[EDISI TEMAN 5] Salam Perpisahan dari kalian, untuk Kami Sahabat yang Ditinggalkan

by - 9:41 PM

Setiap kata dibawah ini.. secara pribadi aku tujukan kepada mata terdekat yakni, kedua mataku sendiri. Lalu setelahnya, aku tujukan kepada berjuta pasang mata yang lain :”)



Ketika zaman sekolah dulu, hal yang paling di-prepare.. hal yang paling mengesankan.. bisa jadi adalah moment perpisahan. Bahkan saking pentingnya, “Acara Perpisahan Sekolah” kerap kali memiliki kepanitiaan sendiri. Moment tersebut bisa jadi tempat kita untuk menggunakan pakaian terbaik kita, make up terbaik, melakukan pose terbaik, dan menjadi hari paling  tak terlupakan. Hal yang penting lainnya adalah.. bahwa kita melakukannya bersama dengan teman-teman seangkatan. Ya! Kita lulus di tahun yang sama..
Namun ketika kita sudah duduk di bangku kuliah.. rasanya acara perpisahan akan berbeda seperti waktu kita sekolah dulu. Wajarnya untuk perkuliahan regular S1, kita akan mencapai gelar sarjana atau lulus setelah proses perkuliahan selama 4 tahun. Namun itu pun.. ada yang dapat lulus kurang dari empat tahun, bahkan tak jarang lulusnya hampir tujuh tahun. Mereka yang cepat selesai, mereka itulah yang lebih dahulu mengucap salam perpisahan, ya.. “Salam Perpisahan”!
Hal itulah yang aku alami, namun aku belum menjadi orang yang mengucap salam perpisahan itu (insha Allah segera.. hehe). Jumat kemarin 2 orang teman inspiratif ku menghadiri yudisiumnya. Mereka berdua menyelesaikan perkuliahannya kurang lebih 3,5 tahun. Sayangnya saya tidak sempat hadir, namun doa untuk mereka insha Allah sampai, dan kado untuk mereka pun sudah tersedia hehe.
Mereka berdua mungkin.. menjadi refleksi, menjadi sebuah pelajaran berharga yang Tuhan perlihatkan langsung kepadaku. “Mengapa mereka bisa cepat lulus?” oke.. ini adalah pertanyaan mendasar. Mengapa? Mengapa? Mengapa? Padahal kita serempak diberikan nama pembimbing tugas akhir
di waktu yang sama. Sejujurnya.. setahun yang lalu, saya merencanakan untuk menyelesaikan perkuliahan selama 4 tahun lebih 3 bulan, bukan 4 tahun ataupun lebih cepat. Alasannya simple.. saya masih.. ingin mengikuti banyak perlombaan ilmiah maupun non ilmiah, ingin daftar jadi volunteer untuk berbagai kegiatan cinta lingkungan atau sosial, ingin ini.. dan ingin itu.. Soalnya saya merasa, kebebasan  serta apresiasi yang diberikan selepas sarjana akan sangat berbeda ketika kita masih berstatus mahasiswa S1. Namun sekali lagi, tanggung jawab sebagai anak pertama tak terhindarkan. Kedua orang tua menuntut untuk lulus secepat mungkiin dan melakukan beberapa perencanaan-perencanaan penting lainnya. Finally, orientasi saya sekarang adalah berusaha untuk lulus secepat mungkin.. demi sepaket tanggung jawab yang tak dapat aku bagikan disini ^^v. Sekalipun sasaran meleset, setidaknya perjuangan sudah dilakukan.
Oke! Kembali kepada 2 teman inspiratifku. Aku terus terang kagum akan prestasi mereka yang lulus kurang dari 4 tahun. Congratulation guys! Kembali ke persoalan awal “mengapa cepat lulus?” mereka telah melakukan banyak hal untuk memperoleh hasil ini. Sejak pemberian nama pembimbing untuk TA (tugas akhir), kami masih berstatus sebagai mahasiswa semester 7. Saat itu juga.. mereka berdua tidak menyia-nyiakan waktu untuk konsultasi secara serius   dengan pembimbing mereka. Finally, mereka maju seminar proposal, seminar hasil, dan sidang jauh lebih dulu dibanding kami semua. Namun sepanjang proses yang aku amati selama bersama mereka, aku dapat merasakan perjuangan yang mereka lakukan. Salah satunya bercerita bahwa lulus lebih awal menjadi niat atau goal-nya ketika pertama kali menginjakkan kaki di bangku perkuliahan. Sehingga  itupula yang menjadi motivasi kuat yang mendorongnya untuk segera mewujudkannya. Ya.. motivasinya sudah ada, lain  dengan yang lain.. bisa jadi  ketika kuliah perdana.. kita memikirkan target untuk lulus pun belum sempat, atau mungkin memiliki motivasi atau goal itu.. tapi tidak serius untuk melakukan-mewujudkannya.. yeah.. I know it, so well.  : (  Bukan hanya itu..  mengingat orang tua  pun menjadi salah satu hal yang memacunya untuk segera menyelesaikan studi S1 nya. aku tak ingat persis alasan apa yang dahulu pernah ia ucapkan.. entah ingin segera bekerja untuk membalas  budi orang tua, serta mereka yang membesarkan.. atau alasan lain, entah.. aku tak begitu ingat
Pasca ujian meja (sidang) pun, perjuangan salah satu teman inspiratifku ini pun belum berakhir. Ada insiden. Saya berkesimpulan.. saya merasa.. bahwa meraih gelar sarjana itu butuh perjuangan ekstra. Salah satu temanku ini pun bahkan, hampir tidak sarjana di bulan ini. Namun karena doa.. karena usaha yang begitu keras.. akhirnya atas izin Allah, perjuangannya mampu menaklukkan hati sang dosen, untuk memberikan Acc REVISI SKRIPSI.. di hari terakhir, di detik-detik terakhir pengumpulan berkas calon sarjana bulan ini :”) Omg… aku sesungguhnya malu akan usaha yang telah aku lakukan. “Emangnya sudah seberapa keras usahamu? lalu engkau mulai mengeluh ini dan itu?” “Emangnya sudah seberapa keras usahamu? Sudah seberapa mampu kau berlepas diri sepenuhnya dari canduan gadget,  serta beribu penyebab akan kemalasanmu? berani-beraninya memiliki mimpi sebesar itu!”
Seolah menjadi tamparan bagi diri sendiri untuk kembali .. kembali berjuang!
Aku akui tak ada jalan lain..selain berjuang, karena waktu terus berlalu.. semakin mendekatkan kita kepada target waktu akan mimpi-mimpi kita.
Lantas.. begitu memalukan jika waktu pergi begitu saja.. lantas,, usaha begitu-begitu saja : (
Its not the time for moving on, but its must to be moving UP!
Demi mimpi yang menuntut untuk segera diwujudkan!
Dan aku mulai bersemangat (lagi)



