Mengemas Rindu
Kepingan monokrom itu berlalu lalang tak terkendali
Mencekam akalku, meremukkan hatiku
Semacam rindu yang tergadaikan oleh waktu
Yang dapat ku tebus, bersama bekal yang tak tahu kapan tercukupi
Ku penuhi dadaku dengan semerbaknya kebaikan pagi
Mencoba menyalurkan rinduku yang tiada bertepi
Kepada ibu yang lama tak ku jumpai
Yang pekan ini umurnya berkurang lagi
Ahh.. jarak jahat sekali
Membungkam rinduku sesekali, meremasnya tiada henti
Lantas bagaimana jika pagi tak bercahaya?
Jika ketenangannya tak ada?
Bagaimana ku rasakan semangat ibu di pagi buta?
Yang menganulir segalanya, kala masih terpejam kedua mata
credit to www.allaboutbirds.org
Ahh ibu.. rintik gerimis masih mewarnai awal tahun
Perasaan ku melaju jauh kala sesosok ibu tua kelelahan
Demi sebuah rezeki yang bersembunyi diantara bekas makanan dan perabotan
Demi balitanya yang berteduh, menunggunya ditepi jalan
Saat bunga-bunga mendominasi sekumpulan dagangan
Saat warna putih kemerahan itu memenuhi pandangan
Saat sebagian besar jiwa tengah sibuk mengemas coklat untuk sebuah pembuktian
Semua terangkai demi orang tersayang, meski tetes peluh jatuh tak terhindarkan
Sempurna mengepak kenangan dalam kerinduan
Bersama Februari yang sendu
Ku hempas radius pilu yang menggerogoti batinku
Jeda panjang yang kini membatasi temu
Biar jadi bahan bakar ‘tuk menggapai toga di tanah rantau
Kelak kan ku jumpai ibu
Diperbatasan antara mimpi dan kenyataan yang mengharu biru
Bersama bekal yang kurajut hingga nyaris membeku
Menagih banyak pikiran, rupiah, dan waktu
Bahwa “kini ku siap berbakti lebih jauh, bukan hanya kepada ibu
Tapi ‘tuk menebus kerinduan khalayak akan perubahan yang bermutu”
tulisan ini telah diikutsertakan dalam lomba puisi yang diselenggarakan oleh sastrafest.com dan indonesia menulis
0 komentar