Mimpi di Depan Dahi...
Aku
menanti hari itu
Kala
senyuman ibunda terkembang dengan lepas
Kala mata bahagia ayah tak mampu lagi ku pandangi
dengan seksama,
yang
terlihat bahagia..
seperti
menutup kedua matanya,
layaknya
orang korea
Hari
itu
Detik-detik
ketika salah satu pencapaian hidup berhasil aku raih
Mungkin
dengan pakaian terbaik
Suasana
hati terbaik
Dan
menerima segenap cinta dari seluruh orang yang mengasihi
Dan
kini aku menuju ke detik itu, wisuda
Tapi
jalannya memang sungguh berliku
Dan
sungguh aku tak ingin mengeluh
Meski
lidahku ingin sekali
Dan
sungguh aku tak ingin menangis
Meski
mataku kadang nyaris tak dapat lagi
melihat dengan seksama
Ku
dapati diriku sedang memulai perjuangan
Merenungi
mengapa ini dan itu bisa terjadi
Kala
butir butir persoalan menuntut untuk segera diselesaikan
Betapa
sejuta kekurangan diri baru tersadari
Dan
aku harus berlari untuk belajar lebih giat lagi
Sekali
lagi kudapati diriku sedang berjuang
Demi
mimpi yang bergantung disini, di depan dahi
Seolah
mengikuti setiap arah pandanganku, ke manapun ku memandang
Demi
tumpukan harapan yang masih tersusun rapi di pundak kecilku ini
Seolah
terus meminta ku berjuang agar ia segera
menghilang
Kala
terjatuh aku harus memilih
untuk berdiri kembali
Entah
sendirian atau harus dengan uluran tangan para teman sejati
Karena
kusadari tak ada pilihan lain
Selain
berjuang, dan mendekat pada Ilahi
Sumber
kekuatan untuk setiap kegundahan hati
Sekarang,
esok, hingga wisuda nanti
0 komentar