Semangat jatuh ke tanah, Cegahlah
Hatiku menuntunku memilih jalan
ini, entah mengapa aku masih mau (memilihnya) padahal sebuah pekerjaan tetap
dulunya telah dalam genggamanku. Hal yang pasti adalah jelas semua ini terjadi
atas kuasa Allah Ta’ala. Oh tidak, tentu saja aku tidak berbicara dalam konteks
menyesali pilihanku saat itu. Tidak sama sekali. Ku hanya merunut hidupku dua
tahun terakhir. Jalan yang kulalui kini rupanya mulai menyajikan gundukan
kerikil-kerikil. Persis seperti apa yang sempat ku prediksi. Menyadarkanku bahwa
apapun pilihan hidup yang kita jalani, pastilah ada ‘sesuatu’ yang merangsang diri
kita untuk mengeluarkan versi terbaiknya untuk menghadapinya. Kadang ku malas,
kadang ku jenuh, kadang ku sangat bersemangat. Tapi hal yang paling kusayangkan
adalah ketika semangatku sedang hampir mencapai tanah. Aku tahu bahwa segalanya
berfluktuasi dan tentu saja itu ujian hidup. Tantangannya adalah bagaimana diri
ini mampu berusaha untuk mengumpulkan puing-puing semangat itu. Meskipun
demikian (menemui kerikil), hatiku masih saja setia pada jalan ini. Alhamdulillah..
semoga apa yang ku jalani kini kelak akan berguna bagi ummat (aamiin).
credit to pregnancyandbirth.cf
Ku renungi diriku. Begitu banyak
orang yang ingin mengecap manisnya rutinitas yang kini ku jalani. Bahkan begitu
banyak pula orang yang untuk membayangkannya pun terasa sangat mahal. Dan aku
merasa sangat bersalah pada diriku apabila menjalaninya “biasa-biasa” saja.
Ahh.. sungguh sayang sekali. Kemudian Tuhan menggerakkan ingatanku untuk
membayangkan kembali kondisi orang-orang terdekatku yang juga kini sedang
melanjutkan studi. Tante X adalah seorang pensiunan bidan juga pensiunan dosen
yang kini sedang berjuang menyelesaikan studi doktornya yang sempat
terbengkalai, usianya tak muda lagi bahkan telah dikaruniai enam cucu. Kakak A
adalah seorang bapak juga dosen yang kini merangkap sebagai mahasiswa baru program doktor
di salah satu kampus terbaik yang jaraknya sungguh jauh dari kampus tempatnya
mengajar. Kakak B adalah seorang pengantin baru yang harus berbagi waktu untuk
menunaikan kewajiban sebagai istri, mengajar, serta menyelesaikan studi
masternya yang kini memasuki tahun terakhir. Kakak C adalah seorang dokter yang
baru-baru ini ditugaskan di provinsi lain, seorang mahasiswa master tahun
kedua, juga seorang ibu yang selama weekdays
kerap tidak dapat mendampingi dua anak laki-lakinya yang masih berumur tidak
lebih dari tujuh tahun.
Aku? Aku hanyalah gadis kecil yang masih menjadi tanggungan orang tua dan belum punya kewajiban apa-apa selain lulus tepat waktu. Malu rasanya jika saya tidak mengerahkan upaya terbaik, sementara diluar sana rupanya banyak juga orang-orang yang rela berletih-letih menuntut ilmu demi masa depan yang cerah meski diiringi dengan sejumlah tanggungjawab yang juga harus ditunaikan secara sempurna.
Sungguh Allah begitu adil. Sungguh Allah begitu baik. Tidaklah otak dan hati diciptakan melainkan untuk menuntun kita untuk merenungi dan mensyukuri nikmat-Nya, untuk belajar menyarikan pelajaran yang menyeruak disekitar kita meski tidak selamanya dalam bentuk textbook melainkan pengalaman orang terdekat. Berbicara memang sangat mudah, prakteknya mari kita usahakan bersama-sama. Sabar dan tidak mudah menyerah. Dan tetaplah bersama Allah ( :
0 komentar