"Pengalaman" Berpotensi menjadi Bahan Utama Tulisan Berbobot

by - 3:54 PM


Banyak cara untuk menghasilkan sebuah tulisan. Salah satunya adalah dengan membagikan pengalaman yang pernah dialami melalui sebuah tulisan yang layak untuk dibaca banyak orang. Pengalaman tersebut tidak harus melalui pengalaman pribadi, namun dapat berasal dari keluarga hingga sahabat dekat. Kemampuan untuk mampu mengemas tulisan tersebut sehingga pembaca mampu turut serta merasakan apa yang dialami penulis adalah tantangan besar yang harus dapat ditaklukkan oleh sang penulis.
Tuhan menghadiahkan kesulitan berbarengan dengan kemudahan. Namun setiap orang punya cara yang berbeda dalam menanggapi setiap hadiah tersebut. Mereka yang mampu melalui kesulitan akan menjadi semakin tangguh. Mereka yang mampu memaknai setiap kemudahan-kemudahan yang Tuhan berikan akan menjadi jiwa yang lebih bijak dan rendah hati. Kemampuan kita untuk mampu memaknai setiap peristiwa yang Tuhan berikan, berasal dari keyakinan kita bahwa tidaklah kita diuji melainkan suatu hikmah yang besar sedang menunggu dibaliknya. Jika kita bersabar dan beryukur maka titik akhirnya akan bermuara pada lahir dan semakin kokohnya pondasi iman yang membuat kita lebih mantap melangkah menjalani hidup, seberat apapun masalah yang datang.


pic credit to http://crayonwriter.com

Seorang penulis yang baik tentu akan terpacu untuk menuliskan hal-hal yang baik, yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam perbaikan masyarakat meskipun melalui langkah yang sederhana. Tulisan yang berasal dari pengalaman pribadi menjadi salah satu cara yang dapat menginisiasi proses kreatif kita dalam menulis. Meskipun lahirnya sebuah tulisan tak selamanya harus bermula dari pengalaman, misalnya karya fiksi yang bisa saja murni dari imajinasi penulisnya. Saya merupakan seorang yang senang meluapkan pengalaman hidup saya dalam sebuah tulisan, dengan harapan lebih banyak orang yang bisa mengambil pelajaran sehingga tak perlu lagi terjatuh untuk kesalahan yang sama. Hal ini pula yang menyelamatkan saya dari keluh kesah yang tidak berfaedah dalam postingan status di setiap akun sosial media. Untuk memacu semangat saya menulis, maka saya mencari tahu informasi lomba yang dapat menjadi wadah untuk mempublikasikan tulisan saya. Alhamdulillah berkat niat yang lurus dan kesungguhan, tulisan saya yang berasal dari pengalaman pribadi terpilih untuk dicetak dalam salah satu buku terbitan Hanin publishing pada tahun 2014 dan juga dalam buku terbitan Wahyu Qolbu diawal tahun 2017 lalu.
  Seringkali kita terbentur rasa malu untuk memulai menuliskan tulisan kita misalnya, takut dianggap sebelah mata karena pernah melakukan sebuah kesalahan. Namun mengungkapkan bahwa tulisan tersebut adalah pengalaman pribadi atau milik orang lain adalah hak penulis. Penulis bisa saja menuliskan nama samaran dan mengimbuhkan bahwa tulisan ini berasal dari kisah nyata. Selain itu perlu diperhatikan apabila tulisan yang berasal dari pengalaman pribadi ini akan diikutsertakan dalam lomba. Seringkali sang editor atau penyelenggara lomba akan memasukkan nama pribadi penulis sebagai pemilik kisah dan tidak menghendaki nama samaran, sehingga hal ini patut menjadi perhatian apabila kita belum sepenuh hati rela apabila khalayak tahu bahwa tulisan tersebut berasal dari pengalaman pribadi kita.
Setelah meyakinkan diri untuk membagikan kisah pribadi kepada khalayak, maka  hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah memulai menulis. Terkadang memulai adalah poin yang paling sulit. Namun kita harus kuat menyemangati dan memotivasi diri sendiri bahwa ada banyak orang diluar sana yang punya peluang untuk tercerahkan hidupnya melalui tulisan kita. Tentu setiap orang idealnya menginginkan tulisannya dapat terselesaikan dalam waktu sekali duduk, apalagi jika tulisan tersebut berkisar sekitar 600-700 kata. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak kendala yang dapat dihadapi saat memulai proses kreatif kita dalam membuat sebuah tulisan. Contohnya adalah berhenti sebelum tulisan rampung karena bingung untuk meneruskannya, serta sifat suka menunda-nunda.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah mencari waktu yang pas untuk menulis, sebisa mungkin kita harus menyiapkan waktu khusus untuk menginisiasi bakat menulis kita misalnya, satu jam dalam sehari yang secara utuh kita pergunakan hanya untuk menulis. Namun ada juga tipekal orang yang menulis kapan pun inspirasi itu muncul dari dalam benaknya. Semua ini tergantung pribadi setiap orang, namun secara pribadi sebagai seorang yang ingin menjadi penulis seyogyanya menyediakan waktu tertentu untuk menyalurkan hobi menulisnya. Adapun untuk sikap menunda-nunda, kita perlu menemukan alasan terkuat dan motivasi utama mengapa kita harus menyelesaikan tulisan tersebut. Hal ini dapat menyelamatkan kita dari kebiasaan suka menunda-nunda. Jika menulis tidak kita berikan waktu prioritas juga, maka percayalah cita-cita untuk menjadi seorang penulis hanya akan menjadi sekedar wacana.
Setelah waktu terbaik untuk menulis telah ditentukan, maka selanjutnya adalah menuliskan terlebih dahulu gagasan utama atau poin penting dari setiap paragraf yang akan dipaparkan lebih detil dalam tulisan kita. Sebisa mungkin tulisan kita membentuk piramida terbalik yang semakin mendekati akhir maka semakin spesifik menunjukkan poin penting yang ingin kita utarakan. Setelah gagasan utama rampung maka kita akan semakin mudah dan terarah dalam menyelesaikan tulisan kita. Saya pun mengakui bahwa tulisan saya seringkali tidak selesai dalam satu kali menulis. Ketika kita terhenti dan kebingungan bagaimana melanjutkan tulisan, maka tentu saja kita dapat berhenti namun tidak untuk jangka panjang. Kita dapat melanjutkan tulisan kita pada keesokan harinya diwaktu khusus yang telah kita sediakan.
Selama proses kreatif berlangsung, kita perlu mengikutsertakan hati kita untuk masuk menjiwai kata demi kata yang kita gunakan dalam tulisan kita. Setelah tulisan jadi, kita perlu untuk membaca berulang kali tulisan kita secara objektif. Hal ini akan sangat membantu kita dalam menemukan berbagai kekurangan yang tidak kita harapkan ada dalam sebuah tulisan yang baik misalnya menemukan kata yang tidak sempurna, kalimat yang dirasa berlebihan, atau hal penting yang bisa jadi belum disampaikan. Apabila memungkinkan kita tentu saja dapat meminta teman yang telah berpengalaman untuk membaca dan mengoreksi tulisan kita sebelum diajukan dalam sebuah perlombaan atau mungkin diterbitkan dalam portal pribadi.
Apabila tulisan kita akan dikirimkan pada sebuah redaksi penerbit, maka jangan patah semangat apabila ditolak. Tulisan saya kerapkali ditolak oleh penerbit dengan catatan misalnya, penggunaan kata-kata yang kurang memadai dan lain sebagainya. Namun saya tidak patah semangat dan terus mencoba serta berdoa, dan hingga saat ini sudah empat tulisan saya dimuat dalam empat buku yang berbeda. Sungguh menyenangkan apabila tulisan kita dibaca oleh banyak orang, peluang orang-orang untuk memperoleh hikmah dari kisah yang kita lalui tentu lebih besar dan lebih cepat. Hal terpenting adalah meluruskan niat yaitu menulis untuk menebar banyak kebaikan, yang insya Allah manfaatnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Tetap semangat dalam mewujudkan mimpi jadi nyata. Sesungguhnya kesungguhan tidaklah mengkhianati hasilnya.

tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba menulis yang diselenggarakan oleh tulis.me

You May Also Like

0 komentar

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut