Ruginya tidak tersenyum....

by - 10:35 AM



Pagi itu aku beranjak ke kampus, suasana pagi itu agak membuatku bad time. Soalnya, baru telat 5 menit saja tinggalkan rumah dari jadwal biasanya, jalanan sudah padat merayap. Alhasil... bisa bikin ketulungan dan gelisah setengah mati dengan pikiran, 'bisa masuk kelas nggak yaa di kelas pak Amran?"

Seseorang beralmamater orange d hadapanku terlihat memahami kegelisahanku, dia.... terlihat menyulam senyum, seperti ingin bertanya.. Namun aku sibuk dengan pikiranku sendiri... Yaa bisa dibilang, ini aksi apatis. Aku bahkan tidak bisa membayangkan seperti apa raut wajahku kala itu, whoaaaaa apa sejudes sung shi won d drama Reply 1997...? Oh..No!
Tak berapa lama..ada seorang ibu yang naik, beberapa menit kemudian sang gadis beralmamater orange itu memberanikan diri untuk menanyakan trouble nya, “Bu, kalo mau ke daya ambil pete-pete dimana?” Whoaaaaaaaaaaaa… saya sungguh menyesal, seandainya saja saya bisa sedikit ramah dan peka terhadap keadaan sekitar, mungkin pagi ini saya sudah bisa mendapat pahala karena menolong seseorang, ditambah lagi pahala sedekah senyum, yaa… sayang sekali saya tidak tersenyum padanya waktu itu…
Beberapa menit waktu pun berlalu, pete-pete akhirnya mengantarkan kami di tempat transit pertama (yaa… apalagi kalo bukan Masjid Raya). Karena tempat turun kami sama, untuk terakhir kalinya saya tak mau menyiakan kesempatan bersedekah dipagi hari So, saya pun menyempatkan diri memberi senyuman  padanya saat kami turun dari pete-pete, hehe.. Alhamdulillah senyum itu bersambut dengan hangat. Berpisah, lalu menaiki pete-pete yang selanjutnya akan mengantarkan kami pada tujuan yang berbeda. Ahh… ruginya tidak tersenyum

You May Also Like

0 komentar

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut