Tak ada cara lain
Aku
banyak berkaca pada orang-orang yang banyak menghiasi layar kaca juga feed media sosialku. Mereka tidak
seperti orang kebanyakan, yang begitu menikmati hidup dengan sangat santai serta
memiliki jam-jam berlebih untuk selalu memantau media sosial dari bangun hingga
tidur kembali. Mereka beda, mereka orang-orang yang memiliki segudang prestasi
atau hal-hal yang bisa dibanggakan. Sangat jarang menemukan mereka memamerkan
keluhannya juga ratapan kesedihan. Mereka bekerja keras dalam diam, prestasinya
mengeluarkan suara lantang, mendulang perhatian, juga menjadi pembuktian bagi orang-orang
yang selalu meremehkan.
https://www.flickr.com/photos/white_flower/6927812231
Mereka
tak lain adalah dosen-dosenku dikampus, para atlet yang membuatku jatuh hati
sejak Indonesia open 2011, saat Asian Games 2018, juga para selebriti dengan
segudang prestasi. Saat ku telisik dan menghayati biografi hidupnya maka aku
menemukan kesamaan yang memberikan sumbangsih besar bagi pencapaiannya hari
ini. Selain berdoa dan mencintai “hal” yang ditekuni, tak ada cara lain untuk
sebuah kemenangan dan pencapaian cita-cita kecuali kerja keras dan disiplin. Kerja
keras mereka melingkupi kesediaan mereka untuk bangkit ketika gagal meraih target,
usaha mereka untuk fokus bekerja daripada mendengarkan komentar orang yang
selalu menjatuhkan, juga totalitas yang tercermin dari kedisiplinan mereka
dalam menghargai waktu.
Kerja
keras dan disiplin menjadi syarat dari sekian banyak hal yang membuka
kemenangan mereka. Ahh… maka rugilah
waktuku jika hanya menyimak biografi mereka tanpa menarik kebiasaan mereka
untuk diimplementasikan dalam hidupku. Semua orang tentu tak ingin hidup
sia-sia, mati tanpa karya, tanpa sebuah pencapaian. Namun tidak sedikit juga
yang bergumul terlalu lama dengan rasa malas, ogah-ogahan, dengan sejuta alasan.
Hm.. mager, mungkin itu bahasa gaulnya. Pada akhirnya kita hanya sibuk
mengkhayal dan menjadi penonton atau orang-orang yang sibuk berkomentar akan
pencapaian seseorang. Duh.. wana’udzubillah.
Diusia
yang tersisa, ku harap Tuhan senantiasa mendewasakan hati dan pola pikir kita untuk
lebih menghargai waktu serta limpahan karunia-Nya yang senantiasa menghujani hidup
kita. Penyesalan diujung jalan itu pasti
ada, senantiasa menunggu disana. Namun kuharap kita bukanlah orang-orang
yang akan menemuinya kelak, bukan orang yang jalannya berujung disana untuk
kesekian kali (*aamiin ya Allah). Doa dan keyakinan yang begitu kuat semoga
juga diimbangi dengan kerja keras dan kedisiplinan dalam menjalankan rencana yang
telah menghiasi buku catatan sebagai langkah-langkah kecil yang ditapaki untuk
meraih tujuan. Sebab kita tentu ingin berkembang, bukan? Rasa bosan bisajadi
kerap menggelitik hati kala kita hanya jalan ditempat, mendesak untuk segera
melangkah. Ehm.. ataukah kita justru tidak
pernah merasa bosan (dalam menikmati kemalasan-kemageran kita)? Nikmat Tuhan sangat banyak yang patut disyukuri dan tak
cukup dengan ucapan Alhamdulillah namun
dengan berusaha baik-baik bermodalkan nikmat-nikmat tersebut (kesehatan,
uang, fisik yang tidak cacat, keluarga-teman-lingkungan yang baik, sekolah atau
kantor yang baik). Iya. Diluar sana banyak sekali orang yang memimpikan untuk berada diposisi kita. Yuk,
sama-sama berubah menjadi lebih baik, sebab tak ada jalan pintas, tak ada cara
lain.
Seriuslah, janganlah engkau bermalas ria. Jangan
pula berlaku lalai. Sesungguhnya penyesalan itu hanyalah milik para pemalas. –
pepatah arab
#selfreminder
0 komentar