"Pengalaman" Berpotensi menjadi Bahan Utama Tulisan Berbobot
Banyak cara untuk menghasilkan sebuah tulisan. Salah satunya
adalah dengan membagikan pengalaman yang pernah dialami melalui sebuah tulisan
yang layak untuk dibaca banyak orang. Pengalaman tersebut tidak harus melalui
pengalaman pribadi, namun dapat berasal dari keluarga hingga sahabat dekat.
Kemampuan untuk mampu mengemas tulisan tersebut sehingga pembaca mampu turut
serta merasakan apa yang dialami penulis adalah tantangan besar yang harus
dapat ditaklukkan oleh sang penulis.
Tuhan menghadiahkan kesulitan berbarengan dengan kemudahan. Namun
setiap orang punya cara yang berbeda dalam menanggapi setiap hadiah tersebut.
Mereka yang mampu melalui kesulitan akan menjadi semakin tangguh. Mereka yang
mampu memaknai setiap kemudahan-kemudahan yang Tuhan berikan akan menjadi jiwa
yang lebih bijak dan rendah hati. Kemampuan kita untuk mampu memaknai setiap
peristiwa yang Tuhan berikan, berasal dari keyakinan kita bahwa tidaklah kita
diuji melainkan suatu hikmah yang besar sedang menunggu dibaliknya. Jika kita
bersabar dan beryukur maka titik akhirnya akan bermuara pada lahir dan semakin
kokohnya pondasi iman yang membuat kita lebih mantap melangkah menjalani hidup,
seberat apapun masalah yang datang.
pic credit to http://crayonwriter.com
Seorang penulis yang baik tentu akan terpacu untuk menuliskan
hal-hal yang baik, yang diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam
perbaikan masyarakat meskipun melalui langkah yang sederhana. Tulisan yang
berasal dari pengalaman pribadi menjadi salah satu cara yang dapat menginisiasi
proses kreatif kita dalam menulis. Meskipun lahirnya sebuah tulisan tak
selamanya harus bermula dari pengalaman, misalnya karya fiksi yang bisa saja
murni dari imajinasi penulisnya. Saya merupakan seorang yang senang meluapkan
pengalaman hidup saya dalam sebuah tulisan, dengan harapan lebih banyak orang
yang bisa mengambil pelajaran sehingga tak perlu lagi terjatuh untuk kesalahan
yang sama. Hal ini pula yang menyelamatkan saya dari keluh kesah yang tidak
berfaedah dalam postingan status di setiap akun sosial media. Untuk memacu
semangat saya menulis, maka saya mencari tahu informasi lomba yang dapat
menjadi wadah untuk mempublikasikan tulisan saya. Alhamdulillah berkat niat
yang lurus dan kesungguhan, tulisan saya yang berasal dari pengalaman pribadi
terpilih untuk dicetak dalam salah satu buku terbitan Hanin publishing pada
tahun 2014 dan juga dalam buku terbitan Wahyu Qolbu diawal tahun 2017 lalu.
Seringkali kita
terbentur rasa malu untuk memulai menuliskan tulisan kita misalnya, takut
dianggap sebelah mata karena pernah melakukan sebuah kesalahan. Namun
mengungkapkan bahwa tulisan tersebut adalah pengalaman pribadi atau milik orang
lain adalah hak penulis. Penulis bisa saja menuliskan nama samaran dan
mengimbuhkan bahwa tulisan ini berasal dari kisah nyata. Selain itu perlu
diperhatikan apabila tulisan yang berasal dari pengalaman pribadi ini akan
diikutsertakan dalam lomba. Seringkali sang editor atau penyelenggara lomba
akan memasukkan nama pribadi penulis sebagai pemilik kisah dan tidak
menghendaki nama samaran, sehingga hal ini patut menjadi perhatian apabila kita
belum sepenuh hati rela apabila khalayak tahu bahwa tulisan tersebut berasal
dari pengalaman pribadi kita.
Setelah meyakinkan diri untuk membagikan kisah pribadi kepada
khalayak, maka hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah memulai
menulis. Terkadang memulai adalah poin yang paling sulit. Namun kita harus kuat
menyemangati dan memotivasi diri sendiri bahwa ada banyak orang diluar sana
yang punya peluang untuk tercerahkan hidupnya melalui tulisan kita. Tentu
setiap orang idealnya menginginkan tulisannya dapat terselesaikan dalam waktu
sekali duduk, apalagi jika tulisan tersebut berkisar sekitar 600-700 kata.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak kendala yang dapat dihadapi saat
memulai proses kreatif kita dalam membuat sebuah tulisan. Contohnya adalah
berhenti sebelum tulisan rampung karena bingung untuk meneruskannya, serta
sifat suka menunda-nunda.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah mencari waktu yang
pas untuk menulis, sebisa mungkin kita harus menyiapkan waktu khusus untuk
menginisiasi bakat menulis kita misalnya, satu jam dalam sehari yang secara
utuh kita pergunakan hanya untuk menulis. Namun ada juga tipekal orang yang
menulis kapan pun inspirasi itu muncul dari dalam benaknya. Semua ini
tergantung pribadi setiap orang, namun secara pribadi sebagai seorang yang
ingin menjadi penulis seyogyanya menyediakan waktu tertentu untuk menyalurkan
hobi menulisnya. Adapun untuk sikap menunda-nunda, kita perlu menemukan alasan
terkuat dan motivasi utama mengapa kita harus menyelesaikan tulisan tersebut.
Hal ini dapat menyelamatkan kita dari kebiasaan suka menunda-nunda. Jika
menulis tidak kita berikan waktu prioritas juga, maka percayalah cita-cita
untuk menjadi seorang penulis hanya akan menjadi sekedar wacana.
Setelah waktu terbaik untuk menulis telah ditentukan, maka
selanjutnya adalah menuliskan terlebih dahulu gagasan utama atau poin penting
dari setiap paragraf yang akan dipaparkan lebih detil dalam tulisan kita.
Sebisa mungkin tulisan kita membentuk piramida terbalik yang semakin mendekati
akhir maka semakin spesifik menunjukkan poin penting yang ingin kita utarakan.
Setelah gagasan utama rampung maka kita akan semakin mudah dan terarah dalam
menyelesaikan tulisan kita. Saya pun mengakui bahwa tulisan saya seringkali
tidak selesai dalam satu kali menulis. Ketika kita terhenti dan kebingungan
bagaimana melanjutkan tulisan, maka tentu saja kita dapat berhenti namun tidak
untuk jangka panjang. Kita dapat melanjutkan tulisan kita pada keesokan harinya
diwaktu khusus yang telah kita sediakan.
Selama proses kreatif berlangsung, kita perlu mengikutsertakan
hati kita untuk masuk menjiwai kata demi kata yang kita gunakan dalam tulisan
kita. Setelah tulisan jadi, kita perlu untuk membaca berulang kali tulisan kita
secara objektif. Hal ini akan sangat membantu kita dalam menemukan berbagai
kekurangan yang tidak kita harapkan ada dalam sebuah tulisan yang baik misalnya
menemukan kata yang tidak sempurna, kalimat yang dirasa berlebihan, atau hal
penting yang bisa jadi belum disampaikan. Apabila memungkinkan kita tentu saja
dapat meminta teman yang telah berpengalaman untuk membaca dan mengoreksi
tulisan kita sebelum diajukan dalam sebuah perlombaan atau mungkin diterbitkan
dalam portal pribadi.
Apabila tulisan kita akan dikirimkan pada sebuah redaksi penerbit,
maka jangan patah semangat apabila ditolak. Tulisan saya kerapkali ditolak oleh
penerbit dengan catatan misalnya, penggunaan kata-kata yang kurang memadai dan
lain sebagainya. Namun saya tidak patah semangat dan terus mencoba serta
berdoa, dan hingga saat ini sudah empat tulisan saya dimuat dalam empat buku
yang berbeda. Sungguh menyenangkan apabila tulisan kita dibaca oleh banyak
orang, peluang orang-orang untuk memperoleh hikmah dari kisah yang kita lalui
tentu lebih besar dan lebih cepat. Hal terpenting adalah meluruskan niat yaitu
menulis untuk menebar banyak kebaikan, yang insya Allah manfaatnya akan kembali
kepada diri kita sendiri. Tetap semangat dalam mewujudkan mimpi jadi nyata.
Sesungguhnya kesungguhan tidaklah mengkhianati hasilnya.
tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba menulis yang
diselenggarakan oleh tulis.me
0 komentar