Beberapa hari yang lalu saya masih
disibukkan dengan aktivitas incoming raw
mat. Ditengah kesibukan itu, handphone
ku tak berhenti berdering. Saya kesulitan ngambil space waktu sedikit saja untuk meladeni handphone saya saat itu. Barulah ketika perjalanan pulang ke rumah,
OMG ternyata yang nelfon adalah salah satu orang yang paling saya andalkan
selama beberapa tahun terakhir (hingga kini). Salah satu yang saya andalkan
ketika sedang bimbang, terjatuh dan mencoba bangkit lagi, ketika saya kere-lapar-boring,
putus asa, dan butuh pendengar setia. Yes… she’s my angel without wings (so what about MOM? She’s my Queen :)
Sebut saja dia ibu negara. Ternyata
saat itu dia sedang berada di Makassar, menjalani tes untuk masuk program
master di salah satu kampus di Makassar. Jauh-jauh datang dari Gorontalo, dia
tidak ingin waktunya selama di Makassar hanya tersita untuk tes saja. Dia
menargetkan untuk menemui sebanyak mungkin sahabat yang telah mewarnai kisah
hidupnya, selama menjalani masa studi kurang lebih empat tahun di Makassar.
Alhamdulillah. Allah begitu baik
mempertemukan saya dengan dia. Senang karena pada hari itu juga, dia memutuskan
untuk nginap di rumah saya. Alhamdulillah banyak cerita yang dibagi, banyak
semangat yang saling ditularkan, serta nasehat yang saling diutarakan. Dan selama
tiga hari ini, saya Alhamdulillah punya waktu untuk Q-time dengan dia. Mulai
dari nginap, makan, jajan, wefie, baca buku, ikut talkshow, semuanya
bersama-sama. Semoga bisa terus bersahabat hingga di Jannah-Nya aamiin.
Dilubuk hati yang terdalam saya
bersyukur Allah takdirkan saya bertemu dengan dia. Sebab melalui dia, saya
menyadari bahwa.. ternyata ‘ada’ orang diluar sana, yang mau menerima kita apa
adanya; yang masih mau berkawan dengan kita meskipun sudah tahu benar
titik-titik kekurangan kita; yang mau berkawan dengan kita saat ditempat atau
lingkungan lain justru kita merasa paling berbeda-atau dianggap berbeda
dibanding dengan yang lain; Betapa Maha Adilnya Allah.
Bagaimanapun kondisi diri, jangan
pernah rendah diri dalam lingkungan sosial yang kita jalani. Ingat, setiap
orang punya kelebihan dan kekurangan. Semoga kita tak pernah letih untuk
menjadi diri sendiri. Meskipun sulit, bukan berarti tidak bisa dicoba bukan? Jangan
terlalu berpikir keras, selama kebaikan masih senantiasa kita tebar dengan
penuh ketulusan, yakinlah insya Allah akan ada yang menyambut kebaikan itu yang
juga disertai dengan ketulusan. Namun ada tidaknya respon sekitar atas kebaikan
yang kita lakukan, jangan pernah bosan untuk melakukan kebaikan. Sebab niat
kita bukan untuk mencari perhatian manusia, tapi perhatian pemilik hati
manusia, Allah subhanahu wata’ala.
Disaat kita begitu rapuh dan merasa
gagal dalam berkomunikasi dan berteman dengan banyak orang, mungkin Tuhan ingin
kita lebih introspeksi diri lagi. Namun yakinlah… ada satu atau mungkin
beberapa sahabat diluar sana, yang jika bertemu dengannya, kita dan dia sudah
bagaikan ikatan hiidrogen, hehe. Maka betapa bijaknya, jika kita senantiasa
menyertakan diri ditengah orang-orang yang senantiasa diliputi dengan banyak
energi positif. Mereka yang penuh semangat menjalani kehidupan, mereka yang
tertawa tanpa beban menjalani hidupnya meskipun kita tahu betul bahwa diapun
pasti punya cobaan hidup, mereka yang selalu ambil peran dalam melakukan
perubahan-perubahan dari langkah kecil untuk lingkungan disekitarnya; mungkin
itu beberapa deretan contoh pribadi yang bisa menurunkan porsi energi negatif
dalam pikiran kita.
Semoga adanya Bidadari tak bersayap
disisi, menjadi satu hal lagi yang membuat kita tak pernah berhenti bersyukur
kepada Allah. Sebab Allah begitu baiknya mengirimkan dia ke dalam hidup kita,
untuk menjadi partner dalam ketaatan,
kebaikan, dan yang selalu menguatkan ditengah kerapuhan yang kerap menghampiri.
Insyaa Allah.