Pesan Bijak Seorang Teknisi
Hari ini ngacir sore hari menyelusuri pusat perbelanjaan yang padatnya
berlipat-lipat dari mall ter-crowded yang
pernah aku kunjungi di Makassar. Rasanya seperti muda kembali, kesana kemari
urus kebutuhan anak sekolahan. Aku dan bapak baik hati mengunjungi sebuah counter hardware di salah satu sudut di
mall berkapasitas besar ini. Kenampakan counter
ini jauh dari kata bersih, tak ada bayangan sama sekali bahwa ada tempat
seperti ini ketika kamu memasuki gerbang mall ini.
Namun ada-ada saja maksud yang Allah ingin hadirkan melalui peristiwa yang
kita alami.
Saya mengutarakan maksud kedatangan saya kepada salah seorang teknisi di counter tersebut. Saya tengah
dipusingkan dengan masalah printer. Saat
menunggu printer diacak-acak, saya
lalu diasyikkan pada sebuah percakapan dengan teknisi lainnya. Hal itu bermula
dengan sharing background diri
masing-masing hingga berujung pada sharing
pengalaman kerja. Beliau begitu anstusias menceritakan proses jatuh
bangunnya untuk mengais rezeki. Apalagi tanpa bermodalkan ijazah sarjana. (Ya
walaupun ijazah tidak mutlak menjadi penentu kesuksesan seseorang o_ o)
Saya cukup terenyuh dengan apa yang dia paparkan. Apalagi saat memulai
profesinya dulu sebagai teknisi, dia hanya bermodalkan kata “mau bekerja” pada
bosnya. Dia sama sekali tidak memahami seluk beluk hardware komputer. Ilmu yang diperolehnya selama ini murni dari
akumulasi pengalamannya, hm... bisa dikategorikan otodidak sih
.
Dia terkadang heran dengan orang yang pelit ilmu kepada orang lain (dalam
hal ini, dia menerawang pada temannya yang merupakan teknisi di toko lain), dan
kemudian bertanya-tanya, “apa semua ilmu
yang dimilikinya itu bisa dia serap semuanya jika tidak dibagi?”
Darinya saya bisa mengambil pelajaran, bahwa memang benar bahwa menuntut
ilmu itu sangat diperlukan. Namun jangan sampai membuat kita lupa untuk
membaginya kepada orang lain. Sebab jika kita hanya sibuk memperkaya ilmu bagi
diri sendiri, maka bersiaplah muntah-muntah tidak karuan disebabkan karena jenuh-serakahnya
diri. Toh belum tentu juga kan kita paham benar segunung teori yang sudah kita
santap setiap hari? Berbagi tidak akan membuat kita merugi :)
“Butuh usaha lebih keras lagi. Tidak
mengapa lambat, asal jangan berhenti.“ Kataku dalam hati, sambil melaju pulang bersama mesin
cetak yang sudah kelar diobrak sana sini.
0 komentar