Berganti Peran

by - 11:23 PM



Begitulah masa. Tanpa dirasa ia berlalu bersama sejuta memori yang menyeruak dalam ingatan, memekakkan mata. Kemarin teringat jelas kala jemari bapak menggotong tanganku pulang karena salah memakai seragam sekolah hingga ku tertunduk malu karena terlalu percaya diri dengan argumentasiku, ya argumentasi ala anak usia 6 tahun. Ku juga masih ingat jelas, ketika langkah mungilku melangkah malu-malu meninggalkan pembaringan sambil mengucek kedua mataku, ibu menungguku disudut dapur bersama sepiring kue dan gorengan kesukaanku.
Akan selalu begitu. Kepingan manis itu tak akan memudar meski masa memutihkan rambutmu, melukis gurat kasar di tepi wajahmu, meski... ‘seseorang’ maju memberanikan diri dan hatinya untuk menggantikan posisi bapak dan ibu untuk menjaga dan membahagiakanku. Seseorang, yang dengan mengucap nama Tuhannya, akan menggenggam erat jemariku kala ku takut, yang akan mempercayaiku ketika semua orang ragu, yang akan menenangkanku kala ku cemas, yang akan sabar kala ku berdumel keterlaluan, yang tak akan bosan mencintai dan membimbing menuju Jannah Tuhannya.
Tekanan yang tidak main-main hebatnya, kala tanggungjawab untuk menafkahi, menyayangi, dan menjaga akan berpindah seketika hanya dengan kalimat “saya terima nikahnya.....”. Sejuta pertanyaan berkelebat, secarik ragu mengusik nurani, akankah dia sanggup menjaga putri kecil kami? akankah dia sanggup membahagiakan dan menyayanginya sebagaimana selama ini kami kami menghujaninya dengan ton-an kasih sayang?
Aku adalah anak bapak dan ibu yang tidak sempurna, punya banyak kekurangan, namun kehadiranku menjadi kado paling mahal yang Tuhan berikan kepada mereka. Maka tak ayal keseriusan dan komitmen berbalut akhlak serta pemahaman ilmu agama menjadi syarat mutlak bagi keduanya dalam menerima pinangan seorang lelaki untuk meneruskan penjagaan putrinya.
Menuju ke jenjang pernikahan, seorang lelaki telah bertarung dengan batinnya.. apa aku bisa mengemban amanah baru bermodalkan diriku dihari ini? Ketika dia telah melangkah maju menemui bapak dan ibu, tentu menjadi isyarat bahwa dia akan berjuang semampunya dalam menggantikan peran kedua orang tua sang gadis.  Jelas bukan perkara mudah, sebab menikah bukan hanya untuk satu dua hari tapi untuk selamanya. Selanjutnya, hanyalah pembuktian yang akan dinantikan. Pembuktian dihadapan Tuhan, dihadapan para saksi nikah, dan keluarga besar, bahwa sepahit-pahit dan serumit-rumitnya jalan kehidupan, dia akan berada disana..
berjuang menafkahi kala nyaris tak ada harapan,
belajar menikmati dan memaknai karakter pasangannya yang diluar dugaan,
bersabar- membimbing kala terjatuh dalam perkara yang tidak diridhoi Tuhannya,
bertahan kala teman hidupnya tak lagi menarik penampilannya,
tak lagi berkilauan rambutnya,
tak lagi kencang kulitnya,
dan tak lagi proporsional berat badannya.
Ya, perjuangan sesungguhnya akan dimulai ketika pesta pernikahan telah usai. Ketika riasan telah dibersihkan, ketika jamuan selesai dihidangkan. Perjuanganmu untuk menggantikan peran bapak dan ibu sangat tidak mudah, maka putri kecil dari bapak dan ibu ini penuh kerendahan hati berharap, kamu memilih teman yang tepat untuk menemanimu berjuang mengejar rahmat-Nya, mengumpulkan lebih banyak lagi kepingan manis yang indah untuk dikenang, untuk saling melengkapi.. saling membahagiakan.. dan saling setia untuk jangka waktu yang sangat sangat lama. Biiznillah, dengan izin Allah.







You May Also Like

0 komentar

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut