Mengadu Tanpa Suara

by - 11:17 PM


Pekatnya malam menyeruak dalam pandangan
Semesta dengan patuh menurut pada titah Tuhan-Nya
Bahwa tiba masanya rembulan memamerkan pesonanya
Bahwa sudah saatnya mentari sejenak tidur dalam keheningan

credit pict to www.pinterest.com/pin/384354149439244305/

Tentu saja kan kubiarkan dia terlelap
Biar tangisku tercurah, lepas, beradu dengan langkah sang waktu
Tanpa suara ku sapu satu per satu jejaknya
Kala batinku meringis pedih bak bayi yang terluka ditinggal ibunya

Ku hempaskan kecewa dan letihku pada perhiasan dunia yang fana
Bahwa Tuhanku tengah menarikku kembali pada takwa
Meski harus hatiku remuk tak berdaya
Dia memeluk hatiku, ‘kan membalutnya hingga sembuh bersama detakan jam yang tak berdosa
Ku sambut kemurahan-Nya, hingga rasa malu disekujur tubuhku membeku, pasrah

Menunggu..
Kenapa harus (selalu) biarkan banjir dipelupuk mata
Kenapa harus biarkan hati hancur sia-sia
Lalu mau kembali kepada-Nya?
Kenapa..
Biarkan Dia menunggu diri sadar ‘tuk berbalik arah
Bahwa benar tanpa-Nya, memang tak bisa apa-apa



it was done 10.24 p.m. then i feel better. of course it because Allah
la haula wa laa quwwata illaa billah

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut