Pengingat: Sudah Bulan September.

by - 11:19 PM

Bulan September pada akhirnya telah menyapa. Tidak terasa sudah setahun di kampung orang. Merasa bersalah karena liburan panjang kemarin tidak pulang menemui bapak dan ibu. Ada beberapa pertimbangan yang membuatku mengalah akan rasa rindu yang membuncah. Saya hanya berharap dapat pulang segera setelah menuntaskan kewajiban dan pilihan yang telah saya jalani.


credit to asian games 2018


Bulan September itu seperti alarm, seolah aku harus menaikan speed-ku untuk menyelesaikan sebuah tugas besar. Wajah-wajah baru telah bermunculan, lagi dan lagi mengingatkan aku bahwa waktu kelulusan harus ku kejar. Apalagi nilai rupiah mulai melemah lagi, bisa bisa UKT nanti jadi naik wkwk

Hari ini adalah hari perdana menemui teman-teman angkatan yang hampir dua bulan tidak ku temui, sebab alhamdulillah serangkaian beban kuliah telah dilewati. Banyak wajah yang berseri-seri, baik yang ku duga telah perawatan selama liburan juga yang berseri akibat proposal riset nya yang mungkin sudah memasuki tahap final. Ahh, rindu juga ketemu teman angkatan. Alhamdulillah hari ini dipertemukan lagi dalam kuliah umum menjelang semester baru.

Hari ini pembicaranya adalah ibu Harsi, dosen dibidang mikrobiologi pangan yang merupakan doktor lulusan dari Universitas Wagenigen (WUR) di Belanda (universitas dengan jurusan teknologi pangan terbaik di dunia). Seperti judul tulisan ini, dia kembali mengingatkan kami untuk merawat semangat agar tidak kendor, agar bergegas menyelesaikan tugas akhir. Sisanya, beliau memaparkan tentang penilaian dan hal teknis lainnya.

Pengingat demi pengingat itu seketika menyerbu dari segala arah, dari rumah hingga sosial media. Beruntung hatiku masih tergugah. 'Lagian buat apa berlama-lama' begitu pikirku. Saya sungguh membutuhkan strong motivation dengan dosis yang tidak berkurang hingga nanti. Sebab jika sudah mulai melemah, rasanya semua pasti terbengkalai begitu saja lalu sulit bangkit lagi.

Mempertanyakan kembali
"Mengapa saya melakukan ini?"
"Apa untungnya jika saya bekerja keras sekarang?"

keduanya bisa membuka kembali nalar-logika untuk memahami apa yang sebenarnya sedang kita cari. Tentu saja dibaluti dengan hubungan yang dekat dengan Ilahi, sebab jika sudah jauh sungguh rapuh hidup ini. Rasanya itu seperti bernafas tapi mati rasa, seperti melangkah padahal diam di tempat, seperti berpikir keras padahal sedang berlarut dalam kesedihan atau angan kosong. Sungguh hidup sudah seperti tak ada artinya lagi jika diri ini jauh dari pencipta-Nya. Dan. jauh dari-Nya lah salah satu hal yang paling aku takuti.

Semangat, sebab segala ketidak mungkinan bisa jadi kelak menjadi mungkin jika ketaatan masih merajai hati. Ahh.. aku takut sekali. Cukup ku ingat bahwa... tidak ada mutiara yang diperoleh tanpa mau menyelam ke dasar lautan. Dan tidak ada yang bisa kaya raya jika hanya bangun tidur untuk main gadget dan tidur setelah kedua mata lelah menatap monitor -layar gadget. 

Ya Allah, kuatkanlah. 
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.”
(HR. Muslim)

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut