PART. 4 BIOKIMIA PASCA PANEN - EKSTRAKSI PROTEIN
A.
Telur Ayam Ras
Telur merupakan bahan makanan yang
hampir dikatakan mendekati sempurna, selain rasanya enak, sangat mudah dicerna
dan mudah pengolahannya serta relatif murah dibanding sumber protein hewani
lainnya. Satu butir telur ayam dengan berat 50 gram mengandung gizi yaitu
energi 81 kkal, protein 6.4 gr, lemak 5.75 gram, karbohidrat 0.35 gram, kalsium 180 mg, vitamin A 309 SI (Hakim, 2010a).
Nilai
gizi telur sangat lengkap, telur merupakan sumber protein yang baik, kadarnya
sekitar 14%, sehingga dari tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram
protein. Kandungan asam amino proteinnya sangat lengkap, sehingga protein telur
(campuran putih dan kuning telur) seringkali dijadikan sebagai protein
“referensi”. Telur
kaya fosfor dan besi, tetapi kandungan kalsiumnya rendah. Keadaan sepeerti ini
sama seperti yang dijumpai pada daging. Selain itu telur juga mengandung
vitamin B kompleks, serta vitamin A dan D (dalam kuning telur). Telur sama
sekali tidak mengandung vitaminC. Satu butir telur berukuran sedangakan
memberikan energi sekitar 80 kilokalori (Sirait, 2003).
B.
Telur Itik
Telur itik merupakan salah satu sumber
gizi yang baik. Walaupun kandungan lemak dan kolestrolnya lebih tinggi daripada
telur ayam, mengonsumsi telur itik dalam jumlah normal, yaitu 1-2 butir per
hari, akan memberikan sumbangan gizi yang sangat berarti bagi kesehatan
tubuh.Kadar air pada telur itik lebih rendah dari telur ayam. Hal itu berarti
telur itik lebih kental bila dibandingkan telur ayam. Kadar energi pada telur
itik (189 kkal/100 g) lebih tinggi dibandingkan telur ayam
(162 kkal/100 g). Energi tersebut sebagian besar berasal dari kandungan lemak dan proteinnya. Protein telur itik terdiri atas ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur itik dan telur ayam mengandung asam amino esensial yang sangat diperlukan tubuh. Fungsi protein yang utama adalah untuk pertumbuhan tubuh, penggantian sel yang rusak, serta pembentukan enzim dan hormon. Telur itik dan telur ayam sama-sama mengandung vitamin A. Vitamin A pada telur itik berperan penting dalam mengatur fungsi penglihatan dan menjaga kesehatan mata, membantu pertumbuhan dan meningkatkan system imunitas (kekebalan tubuh). Lemak pada telur itik terdiri atas trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolestrol. Kandungan kolestrol pada telur itik juga lebih besar daripada telur ayam. Trigliserida dan fosfolipida dapat menjadi sumber energi bagi tubuh, sedangkan koletrol berperan untuk pembentukan vitamin D, hormon seks, dan komponen penyusun otak. (Anonim,2011a).
(162 kkal/100 g). Energi tersebut sebagian besar berasal dari kandungan lemak dan proteinnya. Protein telur itik terdiri atas ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur itik dan telur ayam mengandung asam amino esensial yang sangat diperlukan tubuh. Fungsi protein yang utama adalah untuk pertumbuhan tubuh, penggantian sel yang rusak, serta pembentukan enzim dan hormon. Telur itik dan telur ayam sama-sama mengandung vitamin A. Vitamin A pada telur itik berperan penting dalam mengatur fungsi penglihatan dan menjaga kesehatan mata, membantu pertumbuhan dan meningkatkan system imunitas (kekebalan tubuh). Lemak pada telur itik terdiri atas trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolestrol. Kandungan kolestrol pada telur itik juga lebih besar daripada telur ayam. Trigliserida dan fosfolipida dapat menjadi sumber energi bagi tubuh, sedangkan koletrol berperan untuk pembentukan vitamin D, hormon seks, dan komponen penyusun otak. (Anonim,2011a).
C.
Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani
yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik
kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomerasam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen,
nitrogen
dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein merupakan salah satu dari biomolekul
raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup.
Selain itu, protein merupakan salah satu molekul
yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Protein terlibat
dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi,
sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam
biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme
yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (Arsyad, 1997).
Protein putih telur
terdiri atas protein serabut yang terdiri ovomucin dan protein globular yang
terdiri dari ovalbumin, conalbumin, ovomucoid, lizosim, flavoprotein,
ovoglobulin, ovoinhibitor, dan avidin.
Protein globular merupakan protein yang berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam asam
encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam,
pelarut asam basa dibandingkan protein serabut.
Protein globular juga merupakan protein yang mudah terdenaturasi
(Winarno, 1997).
Nilai Haugh unit merupakan nilai yang mencerminkan
keadaan albumen telur yang berguna untuk menentukan kualitas telur. Nilai Haugh
unit ditentukan berdasarkan keadaan
putih telur, yaitu korelasi antara bobot telur dan tinggi putih telur bagian putih telur menjadi
lebih encer disebabkan hilangnya sebagian protein ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk
struktur putih telur. Nilai Haugh unit yang tinggi menunjukkan kualitas telur
tersebut juga tinggi (Sudaryani ,2000).
Sifat fisikokimia setiap
protein tidak sama, tergantung jumlah dan jenis asam aminonya. Bila dalam suatu
larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya
protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan protein ini disebut
salting out. Garam-garam logam berat dan asam-asam mineral kuat ternyata baik
digunakan untuk mengendapkan protein. Apabila protein dipanaskan atau ditambah
alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik
mantel air yang meliputi molekul-molekul protein. Selain itu penggumpalan juga
dapat terjadi karena aktivitas enzim-enzim proteolitik.
Protein akan mengalami kekeruhan
terbesar pada saat mencapai ph isoelektrik yaitu ph dimana protein memiliki
muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami
denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan. Asam dan
basa dapat mengacaukan jembatan garam dengan adanya muatan ionik. Sebuah tipe reaksi penggantian dobel terjadi sewaktu ion positif dan negatif di dalam garam
berganti pasangan dengan ion positif dan negatif yang berasal dari asam atau
basa yang
ditambahkan (Anna, 1994).
ditambahkan (Anna, 1994).
Struktur protein menurut Anonim
(2012a) dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat
satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat
empat):
a.
Struktur
primer protein merupakan urutan asam amino penyusun
protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger merupakan
ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino pada
protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang
mengiris ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih
pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik.
Urutan asam amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah
fungsi protein, dan lebih lanjut memicu mutasi genetik.
b.
Struktur
sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian
asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai
bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
·
alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa
pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
·
beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa
lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
·
beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
·
gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
c.
Struktur
tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder.
Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi
secara fisik tanpa
ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil
(misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil
(misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
Manfaat protein bagi tubuh menurut Alisha (2011c) bagi
tubuh kita sangatlah banyak, diantaranya yaitu:
1.
Sebagai
enzim. Protein memiliki peranan yang besar untuk mempercepat reaksi biologis.
2.
Sebagai alat
pengangkut dan penyimpan. Protein yang terkandung dalam hemoglobin dapat mengangkut
oksigen dalam eritrosit. Protein yang terkandung dalam mioglobin dapat
mengangkut oksigen dalam otot.
3.
Untuk
Penunjang mekanis. Salah satu protein berbentuk serabut yang disebut kolagen
memiliki fungsi untuk menjaga kekuatan dan daya tahan tulang dan kulit.
4.
Sebagai
Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh. Protein ini biasa digunakan
dalam bentuk antibodi.
5.
Sebagai
Media perambatan impuls syaraf.
6.
Sebagai
Pengendalian pertumbuhan
D. Larutan
1.
Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah
senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma
dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2.
Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat
glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku
16.7°C.Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat,
selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di
rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per
tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya
diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati(Anonim,
2012b).
Gugus asetil
yang terdapat pada asam asetat merupakan gugus yang penting bagi biokimia pada
hampir seluruh makhluk hidup, seperti gugus asetil yang berikat pada koenzim A
menjadi senyawa yang disebut Asetil-KoA, merupakan enzim utama bagi metabolisme
karbohidrat dan lemak. Namun demikian, asam asetat bebas memiliki konsentrasi
yang kecil dalam sel, karena asam asetat bebas dapat menyebabkan gangguan pada
mekanisme pengaturan pH sel. Berbeda dengan asam karboksilat berantai panjang,
asam asetat tidak ditemukan pada trigliserida dalam tubuh makhluk hidup.
