Ketika Semua Orang Bertanya “Kapan?”

by - 7:59 PM

Setiap orang pasti ingin melalui hidupnya dengan tenang dan nyaman dengan serangkaian target hidup yang berhasil diraih. Namun kerapkali mimpi serta target tersebut tak dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan, tak jarang bahkan lewat dari waktu yang ditargetkan. Apa daya manusia hanya dapat berencana dan berusaha, Tuhan Sang Pengatur segala urusan-lah yang menetapkan kesudahannya.

cc: blueberryphotography.blogspot.com

Saat saya lulus dari bangku kuliah dan mengecap gelar sebagai sarjana, berentetan pertanyaan demi pertanyaan menghampiri. “Kapan kamu kerja? Nilai bagus kok nganggur, sayang banget”. Hal ini kerap kali ditanyakan. Maklum saya sempat menganggur hingga enam bulan lamanya. Hingga pada bulan ketujuh saat saya diterima kerja di salah satu perusahan di Makassar dan berhasil menjadi pegawai tetap setelah masa bakti selama enam bulan, orang-orang pun mulai menanyakan “Kapan menikah? Sudah ada calonnya kah?”. Saat saya memutuskan untuk resign dan melanjutkan studi di pulau Jawa, orang-orang mulai berceloteh “Zaman sekarang sulit cari kerja, kok kamu malah dengan mudahnya melepas kerjaan kamu begitu saja?” atau “Kenapa sekolah lagi sih? Nanti cowok-cowok pada takut ngelamar kamu!” atau “S2 lagi?? Terus lulusnya kapan?” Meskipun demikian ada juga segelintir orang yang berusaha membesarkan hatiku. “Sabar ya, sekolah saja dulu dengan baik. Nanti lulus insya Allah dapat kerjaan yang lebih baik, dan jodoh yang terbaik” begitu katanya.

Sadar atau tidak bahwa kenyataannya bagi sebagian orang, kehidupan kita menjadi bahan yang asyik diperbincangkan dan tiada henti membuat penasaran. Entah itu untuk sekedar basa-basi atau bahkan mereka benar-benar peduli. Secara manusiawi, jelas serangkaian pertanyaan yang berulang tersebut kerap membuat sedih, yang bahkan hampir bikin emosi. 

Sebenarnya bukan karena tidak ingin menjawab, tapi karena pertanyaan tersebut juga merupakan mimpi yang sedang saya ikhtiarkan dengan sabar dan doa yang tidak pernah putus. Mungkin saya tidak akan mampu seketika memberikan jawaban sesuai dengan yang mereka harapkan. Namun tugas saya bukan untuk memuaskan mereka dengan jawaban-jawaban yang indah didengar telinga. Kebanyakan orang mungkin fokus pada hasilnya, sementara proses mewujudkan mimpi seringkali mengharuskan kita jatuh bangun terlebih dahulu. Oleh karena itu, setiap pertanyan “Kapan” hanya dapat saya jawab dengan “Sabar.. doakan ya segera”. Sejujurnya pertanyaan-pertanyaan tersebut pernah membuat saya down dan nyaris kehilangan percaya diri. Salah satu masa tersulit bagi saya adalah pada masa-masa mencari pekerjaan. Setiap hari saya terus memantau seluruh info lowongan kerja terbaru, baik dari media offline maupun online. Entah sudah berapa ratus banyaknya resume yang telah saya ajukan pada berbagai perusahaan, baik melalui email atau mendatangi langsung kantornya. Hal itu berlangsung selama enam bulan, dan selama itu pula pertanyaan “kapan?” tak henti dilontarkan. Saya merasa semakin tak bisa diandalkan dan nyaris putus asa. Namun saya berusaha bangkit dan menjadikan pertanyaan “kapan” sebagai pengingat bahwa ada mimpi yang harus diwujudkan, serta sebagai suntikan positif agar lebih terpacu untuk berusaha lebih gigih. Mungkin usaha dan doa saya belum maksimal. Alhasil saya pun mendapatkan pekerjaan dibulan ketujuh. Bisa dibayangkan jika saya menyerah dibulan keenam dan memandang negatif pertanyaan “kapan”, mungkin saya tidak akan punya kesempatan mengecap manisnya menimba banyak pengalaman di dunia kerja.

Pada akhirnya saya belajar untuk memahami bahwa segala yang terjadi berbarengan dengan hikmah. Jika kita mencoba untuk berfikir positif, maka kita akan tersugesti untuk meyakini bahwa pasti ada pesan yang Tuhan ingin sampaikan lewat segala kejadian. Termasuk pertanyaan “kapan…kapan.. kapan..?” yang terlontarkan dari mulut karib kerabat, yang tentu dengan izin Tuhan juga bukan? Bersabar merupakan salah satu keharusan dalam menanggapi pertanyaan tersebut, sambil berusaha melakoni peran saat ini dengan upaya terbaik yang kita miliki. Sedang kuliah, maka berupaya belajar giat agar cepat lulus. Sedang mencari kerja, maka semangat untuk berusaha dengan gigih tanpa putus asa pun harus dipertahankan. Jadi, tak selamanya pertanyaan yang dimulai dengan kata “kapan” itu buruk. Hal ini tergantung seberapa lapang hati kita untuk terus mengarahkan pikiran ini untuk berpikir hal-hal yang positif saja, sehingga tanpa sadar kita sedang mengalirkan energi positif ke seluruh lingkup kehidupan kita. Alhasil kita pun jadi terpacu untuk terus mempersembahkan usaha dan doa terbaik untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita, yang nantinya dengan izin Tuhan pertanyaan “kapan” justru tak lagi terjawab dalam bentuk kata-kata tapi langsung dengan realita yang dapat disaksikan oleh semua orang. Yakinlah, waktu yang tepat itu akan datang bagi mereka yang yakin dan sungguh-sungguh berdoa serta memperjuangkan mimpi dalam hidupnya. Sebanyak apapun pertanyaan orang dan sesakit apapun hatinya, lalu mencoba bangkit untuk bertahan. ( :


tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba menulis yang diadakan oleh redaksi Vemale.



You May Also Like

0 komentar

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut