(EDISI TEMAN 3] Semangatmu Mengalihkan Duniaku
Siapa
di dunia ini yang tak pernah merasakan kelamnya rasa “jatuh semangat” ..?
Merasa
apatis dan tak bisa berbuat apa-apa
Merasa
paling galau dimuka bumi dan mempublikasikannya di seluruh media sosial yang
dimilikinya
Seolah
dunia harus tahu kegalauan yang menyerangnya
Namun..
tidak semua jiwa yang pernah “jatuh semangat” akan berakhir kelu di sosial
media
Ada
beberapa orang yang bangkit kembali setelah jatuh
Jatuh
lagi bangkit lagi
Begitu
seterusnya
Aku
punya seorang teman yang bagiku cukup inspiratif
Ia
terlahir sebagai anak perempuan ketiga, yang kedua kakaknya menjadi acuan
semangat yang besar baginya
Anak
tertua seorang dokter dan anak kedua seorang calon mahasiswa pascasarjana
kesehatan masyarakat
Dulunya..
dia mungkin tertekan.. merasa paling tidak
mampu karena tak dapat lolos snmptn ujian tulis, tapi melalui jalur POSK .. sekali
lagi.. mungkin
Di
tahun kedua kuliah dia nyambi ikut
bimbingan belajar, lalu ikut tes snpmtn kembali dan lulus. Namun lulus d
pilihan kedua tak cukup membahagiakan bagi nya yang begitu memimpikan lulus d
pilihan pertama… Fisioteraphy-UNHAS
Ia
tak jarang menyalahkan dirinya.. terkadang berpikir mengapa ia berbeda dari
kakak-kakaknya
Minder..
Merasa yang paling tak pintar dibanding kedua kakaknya..
Hari
terus berlalu
Dan
Dia..
memantapkan hatinya untuk melanjutkan kuliah, dan tidak mengambil kursi di
jurusan yang baru saja dilulusinya
Dia
yang kukenal dulu terus berubah seiring berjalannya waktu
Dia
menjadi pribadi yang lebih bersemangat..
Kuliah
semester 2 sambil nyambi bimbingan belajar dengan harapan besar dapat lulus
snmptn pilihan pertama, nyatanya membuat dia sedikit tidak fokus dengan
perkuliahan semester 2
Jadinya
salah satu mata kuliah pun harus d ulang
namun..
sepertinya hal itu juga yang menggenjot semangatnya, semangat untuk mengejar
ketertinggalannya.
Dan
alhasil dia yang ku kenal hari ini menjadi pribadi yang berbeda
Selalu
ceria.. meski pun mungkin saja ada kesedihan yang coba di dasar hatinya
Berusaha keras mengerjakan tugas dengan hasil
pemikiran sendiri, disaat orang lain mungkin memilih untuk menyalin tugas
Berusaha
keras untuk menyelesaikan tugas sesegera mungkin, disaat orang lain mungkin
memilih mengerjakan tugas di akhir atau bahkan melewati batas waktu
Aku
yakin sekali dia sedih karena kelulusan snpmtn ny tak sesuai yang diharapkannya.
Namun semangat perbaikannya itu sungguh besar. Dia tak berlarut-larut dengan
takdir yang diraihnya. Ia telah berusaha dan ia pun telah berdoa. Aku yakin ini
yang terbaik dari Tuhan untukNya
Sampai
suatu ketika kalimat optimisme lahir dari bibirnya. Kurang lebih seperti ini..
“sadar
tidak, bidang ilmu kami bertiga (red: dia, dan kedua kakak perempuannya) itu
saling berhubungan. Kakak pertama dokter yang mengobati pasien. Kakak kedua
calon ahli gizi yang tau seluk beluk kadar makanan yang baik untuk dikonsumsi.
Semestara aku calon teknokrat pangan yang akan tahu banyak seluk beluk
teknologi pangan”
Um..
kurang lebih seperti itu
Wah..
I’m impressed
Akhirnya
semangat nya nyaris kembali utuh
Hingga
hari ini aku melihat dia selalu berupaya memberikan yang terbaik. Mulai dari
perkuliahan, hingga amanah di himpunan hehehe..
Mungkin
semangat belajar nya yang tinggi itu berasal dari orang tua
Mungkin
juga kakak-kakaknya
Bisa
saja
Apapun
itu aku belajar banyak darinya soal MOVE UP setelah jatuh..
Darinya
aku belajar.. mengatur waktu sedikit demi sedikit
Darinya
aku belajar…
Kita
bisa saja “jatuh semangat”
Tapi
jangan sampai “patah semangat” karena kita masih bisa “membangkitkan semangat”
Kerja
kerasnya itu tak jarang membuatnya menjadi yang terbaik dalam mengerjakan
tugas. Sang dosen tak jarang memuji hasil tugasnya. Ahh.. lagi-lagi aku belajar
bahwa, jika kita sungguh-sungguh insha Allah kita juga bisa memberi yang terbaik, Man Jadda wa Jadda
Namun
ketekunannya itu terkadang membuatnya kadang harus “makan hati”. Dulu pas
pertengahan masa perkuliahan.. tak jarang mata sinis maupun kata tak enak
didengar sampai kepadanya dari mereka yang mungkin.. tak mampu untuk tekun
seperti dirinya.. kata-kata itu misalnya, “solkar” . lalu.. pantaskah seseorang disebut
solkar kala dia mengerjakan dan mengumpulkan tugas diawal waktu? Aku pikir itu
hanyalah perkataan orang-orang yang tak mau sedikit lebih rajin.. sedikit lebih
optimis.. sedikit lebih berusaha.. sedikit.. lebih menyukai dosennya
So,
just GO AHEAD dan seperti yang aku bilang di postingan sebelumnya, datangi
mereka dan ajari mereka mengerjakan tugas mungkin dapat menjadi salah satu
alternatif : )
Syukurnya
temanku ini tak begitu ambil pusing.. senantiasa sabar dan tak menjadikan
hal-hal tersebut sesuatu yang bisa menurunkan semangat belajarnya. Mungkin.. ia
selalu terkenang orang tuanya, selalu ingin memberikan yang terbaik bagi
keduanya.. dan jadilah ia seseorang yang tekun. Terkait trouble diatas, hingga
hari ini aku bahkan yakin hubungannya dengan mereka.. menjadi jauh lebih baik.
Mungkin benar memang bahwa waktu telah mendewasakan kita.
Dibalik
ketekunannya.. ia adalah sosok yang sangat peduli kepada teman-temannya, ramah,
kocak, dan suka menolong.. meskipun
untuk hal-hal kecil misal.. menemani ke WC, menemani ke kantin, menemani nge
print tugas yang jaraknya itu gak jauuuuuh dari ruang kelas kuliah. Dan sekali
lagi aku tak menemukannya mengeluh untuk hal itu, meski sering kulihat keringat
berjatuhan di dahinya.. meski sering ku dengar nafasnya yang
terengah-engah.. semoga saja keikhlasan
senantiasa mengiringi kebaikannya, biar itu tak sia-sia.. biar tak ada keluhan
meski sebatas bisikan. Biar menjadi penerang di negeri akhirat dan Tuhan yang
membalas semua ketulusannya.. aamiin.
Selain
itu.. mungkin kekocakan atau kebanyolannya serta kehangatannya yang membuatnya
dirindukan oleh kita-kita hahaha..
Dengan
semua kebaikan hatinya.. aku yakin setiap orang punya kekurangan dan kelemahan.
Mungkin saja apa yang aku paparkan ini nyatanya tak seperti yang dia rasakan..
bagaimanapun aku hanya membagi semangat positif yang aku dapat dari pribadi
nya.
Dan
Well
back to main topic,
Ku
akui terkadang kala saya terjatuh, dia yang usianya setahun lebih muda tak
jarang memberi nasihat-nasihat manis yang menyentuh. Dia memberi semangat “ayo
kiki, kamu pasti bisa! tetap berusaha.. tetap berdoa”. Kata-kata itu memang
singkat dan mungkin “biasa”. Kata-kata itu sering sekali terdengar bagi mereka
yang ingin menyemangati seseorang, atau bahkan sering kita dapati di
sinetron-sinetron Indonesia. Namun kata-kata itu jika direnungi.. jika dicatat
dalam hati.. jika disimpan dimemori.. jika di pajang di dinding kamar sendiri,
selalu dipandangi.. tentunya akan memberi kekuatan yang besar.. kekuatan ekstra..
kekuatan yang luar biasa..
Ayo
kamu pasti bisa! Seolah memberi tanda bahwa kita harus
semangat. Harus bangkit dari kesedihan yang melanda. Sebelum kesedihan itu
jauh-jauh masuk ke relung jiwa.. alangkah baiknya jika kita terus menyatakan
“Insha Allah aku pasti bisa!”
Tetap
berusaha, seolah memberi tanda bahwa “saya harus lebih
berusaha, jika saya sudah berusaha 99 kali lalu gagal dan tak mencoba lagi,
maka bisa saja di usaha yang ke 100 kali baru aku akan berhasil. who knows?” Lalu mengapa aku harus menyerah jika masih
ada harapan?
Tetap
berdoa, kata-kata itu
membuat kita kembali ingat jika kita lupa. Membuat kita terus mengingat agar
tidak lupa. Sekalipun kita sudah berusaha keras, namun apalah artinya jika kita
tidak berdoa.. seseorang yang tidak berdoa adalah orang yang sombong. Mengapa?
Karena dia mengandalkan kekuatan dirinya saja. Padahal.. siapakah yang Maha
Besar? Siapakah yang Maha Kuat di alam semesta ini? Allah bahkan meminta kita
untuk senantiasa berdoa kepadaNya?
Dengan
berdoa, kita akan dekat terus kepadaNya.. terus mengingatNya.. terus berharap padaNya.. itu tak mengapa..
bergantung kepada Allah adalah suatu kepastian.. karena.. diri kita terlalu
lemah bahkan untuk melindungi diri dari hawa nafsu sendiri. Terus mengingatNya
juga merupakan salah satu cara agar kita tidak stress. Stress adalah tanda jauh
dari-Nya. mengapa? Aku berpikir bahwa.. seseorang seolah tak mampu berpikir dengan
jernih.. mungkin hati perlu sedikit di rehab. Dengan alunan ayat suci.. maupun
sujud dengan air mata yang membasahi pipi. Bukankah dengan mengingat Allah maka
hati menjadi tenang?
Firman
Allah dalam QS:13:28
“(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tenteran dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”
kepada
Allah aku ucapkan terima kasih atas dirinya, salah satu kado yang selalu
menjadi kado berharga hingga hampir empat tahun terakhir
kepadanya..
aku ucapkan terima kasih terus mengulang kata-kata itu .. kala aku terjatuh
terima
kasih pula menjadi bahu yang mampu menopang sedikit beban yang kala itu terasa
amat berat..
terima
kasih mau mendengar kan
semoga
mimpi-mimpimu kelak dpat menjad nyata,, Love U.. Lillah
0 komentar