Sekalipun demikian, trigliserida buatan yang memiliki gugus asetat, triasetin
(trigliserin asetat), adalah zat aditif yang umum pada makanan, dan juga
digunakan dalam kosmetika dan obat-obatan.Asam asetat diproduksi dan
diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu, misalnya dari genus Acetobacter
dan spesies Clostridium acetobutylicum. Bakteri-bakteri ini terdapat pada
makanan, air, dan juga tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada
buah-buahan/makanan yang telah basi. Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk
menghasilkan berbagai senyawa
kimia (Anonim, 2012b).
kimia (Anonim, 2012b).
2.
Amonium Sulfat
((NH4)2SO4)
Amonium Sulfat
[(NH4)2SO4] adalah senyawa kimia yang berwujud padat, berwarna putih,
berbentuk kristal (pada T > 513°C), larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol dan memiliki titik leleh 235-280°C pada tekanan 1 atm. Ammonium Sulfat
banyak dimanfaatkan sebagai pupuk nitrogen dan biasa disebut pupuk ZA (Zwuafel
Ammonium), terutama pada tanaman industri dan perkebunan diantaranya tebu,
tembakau, cengkeh, kopi, lada, kelapa sawit, dan teh. Selain sebagai pupuk,
senyawa Amonium Sulfat juga digunakan dalam bidang industri seperti untuk
pengolahan air, fermentasi, bahan tahan api dan penyamakan. Sebagai pupuk, Amonium Sulfat merupakan jenis pupuk anorganik tunggal yang terdiri dari unsur Sulfur (24% berat) dalam bentuk
ion Sulfat dan unsur Nitrogen (21% berat) dalam bentuk ion ammonium (Anonim,
2011b).
Dalam biokimia, amonium sulfat curah
hujan adalah metode umum untuk memurnikan protein dengan pengendapan selektif,
sulfat Amonium sangat larut dalam air dan sehingga dapat membuat solusi yang
sangat terkonsentrasi, yang dapat "keluar garam" protein, menyebabkan
curah hujan pada konsentrasi tertentu. Ini menyediakan sarana yang nyaman dan
sederhana untuk fraksinasi campuran protein yang kompleks. Sebagaibahan
tambahan makanan, amonium sulfatdianggapumumnya diakui
sebagai aman(GRAS) oleh USA Foodand Drug Administration,
dandi Uni Eropaituditunjuk olehnomorEE517. Hal ini digunakansebagaipengatur keasamandalamtepungdan roti. Amonium
sulfat digunakan dalam skala kecil dalam penyusunan garam amonium lainnya,
terutama amonium persulfat (Anonim, 2011b).
Pengendapan
pada protein yang dikarenakan penambahan ammonium sulfat pekat menyebabkan
terjadinya dehidratasi protein (kehilangan air) sehingga protein yang mempunyai
kelarutan yang rendah akan mengendap. Endapan ini akan larut kembali apabila
ditambahkan air. Pengendapan ini bersifat reversible. Pada percobaan ini
larutan protein telur dan susu masing – masing ditambahkan larutan ammonium
sulfat menghasilkan endapan berwarna putih. Endapan berwarna putih terbentuk
karena ammonium sulfat dapat menyebabkan dehidratasi air, sehingga kelarutannya
berkurang. Kemudian endapan ini larut pada penambahan air. Berarti dalam
protein telur dan susu mengandung gugus amino yang memiliki kelarutan yang rendah
yang menyebabkannya mengendap dan endapan yang terbentuk bersifat reversible
karena dapat dilarutkan kembali.
E. Ekstraksi Protein
Albumin merupakan fraksi protein, sehingga proses
pemisahannya dapat dilakukan menggunakan prinsip-psinsip pemisahan protein.
Pemisahan protein acap kali dilakukan dengan menggunakan berbagai pelarut,
elektrolit atau keduanya, untuk mengeluarkan fraksi protein yang berbeda
menurut karakteristiknya. Pemisahan protein dari berbagai campuran yang terdiri
dari berbagai macam sifat asam-basa,
ukuran dan bentuk protein dapat dilakukan dengan cara elektrofesa,
kromatografi, pengendapan, dan perbedaan kelarutan (Anonim, 2010).
Pada
putih telur, albumin akan berubah dari bening menjadi putih. hal ini terjadi
akibat adanya denaturasi albumin telur yang dipengaruhi oleh faktor panas
yang dilakukan dengan perebusan, faktor
asam basa yang dapat membentuk ion pada beberapa gugus sisi amino, faktor
senyawa organik yang membentuk ikatan hidrogen dengan asam amino dan faktor
logam berat yang dapat bereaksi dengan ikatan
sulfida (Candra Prabowo, 2007).
sulfida (Candra Prabowo, 2007).
Prinsip dari masing-masing metode pemisahan fraksi
protein menurut Anonim (2010) adalah sebagai berikut:
1. Elektroforesa
Elektroforesa
merupakan teknik pemisahan senyawa yang tergantung dari pergerakan molekul
bermuatan. Jika suatu larutan campuran protein diletakkan di antara kedua
elektroda, molekul yang bermuatan akan berpindah ke salah satu elektrode dengan
kecepatan tergantung pada muatan bersihnya, dan tergantung pada medium
penyangga yang digunakan. Kecepatan gerak albumin dalam elektroforesa adalah
6,0 dalam buffer berkekuatan ion 0,1 pH 8,6.
2. Kromatografi
Kromatografi
meliputi cara pemisahan bahan terlarut dengan memanfaatkan perbedaan kecepatan
geraknya melalui medium berpori. Metode ini didasarkan pada perbedaan kelarutan
dan sifat asam basa pada masing-masing fraksi protein. Ada tiga teknik
kromatografi yang biasanya dipergunakan untuk pemisahan protein yaitu
kromatografi partisi dan kromatografi penukar ion, dan kromatografi lapis tipis.
3. Pengendapan
protein sebagai garam
Sebagian besar
protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu,
seperti asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan ini menyebabkan
terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam
tungstat, fosfotungstat, dan metafosfat. Protein jugha dapat diendapkan dengan
kation tertentu seperti Zn dan Pb.
4. Pengendapan
protein dengan penambahan garam
Pengendapan
protein dengan cara penambahan garam didasarkan pada pengaruh yang berbeda
daripada penambahan garam tersebut pada kelarutan protein globuler. Pada umunya
dengan meningkatnya kekuatan ion, kelarutan protein semakin besar, tetapi
setelah mencapai titik tertentu kekuatannya justru akan semakin menurun. Pada
kekuatan ion rendah gugus protein yang terionisasi dikelilingi oleh ion lawan
sehingga terjadinya interaksi antar protein, dan akibatnya kelarutan protein
akan menurun. Jenis garam netal yang biasa digunakan untuk pengendapan protein
adalah magnesium klorida, magnesium sulfat, natrium sulfat, dan ammonium
sulfat.
5. Pengendapan
pada titik isoelektik
Titik
isoelektrik adalah pH pada saat protein memiliki kelarutan terendah dan mudah
membentuk agregat dan mudah diendapkan. Berbagai protein globular mempunyai
daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variable yang mempengaruhi kelarutan
ini dalah pH, kekuatan ion, sifat
dielektrik pelarut dan temperature. Setiap protein mempunyai pH
isoelektrik, dimana pada pH isoelekrik tersebut molekul protein mempunyai daya
kelarutan yang minimum.. Perubahan pH akan mengubah ionisasi gugus fungsional
protein, yang berarti pula mengubah muatan protein. Protein akan mengendap
pada titik isoelektiknya, yaitu titik yang menunjukkan muatan total protein sama dengan nol (0), sehingga interaksi antar protein menjadi maksimum.
pada titik isoelektiknya, yaitu titik yang menunjukkan muatan total protein sama dengan nol (0), sehingga interaksi antar protein menjadi maksimum.
6. Pengedapan
protein dengan pemanasan
Temperatur
dalam batas-batas tertentu dapat menaikkan kelarutan protein. Pada umunya
kelarutan protein naik pada suhu lebih tinggi
(0-40°C). pada suhu di atas 40°C kebanyakan protein mulai tidak mantap dan mulai terjadi denaturasi. Denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan peptide. Peristiwa denaturasi biasanya diikuti dengan koagulasi (penggumpalan). Rentang suhu denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein sekitas 55 sampai 75°C. suhu koagulasi albumin telur 56°C, albumin serum sapi 67°C, dan albumin susu sapi 72°C.
(0-40°C). pada suhu di atas 40°C kebanyakan protein mulai tidak mantap dan mulai terjadi denaturasi. Denaturasi dapat didefinisikan sebagai perubahan struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan peptide. Peristiwa denaturasi biasanya diikuti dengan koagulasi (penggumpalan). Rentang suhu denaturasi dan koagulasi sebagian besar protein sekitas 55 sampai 75°C. suhu koagulasi albumin telur 56°C, albumin serum sapi 67°C, dan albumin susu sapi 72°C.
F. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen
dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut
yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugs pengganggu
dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini
diekstraksi secara selektif.. Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut
organik pada larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam
pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut
organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses
pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali.
Hal yang harus diperhatikan untuk memilih jenis pelarut yang sesuai menururt Arsyad (2001) adalah sebagai berikut:
a.
Harga konstanta distribusi tinggi untuk gugus yang
bersangkutan dan konstanta distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya.
b.
Kelarutan pelarut organik rendah dalam air
c.
Viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
d.
Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
e.
Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya
untuk keperluan analisa lebih lanjut
Ekstraksi
dapat dilakukan secara kontinu atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup
dilakukan dengan corong pisah. Campuran dua pelarut dimasukkan dengan corong
pemisah, lapisan dengan berat jenis yang lebih ringan berada pada lapisan
atas.Dengan jalan pengocokan proses ekstraksi berlangsung, mengingat bahwa
proses ekstraksi merupakan proses kesetimbangan maka pemisahan salah satu lapisan
pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam keadaan diam. Lapisan
yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan membuka kran
corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk
tujuan kuantitatif, sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali. Jika
sebagai metode analisis digunakan metode spekttrofotometri, tidak perlu
dilakukan pelepasan karena konsentrasi gugus yang bersangkutan dapat ditentukan
langsung dalam lapisan organik. Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk
pelarut air maupun organik. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi menurut Arsyad (2001) adalah sebagai berikut:
1.
Tipe persiapan sampel
2.
Waktu ekstraksi
3.
Kuantitas pelarut
4.
Suhu pelarut
5.
Tipe pelarut
DAFTAR PUSTAKA.
Anonim,2010.
Albumin. http://lordbroken.wordpress.com/2010/10/02/albumin/Diakses pada tanggal 5 Maret 2013,
Makassar.
Anonim,2011aTelur Itikhttp://suksesdansehat.wordpress.com/2011/11/15/103. Diakses pada tanggal 5 Maret 2013,
Makassar.
Anonim,2011b.Amonium Sulfat. http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/kegunaan-ammonium-sulfat-nh42so4.html.. Diakses pada tanggal 5 Maret 2013,
Makassar.
Anonim,2011c.Analisis Protein. http://mel-rizky.blogspot.com/2011/11/analisis-protein.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2013,
Makassar.
Anonim,
2012a. Protein http://id.wikipedia.org/wiki/Protein. Diakses pada tanggal 5 Maret 2013,
Makassar.
Anonim,
2012b.Asam Asetat. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_Asetat.
diakses pada tanggal 19 Oktober 2012, Makassar.
Anonim,
2013.Amonium Sulfat. Anonim, 2012b.. http://en.wikipedia.org/wiki/Ammonium_sulfate2013. diakses pada tanggal 19 Oktober 2012, Makassar.diakses
pada tanggal 19 Oktober 2012, Makassar.
Alisha, 2011c. Protein
http://www.kesehatan123.com/2418/protein/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2013,
Makassar.
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta
Arsyad, M. N. 1997.
Kamus Kimia Arti dan Penjelasan
Istilah. Gramedia. Jakarta.
Candra,
K. P., Prabowo, S., 2007. Penuntun Praktikum Biokimia. Program
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Fakutas Pertanian. Universitas
Mulawarman : Samarinda.
Hakim,
Muhammad. 2010a. Cetak Protein Telur
Lebih Unggul.
Universitas Indonesia : Jakarta.
Universitas Indonesia : Jakarta.
Sirait,
C. H. 2003. Telur dan Pengolahannya.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
0 komentar