Hari ini adalah Calon Masa Lalu
Beberapa kejadian
akhir-akhir ini membuatku murung seharian, tentang sekolah, cita-cita, dan
persahabatan semuanya nyatu. Tapi lagi-lagi selalu ada alasan atau Celah bagi
Allah untuk membuatku kembali bangkit. Tidak, daerah ini tidak sepenuhnya seindah anggapanmu. Tidak selamanya sesejuk dan sedingin yang kau bayangkan. Selain it disekitar sini begitu banyak dewasa
paruh baya hingga lansia yang bekerja keras dibawah teriknya matahari dengan
beralaskan sendal jepit yang sudah lusuh, begitupun raut wajahnya. Pemulung sampah, tukang sol sepatu, penjual jamu dan penjual bakso
keliling bahkan sudah mulai melangkah pergi mencari rezeki Rabb-Nya sejak mentari malu-malu untuk menunjukkan sinarnya.
credit to pinterest.com
Aku teringat
kedua orang tuaku, keluarga besarku, teman-temanku, juga pekerjaan yang ku
lepaskan. Orang-orang ini tak pernah lelah mendoakan, dan memberi dukungan yang
terbaik. Mereka terus bekerja keras dan memberi pengorbanan yang kerapkali
membuatku kagum dan memicu mataku berkaca-kaca. Aku juga teringat pada comfort zone yang telah kulepaskan, area yang diimpikan oleh para
pemilik setumpuk berkas lamaran kerja yang menghiasi meja kak Ila. Tidak, aku tidak menyesalinya. Hanya saja, keliru besar jika aku tak setangguh yang seharusnya sementara aku telah mengorbankan hal penting.
Malu. Malu
sekali. Sekali lagi aku marah pada diriku yang begitu rapuh akhir-akhir ini. Kalo
bukan karena kasih sayang-Nya, mungkin aku masih sembunyi dibalik selimut hangatku sembari
berlarut akan sesuatu. Dari situ aku belajar memaafkan diriku yang sempat keliru,
belajar untuk tidak mengulangi kesalahan meski godaan syaithon bertubi-tubi menghadangku
dari segala arah, belajar bersabar sekaligus bersyukur. Belajar untuk muhasabah
dan tak malu untuk mengakui kesalahan pada diri sendiri.
Ya, satu-satunya
obat terbaik adalah mendekati Sang Pemilik Hati. Setidaknya kecemasan itu berkurang
dan kita punya arah untuk melangkah berikutnya. Yang kemarin adalah masa lalu
yang tidak bisa diulang kembali, sepahit dan semenyesal apapun kita. Dan hari
ini tentu saja akan menjadi masa lalu juga. Ketika ruh masih Allah kembalikan ketika
kedua mata terbuka dipagi hari maka sesungguhnya.. Allah ingin kita menjadi
lebih baik dibanding hari kemarin. Ah.. Dia begitu baik. Dan aku hanyalah
manusia lemah yang tidak berdaya tanpa rahmatNya.
Ku paksa diriku
untuk menghadapi hari ini. Tidak, aku tak boleh menyerah sekarang dan sudah
seharusnya tidak menyerah. Sebab sudah setengah jalan, insya Allah nanti akan
finish juga. “Semuanya akan baik-baik saja asal, jangan jauh-jauh dari Allah”
nasihat suara lirih dalam diriku yang disebut, hati.
0 komentar