 (this super picture taken from Aya Kito’s quote. You know her? Her inspired story was adapted for serial “One Litre Of Tears” or “Buku Harian Nayla”, if u ever watch it, her spirit really touched :’)

Finally.. salah satu keinginan terbesar yang ingin dicapai kebanyakan mahasiswa akhir adalah “menyelesaikan TA, dan meraih gelar sarjana” dan  juga bersegera untuk mengucap “salam perpisahan”.  Sekali lagi.. ini berbeda dengan perpisahan masa sekolah kita dahulu. Kita masuk sekolah dan lulus sekolah di tahun yang sama. Namun dimasa perkuliahan, siapa yang bekerja lebih giat dan memiliki motivasi lebih kuat.. rasanya mereka itulah yang lebih cepat mengucap salam perpisahan. Meskipun tak dapat aku judge bahwa mereka yang lulusnya lama.. itu karena karena malas. Bukan,, bukan seperti itu. Mungkin saja ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka lakukan, yang harus mereka pilih dan nikmati, ketimbang lulus tepat waktu.. Mungkin saja motivasi dan targetnya berbeda. Mungkin saja lulus tepat waktu atau lulus lebih awal bukan menjadi priority. Aku tentu saja tak dapat menyalahkan itu. Setiap orang punya pilihan, dan bertanggung jawab penuh atas pilihan mereka. Its your life baby! Don’t be regret for anything that you had chosen ; )
Salam perpisahan.. sejujurnya itu menyedihkan untuk diucapkan oleh teman yang lulus lebih awal. Seolah hati ini juga berkata “tunggu aku”. Lantas, bisakah kita mengejar jika hanya diam dan duduk bermalas-malasan? : (
No! Jadi bangkitlah.. Dare to dream, Dare to Achieve.


Kepadamu yang akan segera pergi
Dear Ketua kelas terbaik ku selama empat tahun terakhir, Ruslan Abrizal
Dear Teman wanitaku yang terimut dan cerdik hehe.. Andi Nurhawaida
Terima kasih untuk empat tahun terakhir
Atas segenap pelajaran kehidupan, semangat yang kalian tularkan kepada kami..
Senyum letih kalian rasanya sulit aku lupakan..
Aku masih ingat, ketika kalian pulang balik tiada henti setiap hari dari ruang akademik, (mungkin) rektorat, dan area fakultas. Tak terhitung seberapa letih kakimu melangkah,
semangatmu sungguh patut jadi teladan
terima kasih sudah menjadi teman-teman terbaik ku diantara mereka yang terbaik..
menjadi kawan melewati lika liku perkuliahan..
tertawa bersama di ruang kelas pb 422, ruang kuliah andalan
semoga ilmu mu memberi berkah
kepada segenap warga di bumi tercinta
good luck! May Allah bless your way <3
:’)

Perpisahan zaman SMA, zaman SD, dan SMP memang berbeda dengan perpisahan anak kuliahan. Namun meskipun begitu, ada satu pesan yang kerap kali terucap.. yang menyamakan diantara perbedaan konsep perpisahan tersebut yakni, “Jangan lupakan aku.. “ . Tiga kata itu juga aku haturkan padamu dua kawan inspiratifku. Sampai jumpa lagi.. :’)


You May Also Like

2 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut