Pemilik Wajah Lesu itu..

by - 10:03 PM

sourchimage


Rasanya mata enggan terbuka.. kala nyanyian sang jantan terngiang nyaring sekali
Dan melanjutkan tidur pun menjadi priority
Di saat yang sama.. ditempat yang sama.. di bumi yang sama
Banyak jiwa yang fajarnya begitu berharga
Mencoba bangkit, menikmati segarnya tetesan air wudhu membasahi wajah yang terbebas dari kelelahan dan kepenatan
Bersujud, meresapi setiap detik yang berharga.. bersyukur Tuhan masih memberi waktu untuk berbenah
Fajarnya terasa begitu berharga..
Berbekal rasa percayanya kepada Allah,
Berbekal harapan dengan ucapan bismillah
Mereka bangkit..
Dengan tentengan penuh sayur mayur di balik kemudi
Dengan klakson nyaring bak elekton yang tengah berlari di tengah jalan yang sunyi, membawa diri.. berjejerkan kursi-kursi lesu dan tak baru lagi, di balik sang pengemudi
Dengan gagah brani tanpa sempat meresapi makna kata “jijik”, menyusuri setiap gang yang sunyi.. mencari sampah-sampah berharga yang menanti
Dengan memantapkan diri, menenteng helm berlebih di tengah roda dua yang menjadi kawan mencari rezeki
Dengan penuh kebahagiaan, menata ikan-ikan segar yang baru saja lepas dari lautan gelap  bertemanikan malam yang dingin dan sunyi
Udara fajar sungguh begitu mendamaikan hati
Jalanan tampak begitu lengang, namun cukup gelap..
Terkadang itu terlalu menakutkan untuk memulainya terlalu awal
Namun sekali lagi..
Mereka menaruh kepercayaannya kepada Allah.. yang diyakini tak akan pernah mengecewakannya
Mentari kini sudah ada di tengah-tengah langit
Orang-orang baru saja memulai hari-harinya menuju tempat tujuan.. tempat yang menyimpan harapan besar.. tempat mencari rezeki
Ya! Kebanyakan orang memulainya bahkan setelah mentari naik ke permukaan.. kala ia mulai meninggi dan terus meninggi
Aku memandangi beberapa wajah yang lesu itu.. dibalik angkot, dalam perjalanan yang penuh keheningan menuju tempatku menuntut ilmu
Aku sebisa mungkin memandangi banyak wajah, kala pagi menghantarkanku pergi.. kala senja menghantarkanku kembali pulang
Wajah-wajah lesu itu.. berjuang sejak fajar
Wajah-wajah lesu itu.. berjuang hingga akhir
Entah dengan bantuan kendaraan bermesin, atau hanya mengemudi dua roda tipis yang tak baru lagi.. atau bahkan hanya mengandalkan sepasang kaki yang tertatih-tatih
Terlihat kerutan penuh di wajahnya
Tetesan air kelelahan membasahi keningnya
Baik lelaki maupun wanita
Lakukah dagangan nya?
Adakah yang membeli nya?
Lelahkah ia ?
Berapa kah rupiah yang berhasil dikumpulkannya?
Sempatkah ia menitikkan air mata.. akan keletihannya spanjang hari?
Pertanyaan itu berkecamuk penuh di kepalaku ini
Oh Astagfirullah..
Lantas  sekeras apakah  kakiku berjuang hari ini?
Sudah sesakit dan stulus apakah kepala dan hati ini mencoba untuk berpikir dan memahami celotehan para penyaji ilmu setiap hari?
Apakah itu… sebanding dengan keluhan yang acap kali terbersit di dasar hati?
Oh tidak!
Itu tak sebanding..
Keluhan itu harusnya tak boleh terbersit atau bahkan terukir di lisan yang nyaris tak sempat menyadari
Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Astaghfirullah..
Wahai pemilik wajah yang lesu itu..
Melalui engkau, Tuhanku menghendaki ku kembali ke arus yang benar
Kala ku hampir dan mungkin nyaris terjatuh pada lobang penuh rasa ke-tidakbersyukur-an
Menyelematkanku dari rasa pesimis yang nyaris membuatku lupa akan mimpi-mimpiku yang hebat dan indah
Menyelamatkanku dari keputusasaan yang membuatku muak dan tak mampu melihat lagi melihat cahaya dari langit-Nya
Menyadarkanku..
Bahwa aku harus berjuang, karena ku tak mau memiliki wajah yang lesu di hari tuaku
Terima kasih Allah.. juga terima kasih engkau pemilik wajah itu
Wahai pemilik wajah yang lesu
Darimu.. ku pikir aku harus berjuang habis-habisan lagi
Untuk menyelematkan banyak jiwa di masa mendatang, mungkin anak cucumu
Akan aku usahakan
Akan aku usahakan
Oh Allah.. tolong aku untuk selalu ingat
Ingin aku ingat dan terus aku ingin selalu ingat,
Agar gairah perubahan dan aura positif senantiasa menerjang
Dan tak perlu lagi ada wajah yang lesu dihari esok
Biar ku menjadi pemilik satu bata yang menyusun bangunan kokoh perubahan negeri ini ke arah yang baru
Dengan angka kemiskinan yang semakin rendah
Dengan kesejahteraan yang semakin cerah
Dan tentu.. dengan wajah-wajah yang tak lagi lesu
Aamiin.

You May Also Like

0 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut