ketika akan melakukan suatu amalan (2)
Tak jarang pula ilmu agama yang kita miliki justru tanpa
sadar membuat kita semakin sombong, merasa yang paling alim hingga membuat kita
lupa mengamalkannya. Wa na’udzu billah. Maka kembalikan lagi, apa sebenarnya
niat kita belajar ilmu agama. Bukankah untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dan menjadi hamba yang sholeh dihadapan Allah?
Sungguh sedih apabila ilmu agama yang kita pelajari
tidak mampu memberikan perubahan positif dalam pola pikir, lisan, serta
tindakan kita. (mungkin) Ada yang jilbabnya besar namun pedas lisannya, juga (mungkin)
ada yang hijrahnya hanya disibukkan untuk melengkapi koleksi gamis dan hijab
syar’inya. Hal ini menjadi fenomena penting yang perlu disikapi dengan bijak
oleh setiap penuntut ilmu yang mendambakan perubahan yang lebih baik.
Hijrah dari segi pakaian adalah yang paling
terluar, yang bisa dilihat langsung oleh semua orang. Penting dan wajib, namun
tidak boleh terhenti disana. Lebih dari itu hati kita pun perlu hijrah dari
sifat-sifat yang buruk seperti ghibah, hasad, gampang marah, boros, dan lain
sebagainya. Jika hati baik, maka insya Allah akan memberikan imbas positif pada
lisan-pikiran-juga tingkah lakunya. Maka menjadi penting untuk selalu
meluruskan niat kita dalam menuntut ilmu agama.
Bukankah ilmu
dipelajari untuk diamalkan? Bukankah amalan pula yang membedakan seorang yang
belajar dan yang tidak belajar?
http://fajrifm.com
Maka dari besarnya godaan nafsu duniawi, kita perlu
memohon kekuatan kepada Allah dari niat yang mudah berubah-ubah, dari kesombongan
yang boleh jadi hadir tanpa kita sadari, serta memohon agar senantiasa memiliki
teman-teman sholehah yang senantiasa mengingatkan ketika salah dan terus
menguatkan untuk istiqamah.
Merawat semangat untuk mengamalkan ilmu agama adalah
hal penting dalam mengiringi hijrah kita yang sebenarnya. Bukankah begitu
banyak orang yang lalu memutuskan masuk Islam karena jatuh cinta dengan akhlak
mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Masyaa Allah, kita memang tidak
bisa 100% menyamai Nabi. Namun darinya kita belajar, bahwa salah satu metode
dakwah terbaik adalah dengan mencontohkannya sendiri lewat tindakan kita. Bukan
tidak mungkin kan, kelak akan banyak orang yang tertarik belajar ilmu agama
sebab terpukau dengan akhlak kita? Masyaa Allah, sebuah bekal amal jariyah yang
luar biasa.
Semoga Allah selalu kuatkan hati kita untuk
istiqamah dijalanNya hingga akhir. Aamiin.
Keterangan
(1) Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib
atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu”
apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika
Allah Ta’ala atau Rasul-Nya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah,
maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama), termasuk kata “ilmu”
yang terdapat dalam hadits di atas.
Sebagai contoh, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala,
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah
kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)
maka Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai
Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang
keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan
Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali
(tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud
dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan
menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah
ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja
yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari
berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)
Hadist dan penjelasan hadist disadur
dari https://muslim.or.id/18810-setiap-muslim-wajib-mempelajari-agama.html
(2) HR. Muslim no. 783, Kitab shalat para musafir dan qasharnya, Bab Keutamaan amalan shalat malam yang kontinu dan amalan lainnya
Hadist diperoleh dari https://rumaysho.com/550-di-balik-amalan-yang-sedikit-namun-kontinu.html
0 komentar