Ketika Adik bertemu Kakak Nomer Satu
Hari ini kakak nomer satu saya
menepati janjinya untuk mentraktir khofiyaa. Yeay! Alhamdulillah. Tidak makan
berdua, tapi acara gratisan gaji pertama kakak juga dihadiri sama kakak saya bermental
baja atas rentetan bully-an yang menghampirinya atau sering saya sapa “Ibu
Peri” (yang sabar ya kakakku). Hari ini kami secara tersirat memutuskan untuk
menyimpan handphone kami masing-masing ditepi meja. Setelah bersilat lidah
cukup lama hanya untuk menentukan menu makanan dan minuman, akhirnya kita bisa
juga cooling down ngebahas ini itu.
Termasuk bahas kerjaan sih hhehehe.. hal ini bermula ketika saya dan kakak ibu
peri mulai melontarkan keprihatinan serta unek-unek kami selama bekerja.
Maklum, ini adalah pengalaman bekerja kami sesaat setelah lepas kuliah.
Sementara si kakak nomer satu ini sudah punya banyak pengalaman kerja. Jadilah
ini jadi sesi curhat-curhatan.
Setiap orang seyogyanya memahami
betul apa spesifikasi atau ruang lingkup kerja atau job description-nya. Ketika seseorang meminta kita mengerjakan
sesuatu, kita diberi dua pilihan. “menolak” atau “menerima”. Maka bagaimana
mungkin kita bisa menerima, sementara tugas-tanggung jawab-amanah yang ada di
pundak kita pun belum selesai kita kerjakan? Jangan pernah menunduk, mengiyakan
begitu saja, jika kamu memang tidak sanggup untuk menunaikan. Mungkin bakalan
ada rasa, “ahh. Ga enakan, masa saya tega ga bantu, iyakan sajalah..” Lantas,
jika turut membantu, apa kamu yakin kamu bisa maksimal menyelesaikan tugas kamu
? membantu orang lain boleh-boleh saja, asal kita bisa mempertimbangkan
berdasarkan skala prioritas dan memikirkan, dari sudut pandang waktu. Kita
diberi upah hanya untuk bekerja delapan jam sehari. Apakah kita bisa
menyelesaikan tanggung jawab itu, jika kita turut serta melibatkan diri
mengerjakan perintah orang lain dalam jangka waktu yang tidak jelas?
Maka mulailah berani mengatakan
“tidak bisa”, jika memang -sama sekali- tidak ada ruang untuk mengerjakan
amanah dadakan itu.
Itu adalah secercah pencerahan yang
mewakili hitungan jam yang telah kami habiskan bertiga. Ngena dihati kami, plus
jadi bahan pemikiran untuk menjalani hari-hari ke depannya. Gak mudah memang,
tapi belum ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik lagi dibanding
hari kemarin. Terima kasih
(traktiran-nya) kakak #eh maksudnya pencerahannya kekekekeke ^_^
0 komentar