Sepekan terakhir seperti diberi kado sama Allah.
Aku bersyukur sebab ditakdirkan serumah dengan beberapa teman sekampung dan
juga teman dari daerah lain yang sama-sama baiknya. Entah mengapa kaka tertua
memulai euphoria makan malam dengan masakan daerah Makassar. Rasanya indah
sekali menebus rindu dengan cara seperti ini. Kami menghabiskan makan malam
bersama dipermulaan semester yang baru. Menu kapurung (bulatan-bulatan sagu
yang dinikmati dengan kuah bersayur), mi titi (mi kering yang telah digoreng
dibalur kuah aci bersayur), dan coto Makassar (potongan daging, paru, babat,
yang dinikmati bersama kuah kaya rempah (sarihusada.co.id menyatakan terdiri
atas 40 jenis rempah hm… yummie! Sangat sehat). Aku bersyukur memboyong semua
daging mentah, paru, serta babat bersih pemberian om Imran dari Tangerang. Alhamdulillah
bisa dinikmati oleh teman-teman sekosan. Coto Makassar menjadi yang terfavorit
menurutku, mungkin karena kuah hangatnya yang begitu nikmat dan gurih sehingga
tak jarang bikin kepengen nambah lagi.
Mungkin terlihat seperti makan malam biasa. Namun disisi
lain kita belajar untuk ‘mau’ berkutat dengan masak-memasak, merangsang
kepekaan untuk mau peduli dan bekerja sama, lebih menghargai masakan di kampung
halaman, menjadikannya momen untuk saling mengenal satu sama lain yang
kerapkali diselingi dengan tips untuk menaikkan atau menurunkan berat badan. Tanpa
sadar momen ini menjadikan kita jadi saling menghargai satu sama lain. Bukankah
ukhuwah menjadi sesuatu yang perlu dirawat apalagi jika kita sesama muslim? : )
credit to makanlagi.com
Lebih dari itu poin pentingnya adalah bagaimana seorang
yang introvert (tertutup) berusaha belajar untuk memberikan sedikit kelonggaran
dihatinya untuk berbaur dengan orang lain, apalagi di bawah atap yang sama. Tak
jarang saat kos, ada penghuni yang cenderung lebih senang menyendiri. Momen
seperti ini sangat baikdimanfaatkan untuk rehat sejenak dari
kesendirian kita. Rasa mager (malas gerak) mungkin kerap menghampiri, tapi mari
kita menutup mata akan hal itu untuk sementara. Toh berbaur seperti ini tidak
terjadi setiap hari bukan? Sebab setiap orang punya kesibukan masing-masing. Saat
berbaur dengan penghuni lainnya bukan tidak mungkin kita bisa menemukan orang
lain yang click untuk diajak
seru-seruan atau sekedar memperoleh info penting ter-update yang belum sampai ke telinga kita. Mungkin itu hanya secuil
kehangatan yang tercipta dibalik acara seru-seruan di kosan. Kita hanya perlu
ingat bahwa, kita tidak akan mungkin bisa hidup sendirian. Mencoba menjalin
pertemanan dengan orang terdekat (serumah) bukanlah sebuah hal yang harus dihindari,
sebab perlahan suatu saat kita pasti akan membutuhkan orang lain. Bukankah orang-orang
terdekatlah yang nantinya terlebih dahulu mengulurkan tangan?
Menu besar seperti ini rasanya perlu untuk dilakukan
sesekali, menjadi momen refreshing dari
rutinitas sehari-hari serta sebuah cara untuk menyalurkan rindu akan kampung
halamanmu dan obat untuk membalur kesendirianmu.
Dari
Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa
yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia
menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Siapa
yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan
diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan
mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Maraji’:
Dalil dikutip dari rumaysho.com
0 komentar