asetonekstraksi kolesterolkolesterollieberman-bunchardLipidsalkowskisteroidtelur bebektelur itiktelur puyuhterlur ayam
PART. 6 BIOKIMIA PASCA PANEN - LIPID (KOLESTEROL)
A. Kolesterol
Kolesterol
merupakan steroid hewani yang terdapat meluas dan dijumpai hampir disemua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosintesis hormon steroid. Kolesterol memiliki 2 gugus metil yang terikat satu sama lain antara rantai C-13 dan C-10 dengan 5 ikatan rangkap. Rantai cabang hidrokarbon terikat pada atom C-17, sedangkan gugus hidroksil terdapat pada atom C-3. Kolesterol memiliki fungsi alkohol dan juga membentuk ester dengan
asam lemak (ester sterol), sehingga termasuk kedalam senyawa yang paling hidrofobik diantara semua lipid didalam tubuh (Muchtadi,
dkk 1993). Terdapat sedikit perbedaan struktur antara fitosterol dan kolesterol, yaitu sama sama memiliki 1 gugus OH, namun berbeda pada rantai C-21. Fitosterol terdapat percabangan di rantai C-21 dan C-22, sedangkan pada kolesterol hanya ada 1 cabang yaitu
pada C-22 (Anonim, 2011).
Kolesterol
adalah metabolit yang mengandung lemak steroid(waxy steroid). Lemak ini ditemukan
pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah. Lemak ini adalah
sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas
4 cincin atom karbon dengan Rumus molekul C27H46O. Steroid lainnya termasuk steroid
hormon seperti kortisol, estrogen, dan testosteron. Semua hormon steroid terbuat dari perubahan struktur dasar kimia kolesterol. Saat tentang membuat sebuah
molekul dari pengubahan molekul yang lebih mudah, para ilmuwan menyebutnya
sintesis. Kolesterol
tersebar luas dalamsel tubuh, khususnya dalam jaringan saraf. Sebagian
kolesterol di dalam jaringan atau darah terdapat dalam bentuk ester. Kolesterol
terdapat dalam lemak hewan, tetapi tidak terdapat dalam lemak tanaman.
Kolesterol berupa kristal putih, bentuknya rombis yang mengkilat, tidak berbau,
tidak ada rasa, dan mencair pada suhu 148,50 C. Senyawa ini tidak
larut dalam air, asam atau alkali, tetapi dapat larut dalam alkohol panas, eter, aseton, kloroform, benzen,dan karbon disulfida. Selain itu, kolesterol dapat larut dalam larutan garam-garam
empedu (Marsitta, 2012).
empedu (Marsitta, 2012).
Kolesterol dapat larut
dalam pelarut organik, misalnya eter, kloroform, benzene, karbon disulfida,
aseton, dan alkohol panas, tetapi tidak larut dalam air, asam atau basa. Pada
konsentrasi tinggi, kolesterol mengkristal dalam bentuk kristal tak berwarna,
tidak berasa, tidak berbau, dan memiliki titik lebur 150oC – 151oC
(Anna Poedjiadi, 1994).
B. Telur Itik
Bobot dan ukuran telur itik rata-rata lebih besar
dibandingkan dengan telur ayam. Karena bau amisnya yang tajam, penggunaan telur
itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telur asin. Dalam telur itik protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur 17%, sedangkan putihnya hanya 11%. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin(kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang
dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat. Protein 185 (g), lemak 12,81 (g), karbohidrat 13,77 (g), Kalsium 1,45 (mg),
Besi 64 (mg) (Anonim, 2012a).
Besi 64 (mg) (Anonim, 2012a).
C. Telur
Ayam Kampung
Telur ayam kampung mengandung kalori, protein, zat besi , retinol (vitamin
A), Karbohidrat , Thiamin, vitamin E, lemak omega-3, vitamin C, vitamin D, beta
karoten, protein, lecithin. Khasiat dan manfaat telur ayam sangat diperlukan
oleh tubuh. Disamping harganya ekonomis dan terjangkau, kandungan zat gizi yang
terkandung dalam telur ayam kampung sangatlah tinggi dibandingkan dengan telur
ayam jenis lainnya. Untuk meningkatkan khasiatnya dalam mengkonsumsi telur ayam
kampung dapat dicampur dengan madu asli untuk menambah energi, atau dapat
dipakai sebagai campuran minuman jamu
(Anonim, 2012b).
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung
zat gizi protein dan kolesterol. Protein merupakan salah satu indikator penting yang
menentukan kualitas telur dan kolesterol, ini merupakan produk khas dari
metabolisme hewan. Kandungan protein dan kolesterol pada telur itik lebih tinggi daripada telur ayam.
Kandungan protein telur itik
sebesar 13,1 g/100g bobot telur dan kolesterol sebesar 14,3 g/100g bobot telur, sedangkan protein telur ayam hanya 12,8 g/100g bobot telur dan kolesterol sebesar 11,5 g/100g bobot telur (Depkes, 1972).
sebesar 13,1 g/100g bobot telur dan kolesterol sebesar 14,3 g/100g bobot telur, sedangkan protein telur ayam hanya 12,8 g/100g bobot telur dan kolesterol sebesar 11,5 g/100g bobot telur (Depkes, 1972).
Tabel 10. Kandungan
Gizi per 100 gram Telur Puyuh, Telur Ayam, dan Telur Bebek
Zat
gizi
|
Telur puyuh
|
Telur ayam
|
Telur bebek
|
Energi (kkal)
|
158
|
143
|
185
|
Protein (g)
|
13,05
|
12,58
|
12,81
|
Total lemak (g)
|
11,09
|
9,94
|
13,77
|
Vitamin E (mg)
|
1,08
|
0,97
|
1,34
|
Vitamin K (mkg)
|
0,3
|
0,3
|
0,4
|
Kolesterol (mg)
|
844
|
423
|
884
|
Lutein+zeaksantin (mkg)
|
369
|
331
|
459
|
Sumber:
USDA (2007)
D. Aseton
Lipid
adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang
terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam pelarut-pelarut organik tetapi
sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut organik yang dimaksud adalah
pelarut organik non polar, misalnya benzene, pentane, dietil eter dan karbon
tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut lipid dapat diekstrak dari sel
dan jaringan tumbuhan ataupun hewan. Dalam meggunakan pelarut, sebaiknya digunakan aseton karena lebih aman bagi
kesehatan dibandingkan pelarut-pelarut di atas, dimana aseton memiliki
toksisitas yang lebih rendah (1000 ppm) dibandingkan pelarut benzena (8 ppm), kloroform (10 ppm) dan toluena (200 ppm) (Rahmat, 2010).
E. Pengujian
Kolesterol
Kolesterol
dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa reaksi warna. Salah satu di
antaranya ialah reaksi Salkowski. Apabila kolesterol dilarutkan asam sulfat
pekat dengan hati-hati, maka bagian asam berwarna kekuningan dengan fluoresensi
hijau bila dikenai cahaya. Bagian kloroform akan berwarna biru dan yang berubah
menjadi menjadi merah dan ungu. Larutan kolesterol dalam kloroform bila
ditambah anhidrida asam asetat
dan asam sulfat pekat, maka larutantersebut mula-mula akan berwarna merah, kemudian biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard. Warna hijau yang terjadi ini ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol (Marsitta, 2012).
dan asam sulfat pekat, maka larutantersebut mula-mula akan berwarna merah, kemudian biru dan hijau. Ini disebut reaksi Lieberman Burchard. Warna hijau yang terjadi ini ternyata sebanding dengan konsentrasi kolesterol (Marsitta, 2012).
Proses
uji kolesterol dengan menggunakan metode Uji Lieberman-
Burchard (Anna, 1994).
Burchard (Anna, 1994).
Prosedur
|
Pengamatan
|
Sedikit kolesterol dilarutkan dalam
kloroform hingga larut seluruhnya. Tambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid
dan 2 tetes asam sulfat pekat, kocok perlahan-lahan dan biarkan beberapa
menit. Perhatikan perubahan warna yang terjadi.
|
Kolesterol
dilarutkan dalam kloroform warnanya akan menjadi kecoklatan. Setelah
ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat
warnanya akan berubah menjadi biru kehijauan.
|
· Uji
Lieberman Buchard
Uji Lieberman Buchard merupakan
uji kuantitatif untuk kolesterol karena Warna hijau yang muncul dalam reaksi
tersebut sebanding dengan konsentasi koleterol. Prinsip uji ini
adalah mengidentifikasi adanya kolesterol dengan penambahan asam sulfat ke
dalam campuran. Sebanyak 10 tetes asam asetat dilarutkan ke dalam larutan kolesterol
dan kloroform (dari percobaan Salkowski). Setelah itu, asam sulfat pekat
ditambahkan. Tabung dikocok perlahan dan dibiarkan beberapa
menit. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah ketika asam sulfat
ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3
kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk
ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna
hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif (WikiAnswers 2008). Reaksi
positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna
pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
·
Uji Salkowski untuk kolesterol
Uji Salkowski merupakan
uji kualitatif yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan
kolesterol. Kolesterol dilarutkan dengan kloroform anhidrat lalu dengan
volume yang sama ditambahkan asam sulfat. Asam sulfat berfungsi sebagai
pemutus ikatan ester lipid. Apabila dalam sampel tersebut terdapat kolesterol,
maka lapisan kolesterol di bagian atas menjadi berwarna merah dan asam sulfat
terlihat berubah menjadi kuning dengan warna fluoresens hijau (Pramarsh, 2008).
F. Ekstraksi
Kolesterol atau Lipid
Lipid adalah nama suatu golongan senyawa organik yang meliputi sejumlah senyawa yang terdapat di alam yang semuanya dapat larut dalam
pelarut-pelarut organik tetapi sukar larut atau tidak larut dalam air. Pelarut
organik yang dimaksud adalah pelarut organik non polar, misalnya benzene,
pentane, dietil eter dan karbon tetraklorida. Dengan pelarut-pelarut tersebut
lipid dapat diekstrak dari sel dan jaringan tumbuhan ataupun hewan (Abun,
2009).
Suhu yang tinggi pada pengukusan akan melelehkan lemak
dan cenderung merusak struktur yang ada di dalamnya, salah satunya adalah
struktur kolesterol. Dengan memahami prinsip Lawrie tersebut, yaitu semakin
tinggi suhu yang digunakan untuk mengolah daging, semakin banyak struktur
kolesterol yang rusak, maka dapat disimpulkan urut-urutan cara pengolahan
daging ayam broiler mulai dari yang sedikit sampai yang terbanyak dapat
mengurangi kadar kolesterolnya adalah dibakar, direbus, dikukus, digoreng,
dan dioven (Lawrie,1995).
Penggunaan
pelarut, sebaiknya digunakan aseton karena lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pelarut-pelarut di atas, dimana aseton memiliki toksisitas yang lebih rendah (1000 ppm) dibandingkan pelarut
benzena (8 ppm), kloroform (10 ppm) dan toluena (200 ppm) (Reichardt, 1988
dalam Sari et al.,
2004).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Kolesterol. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/
123456789/53072/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
123456789/53072/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
Anonim,
2012a. Kandungan Telur Itik. http://www.enformasi.com/kandungan-telur-itik.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
Anonim,
2012d. Khasiat dan Manfaat Kandungan
Telur. http://jekethek.
blogspot.com/2012/07/khasiat-dan-manfaat-kandungantelur.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
blogspot.com/2012/07/khasiat-dan-manfaat-kandungantelur.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
Abun,
2009, Diktat Kuliah
Biokimia Judul Lipid, Universitas Padjadjaran, Ponorogo.
Hargis
SP, 1988. Modifying egg yolk
cholesterol-in the domestics fowl-a review World Poultry Science Journal 44:17-2
Lawrie, R. A. (1995). Ilmu
Daging. Edisi 5. Jakarta : UI Press
Marsitta,
2012. Uji Kolesterol. http://utarymarsitta.blogspot.com/2012/12/
kolesterol.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar
kolesterol.html. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia: Lipid (hal 51). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Pramarsh.
2008. Test for cholesterol. http://www.planetayurveda.com/
cholesterol_remedies. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar
cholesterol_remedies. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar
Reichardt,
C. 1988. Solvents and
Solvent Effects in Organic Chemistry. VCH Verlags Weinheim,
Germany.
Rahmat,
Mifta N., 2010, Kolesterol,
http://duniainikecil.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar
Scy
Tech Encyclopedia. 2008. Acrolein test. http://www.answers.com/topic/
acrolein_test. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
acrolein_test. Diakses pada tanggal 29 Maret 2013. Makassar.
Eddy
Sulistyowati dan Das Salirawati, 2010. Pengaruh
cara pengolahan terhadap kadar kolesterol pada daging ayam broiler.
0 komentar