Kapal Ferry Sewol, Pengingat Kematian yang Tak terdeteksi Akal
23thof May 2016
Baru-baru ini saya sering
berselancar di youtube. Hingga akhirnya “satu video”, membuatku mengingat
kembali kejadian tragis yang terjadi di Korea selatan, dua tahun silam. Pada
tanggal 16 April 2014, Kapal feri Sewol yang mengangkut lebih dari 300
penumpang, tenggelam saat perjalanannya menuju pulau Jeju. Setahu saya.. lebih
dari setengah jumlah penumpang yang menjadi korban, dan didominasi oleh siswa
sekolah menengah atas. Aku hanya ingat itu. Dan entah mengapa… hal ini
membuatku ingin mencari tahu lebih jauh tentang kecelakaan kapal feri Sewol.
Aku membaca banyak artikel, dan
menonton beberapa video terkait. Dari sejumlah video yang aku tonton, aku
menonton satu video berdurasi kurang lebih 20 menit. Video itu direkam oleh
siswa yang menjadi korban kapal. Selama
20 menit itu… mereka masih bertahan di dorm mereka masing-masing. Ada
yang sempat bercanda seolah kondisi mereka mirip insiden kecelakaan kapal
Titanic, ada yang mengambil foto, dan membuat video untuk orang tua mereka.
Namun diawal 20 menit itu.. mereka tidak menyadari bahwa kondisi mereka akan
menjadi begitu membahayakan. Padahal saat itu, kapal telah menabrak karang.
Salah satu alasan mereka bertahan di kamar masing-masing adalah.. karena awak
kapal menyampaikan via speaker, “don’t
move.. tetap berada di tempatmu”. Mereka pun tak punya pilihan selain
mendengarkan instruksi. Para siswa baru menyadari kejanggalan kapal disaat-saat
terakhir dalam kisaran waktu 20 menit itu, dan bergegas menyelamatkan diri berbekal
kekompakan mereka satu sama lain. Parahnya lagi… sang kapten dan beberapa awak kapal
bahkan menyelamatkan dirinya sendiri, dengan cara melompat dari kapal menuju
kapal penyelamat. Banyak warga yang menganggap tindakan ini, sangat
mementingkan diri sendiri dibandingkan keselamatan ratusan penumpangnya. Siapa
yang menduga.. itu adalah moment terakhir para siswa berkomunikasi dengan keluarga
mereka. Bahkan 2 tahun pasca tenggelam, masih ada beberapa siswa yang belum
ditemukan.. kapal nya pun belum juga diangkut ke daratan disebabkan bobotnya
yang begitu besar. Aku lalu berpikir, kalau saja awak kapal segera mengambil
tindakan kala menyadari kapal menabrak karang… bukan tidak mungkin, akan banyak
penumpang yang akan selamat. Namun… bagaimanapun ini adalah ketetapan Allah,
rasanya keliru jika kita berandai-andai :’’ Hal yang pasti, bahwa kejadian ini
melahirkan begitu banyak pelajaran bukan hanya bagi warga Korea, namun juga
warga dunia.
orang tua korban yang tak henti berdoa
(latimes.com)
Hatiku seolah ikut meresapi
kepedihan yang dirasakan ratusan orang tua siswa, yang buah hatinya menjadi
korban kecelakaan kapal ini. Kapal yang tenggelam dipagi hari, kala mentari
menyinari bumi. Aku menyaksikan tangisan mereka, melihat raut wajah yang begitu
terpukul. Ya.. mereka tertunduk, berharap bertemu kembali anak mereka. Mereka
mengumpulkan asa di pelabuhan Jindo.. lokasi yang sangat dekat dari pulau Jeju,
tujuan studi wisata para korban.
pita kuning dan perahu kuning menjadi tanda duka warga korea
(says.com)
Mataku lalu tertuju pada beberapa
artikel yang mampu membuat mataku berkaca-kaca, “Pesan mengharukan korban kapal
Sewol”. Oh God.. pada artikel tersebut, aku membaca ungkapan salah satu pesan
seorang siswa kepada ibunya. Kurang lebih isi pesan tersebut seperti ini, “Ibu mungkin aku tak bisa mengungkapkan
langsung. Aku cinta padamu”. Ga tau kenapa, dengan membaca dan mengkroscek
kembali kejadian ini.. justru bikin aku berpikir tentang kematian. Kematian..
yang tidak diketahui kapan datangnya, dimana tempatnya, dan dalam moment
seperti apa. Sontak aku berpikir.. apa jadinya jika takdir membuatku lebih
dahulu kembali kepada-Nya, dibandingkan orang-orang yang aku cintai. Sebab
kematian tidak mengenal usia. Hal ini sontak membuatku banjir air mata,
membuatku memikirkan.. hal-hal apa saja yang telah kulakukan.. yang kiranya
dapat menaikkan jumlah kebaikanku dihadapan-Nya, yang kiranya membuat-Nya ridho
aku kembali dalam keadaan yang baik. Aku pun tak lepas memikirkan, bagaimana
kondisi keluarga dekatku.. jika aku berpulang lebih dahulu? Ahh.. tangisku
makin deras saja. Aku bahkan belum pernah bilang cinta kepada ibu dan bapak
secara langsung, meskipun ku sadari didasar hatiku.. aku begitu mencintai
mereka.
Hatiku yang tergerakkan untuk
membaca lebih jauh tentang kecelakaan kapal ferry Sewol, tentunya dalam
pengetahuan-Nya, dengan izin-Nya. Lantas bertanya.. mengapa Allah ridhoi aku
menjelajahi lebih jauh kecelakaan ini dari satu video ke video lainnya..? dari
satu artikel ke artikel lainnya?
Semua ini menjadi moment yang menyadarkanku
kembali.. untuk lebih banyak menabur cinta kepada orang-orang terdekat, lalu kepada
mereka yang dianggap “terdekat” diluar sana. Sebab waktu masih dalam genggaman,
sebab usia masih dikehendaki-Nya.. untuk kiranya berguna mengais pahala lewat kebajikan yang senantiasa mengalir kepada
kedua orang tua di rumah.
Kematian memang hal yang paling
dekat kepada manusia, sebagai pengingat akan timing-nya yang begitu rahasia. Agar kita bisa was-was, senantiasa
berusaha menyibukkan diri dengan kebaikan.. agar kelak bertemu dengan malaikat
maut dalam keadaan baik dan menghadap Allah dalam keadaan dipenuhi rahmat-Nya,
aamiin
0 komentar