Perjalananmu hampir
mencapai babak baru. Menuju perbatasan yang menjadi impian bagi setiap orang.
Terkhusus bagi mereka yang punya peta hidup yang jelas, tentu akan sangat
bersemangat menuju perbatasan itu. Ya! Perbatasan yang akan menggiring mu
menuju perjalanan yang baru, dengan orang-orang baru, suasana baru, entah
sesuai peta hidupmu atau kau akan memilih jalan yang tak pernah kau bayangkan
sebelumnya. Perbatasan menuju babak baru yang menjadi mimpi setiap penghuni
kampus di semester terakhir.
Detik ini tak pernah
berhenti hingga Sang Pemilik waktu menghendakinya untuk berhenti. Itu artinya
detik demi detik pasti akan membawa mereka yang panjang umur, mencapai
perbatasan itu. Lambat ataupun cepat langkahnya.
Tapi.. bagaimana caranya
menuju perbatasan itu, jika hanya bermodalkan “mau” saja? Tak ada aksi nyata,
tak terlihat usaha yang berarti. Itu mustahil. Tuhan pun berfirman, bahwasanya
Dia tak akan mengubah keadaanmu kalau kamu sendiri tak berusaha untuk berubah
(petikan Quransurah Ar-Rad ayat 11). Tak mungkin berharap waktu mendatangkan
keajaiban. Tak mungkin berharap berdoa sepanjang siang dan malam akan
terkabulkan. Tak mungkin sungguh tak mungkin jika hanya modal “mau” saja.
Kita ingin menuju
perjalanan yang baru, ingin melewati batas wilayah yang telah kita huni kurang lebih
empat tahun. Lantas bagaimana menuju kesana? Jika perbekalan tak ada.. jika
kendaraan tidak ada. Seperti itulah kurang lebih analogy seorang mahasiswa yang
mendamba gelar sarjana. Sungguh beruntung mereka yang mempersiapkan bekal
dengan belajar sungguh-sungguh di akhir perjuangan panjangnya, mereka yang punya
rangkaian aksi nyata penuh komitmen ingin diwujudkan dengan penuh kesungguhan,
yang disertai butiran kata dan harap
yang tiada henti kepada Rabbnya.
Namun bagaimana dengan
calon sarjana yang sangat mudah terpuruk bahkan oleh revisi pembimbing yang
dirasanya mungkin kurang konsisten atau berbelit-belit; calon sarjana yang
mentalnya mudah jatuh dan berujung pada serangkaian kalimat penuh keluhan di
social media; calon sarjana yang merasa waktu tidak begitu berharga untuk
dimanfaatkan mengerjakan revisi dari pembimbing; calon sarjana yang mau
sarjana.. namun realitanya seperti ogah-ogahan
menuju wisuda. Hm… ini bukan bualan. Ini nyata, mereka ada.
Adapun mereka yang terus
terjatuh dan senantiasa mencoba bangkit serta optimis, semoga Tuhan memudahkan
perjuangannya. Aamiin.
Ayo bangun. Ingat kembali
ketika kita berjuang mati–matian bersaing dengan ribuan lulusan putih abu-abu,
yang ingin menghuni ruang belajar yang telah kita huni selama kurang lebih
empat tahun terakhir. Ingat kembali perjuangan menuju tempat bimbel
demi menemukan cara jitu menaklukkan soal SNMPTN. Ingat kembali ketika orang
tua harus merogoh uang berlebih, ketika kita harus melalui jalur non subsidi
untuk melanjutkan pendidikan. Ingat kembali perjuangan dari rumah menuju kampus
yang menguras tenaga dan banyak biaya
(jika jarak rumah kamu jauh). Bukankah semuanya itu ada pengorbanan?
Uang.waktu.tenaga.. semuanya kita korbankan bukan? Sekarang, garis finish itu
ada di depan mata. Sedikit lagi.. sedikit lagi kita akan sampai kesana.. tak maukah kita berkorban sedikit lagi untuk
membayar perjuangan empat tahun lalu? untuk membuat kita
menghargai kerja keras kita dahulu.. untuk mengukir senyum diwajah kedua
orang tua, bahwa satu lagi tanggung jawab telah berhasil kita tunaikan.
Selama kamu masih punya
Allah, haram hukumnya untuk berputus asa. Semakin galau hati dan jiwa, maka
semakin perlu kita kembali kepada Allah. Why? Karena Allah-lah yang paling
ngerti diri kita, bukankah Dia dzat yang telah menciptakan kita? : )
Tentu sudah pasti memahami
segala kekurangan dan kelemahan kita. Dan Allah tak akan memberi ujian di luar
batas kemampuan kita (petikan Quransurah al-Baqarah, ayat terakhir).
Hari ini kita masih diberi
nafas, itu artinya kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri..
memperbaiki segala macam kelalaian dan kesalahan dihari kemarin. Ya! Mari kita
lakukan hari ini, mari kita mengumpulkan semangat dan komitmen untuk
menyelesaikan skripsi ini. Karena esok belum tentu milik kita. Terkadang seseorang memilih untuk melakukannya besok,
padahal hari ini dia sangat mampu untuk menyelesaikan revisi dari dosen
pembimbing. Justru lebih memilih untuk berselancar di beragam socmed, atau
melakukan serangkaian aktivitas refreshing
yang nampaknya terlalu berlebihan. Hingga ketika hari esok tiba, segala yang
kita rencanakan belum tentu menjadi kenyataan. Keinginan untuk merampungkan
revisi dosen, bisa jadi terhalang oleh beberapa hal. Misalnya tiba-tiba orang
tua butuh bantuan, dosen minta bantuan, dan lain-lain. Alhasil.. semakin
tertundalah revisi skripsi karena kebiasaan prokrastinasi.
Mari senantiasa memohon
kekuatan dari Allah, meminta doa dan
semangat dari orang tua serta teman-teman yang selalu bersemangat, dan
senantiasa mengingat betapa banyak anak Indonesia yang ingin melanjutkan
pendidikan di kampus ternama.. dan kita menjadi salah satu nama yang beruntung
untuk mengecap manisnya bangku kuliah. Ayo buktikan.. bahwa kita memang benar-benar pantas, lewat kesungguhan kita menuju garis
finish.. menuju perbatasan di kehidupan baru. Ingat.. kita (aku dan kamu) harus
bergegas untuk menyelesaikan studi, karena bangsa ini membutuhkan sumbangsih
kita untuk Indonesia yang lebih baik di
masa mendatang. Kamu pasti bisa.. bisa bisa bisa bisa, insya Allah bisa.
STOP
rapuh
galau
sedih berkepanjangan
menunda-nunda
cemberut
berpikir negatif
Hey
anak muda!
Waktu kita terlalu
berharga untuk meratapi penelitian ataupun revisi skripsi yang tak kunjung
berakhir.. kita harus bergerak menuju mimpi-mimpi kita, menuju tujuan kita..
menuju kehidupan yang baru. Insya Allah kita bisa kok! Kamu nggak berjuang
sendirian, ada aku.. ada jutaan mahasiswa tingkat akhir lainnya yang terus berjuang
dan mencoba membiasakan untuk tidak mengeluh serta putus asa. Dan yang
terpenting bahwa, kamu punya Allah yang setia mendengarkanmu 24/7. So nggak ada
alasan lagi buat berlama-lama dalam keterpurukan.
Ayo calon pemimpin masa
depan Indonesia
Ayo bangkit.. kamu, aku,
kita insya Allah bisa..
Ayo teruskan perjuangan
menuju perbatasan, menuju wisuda, serta kehidupan yang sebenarnya setelahnya. Bismillah..
(again) : )