Muslimah Kok Anarkis?
“Kiraaaaaaan, kalo pinjam buku-buku catatan orang tuh
dikembaliinnya tepat waktu dong! Gak
peka amat sih kalo yang punya buku juga lagi butuh. Kamu tau nggak kalo aku tuh
sudah telat kerjain tugas-tugas dari Pak Mahmud, Malah kena ceramah gratis lagi
tadi pagi. Belum lagi tugas ketikan modul dari bu Iffah, dan Pak Arif juga
belum kelar. Kamu tega banget ya ran?” kata Anisa dengan nada yang cukup tinggi hingga nyaris membuat kiran
kaget.
“Ma.. Ma.. Maaf Anis, maaaf sekali saya benar-benar lupa
kembalikan.. maaf sekali, saya sungguh menyesal.. plis.. maafin aku.. ” ungkap
Kiran tertunduk lesu, penuh rasa bersalah
“Alahhhhh banyak alasan kamu… Makanya kalo udah janji, diingat
dong! Catat tuh besar-besar di handphone kamu.
Percuma juga tuh smartphone dianggurin
kerjanya, dibeli mahal-mahal pula! Ahh. Sudah-sudah..aku muak liat kamu!” kata
Anis dengan raut wajah penuh amarah mengambil tasnya dengan gerakan cepat
meninggalkan Kiran yang memandangnya menghilang, dibalik pintu yang terpantul
begitu keras, hingga membuat sapu dan kotak sampah di sudut ruangan terjatuh
begitu saja.
Setiap moment, kita seringkali diperhadapkan dengan berbagai jenis
karakter manusia. Tak jarang pula kita menemukan sifat asli seseorang ketika ia
menjadi sangat bahagia, merasa sangat sedih, bahkan ketika tak mampu menahan
amarahnya. Pemandangan seperti percakapan di atas mungkin tidak asing bagi
sebagian orang. Ketika berada di posisi kiran, pasti bakalan terkejut melihat
sahabatnya yang selama ini baik-baik saja.. tiba-tiba mulai berkata-kata kasar
tidak seperti biasanya. Dan dalam hati pun tak jarang kita merasa takjub,
ketika saudari kita akan memberi respon yang tak terduga pada momen tertentu
yang menghampirinya.
Tentu saja hal tersebut berlaku untuk muslimah baik ia
seorang aktivis dakwah, maupun muslimah
yang masih proses belajar untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Apa yang ada
dipikiran anda ketika mendengar kata “muslimah” ? Bisa jadi muslimah merupakan
sosok yang terbalut oleh hijabnya yang panjang, bertutur kata yang lembut dan
santun, serta wajah yang selalu tersenyum. Tak lupa juga ibadahnya yang diusahakannya
selalu tepat waktu, serta akhlak indahnya yang merasuk qalbu. Tak kurang dari
itu bukan?
Lantas apa jadinya ketika secara tidak sengaja kita mendapat
sahabat muslimah kita yang bertutur kata kasar? atau ketika marah, butuh waktu
berhari-hari untuk memaafkan dan menyambung kembali tali silaturrahim? Muslimah
juga manusia biasa, wajar ia menjadi sangat marah ketika ada sesuatu yang
menyesakkan dada. Namun jika ini menjadi habit , wajarkah?
Hal-hal anarkis sangat banyak terjadi di lingkungan kita
hampir diberbagai moment. Kita mungkin pernah mendapati saudari kita yang
tiba-tiba berkata-kata kasar baik melalui tatap muka bahkan lewat beragam socmed, tiba-tiba melempar atau
mengambil barang dengan kasar, tak mau bertemu, menunjukkan pandangan penuh
kebencian, menolak bantuan kala diberi bantuan, marah berkepanjangan hingga
silaturrahmi pun terhenti. Wana’udzubillah.. apakah seperti ini muslimah
dambaan umat?
Muslimah yang anarkis tentu banyak yang tak suka, banyak pula
yang tak ingin berdekatan dengannya. Apalagi sangat sulit bagi orang lain untuk
menerima pesan yang kita sampaikan, jika mereka akrab dengan habit buruk kita. Bukankah kita diminta
untuk beramal makruf nahi mungkar? Tentu akan mudah menyampaikan kebaikan jika
perkataan selaras dengan perbuatan.
Belajar mengendalikan rasa benci, mengendalikan amarah, belajar memaafkan. Tentu tak mudah mengubah
kebiasaan jika tak ada niat, kemauan, yang terbukti lewat proses belajar yang
berkelanjutan setiap harinya. Berkata-kata kasar, mudah marah, dan sulit
memaafkan, akan memberikan rasa sesal yang besar jika ketiganya nyaris
dilakukan. Bukti penyesalan nyata anda diawali dengan ucapan istighfar. Dan menanyakan pada diri
sendiri, “mengapa aku bisa berkata sekasar itu? Mengapa aku bisa semarah itu?”,
yang pada akhirnya rasa sesal pun menyelimuti karena tak mampu melawan godaan
syaithan pengusik hati. Rasa menyesal merupakan satu langkah maju, karena
menjadi tanda kalau kita sadar bahwa kita salah.
Merenung
Merenung merupakan langkah
berikutnya yang perlu kita lakukan, ketika tanpa sadar kita terjatuh lagi
kepada perkara yang kurang disukai Allah. Dengan merenung, kita mampu berpikir
ulang kronologi kejadian penyebab emosi menghampiri kita dan penyebab ketika
kita mungkin begitu sulit memaafkan orang lain. Dan pantaslah ayat-ayat
al-Qur’an menjadi tempat refleksi, tentang sikap yang seharusnya kita lakukan
untuk menangani rasa benci dan marah. Mengapa al-Qur’an? Karena darinya, Allah
secara langsung memberikan jawaban atas kegundahan yang menghampiri kita. Kita
meminta petunjuk atas kata-kata kasar dan sikap emosi kita yang berlebihan,
maka tengoklah kembali quran surah Ali Imran ayat 159 berikut:
“Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”
Semua terjadi atas izin Allah, maka sembari kita belajar
berlemah lembut tak lupa pula memohon kepada Allah untuk diberi kekuatan dan rahmat
untuk dimudahkan dan dikuatkan untuk memperbaiki diri. Karena jika tidak, ayat
diatas telah memaparkan bahwa pribadi yang kasar akan dijauhi dari orang-orang
disekitarnya. Maukah kita seperti demikian? Tentu tidak bukan?
Kita meminta petunjuk atas kesabaran yang begitu sulit, maka
tengoklah kembali hadist Rasulullah berikut:
“Bukanlah orang kuat
(yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan
(perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu
mengendalikan dirinya ketika marah”. HR al-Bukhari (no.5763) dan Muslim
(no.2609)
Ya! Sabar, sabar, sabar.. terkadang beberapa orang menyatakan
bahwa sabar ada batasnya. Namun yakinlah muslimah, bahwa ketika kita marah..
maka disaat itulah kita tidak sabar. Maka bersabar, menjadi pelajaran yang
tiada batas waktunya.. sepanjang usia,
hingga menutup mata.
Kita meminta petunjuk atas sikap kita yang begitu sulit
memaafkan, maka tengoklah kembali surah an-nuur ayat 22 berikut:
“Apakah kamu tidak
ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”
Ketika kita sulit memaafkan, maka ingat kembali dosa-dosa
kita yang sungguh tak dapat dihitung lagi. Bukankah Allah tetap memberi kita
oksigen gratis untuk bernapas hari ini? Memberi kita makan? Menjamin keamanan
kita hingga tiba di tempat kerja? Menjaga kita diwaktu tidur? Sungguh nikmat
Allah begitu banyak, Allah begitu baik…... tak cabut apapun setelah beragam
dosa yang mungkin telah dan sering kita lakukan, Masyaa’ Allah. Kita ingin
Allah mengampuni dosa-dosa kita, maka begitu eloknya jika kita pun belajar
memafkan kesalahan orang lain. Yah! Belajar dan belajar memaafkan.
Berikut hadist Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentang
salah satu keutamaan orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, masuk
syurga..
“Jika hari kiamat tiba, terdengarlah suara panggilan “Manakah
orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusia? “ Datanglah kamu kepada
Tuhan-mu dan terimalah pahala-pahalamu. Dan menjadi hak setiap muslim jika ia
memaafkan kesalahan oran lain untuk masuk syurga” (HR, Adh-Dhahak, dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu).
Tengok pula kelapangan hati Rasulullah untuk bersabar dan
memaafkan orang-orang yang selalu mendzaliminya. Mungkin salah satu hal yang
membuat kita sulit memaafkan adalah kata-kata saudari kita yang seringkali membuat
tersinggung. Namun bagaimana dengan Rasulullah? Beliau dicemooh, diludahi,
dilempari dengan kotoran setiap hari oleh mereka yang membenci kebenaran yang
diembannya. Namun, ia tak pernah membalas dengan keburukan dan malah memaafkan
mereka. Dan karena kemuliaan akhlak beliau pula, begitu banyak dari mereka yang
selalu mendzalimi malah berbalik memilih masuk Islam. Tak ingin kah kita
belajar dari pribadi Rasulullah yang mulia? Maka pantaslah beliau menjadi idola
dan tauladan kita.
Benar adanya bahwa terasa ada yang kurang tepat ketika
seorang muslimah memiliki sifat-sifat negatif yang telah dipaparkan sebelumnya,
bahkan tanpa sadar telah menjadi kebiasaannya. Muslimah adalah bagian dari
Islam. Islam adalah agama yang penuh kelembutan, cinta, dan kasih sayang yang
meliputi seluruh penduduk langit dan bumi. Dan sebagai seorang agent of muslim, muslimah harus belajar
menjadi cerminan Islam yang baik bagi siapapun yang melihatnya, yang
semata-mata dilakukannya lillahi Ta’ala. Mengapa? Agar nilai-nilai islam dapat
mudah dan cepat tersebar, serta berita negatif tentang Islam yang anarkis dapat
mudah meredup, ingat kembali bahwa.. kita tak hanya berdakwah dengan lisan tapi
juga dengan perbuatan, karena ada pribadi tertentu yang justru lebih mudah
tersentuh dengan akhlak yang memukau. Keduanya bukan hal yang mudah, kecuali
sejak dini ada kemauan untuk belajar membiasakan.
Tutur kasar, mudah marah dan sulit memaafkan memang wajar menghampiri
kita, namun bukankah ketiganya dapat menjadi ladang pahala ketika kita memilih bersabar
dan berlapang dada untuk memaafkan? Kembali kepada Allah menjadi solusinya,
melakukan apa yang disukai-Nya wahai muslimah perindu syurga. Selain itu kita
tak akan kuat jika bersendirian, maka mulai sekarang mari mulai berteman dengan
saudari-saudari yang dapat menasehati kala kita terjatuh, dapat menguatkan, dan
sama-sama menjadi partner untuk
menjadi muslimah yang lebih baik setiap hari. Insya Allah kamu pasti bisa.. Selamat
mencoba muslimah, untuk menebar pesona pribadimu yang shalihah wahai Sang agent of Islam. Bukan Muslimah Sang
anarkis from Islam.
Maraji’
dalil:
0 komentar