Part 1. Pengawasan dan Pengendalian Mutu; Atribut Mutu
Catatanku
mengusik jemariku untuk menari dengan lincah diantara tumpuan huruf dihadapanku.
Apa boleh buat, tekad untuk berbagi ilmu tengah membara. Lantas mengapa tak
kubiarkan saja ia membara? Sebelum akhirnya ia meredup :)
Atribut Mutu. Apakah seorang Food Scientiest udah tahu? Let’s Check it out!
Berbicara tentang mutu produk, hal itu
akan berkaitan dengan kualitas dan kuantitas.
· Kuantitas adalah salah satu atribut mutu, why?
Karena kuantitas memiliki arti penting dalam perdagangan. Misalnya nih, beras 1
kg; ukuran “1 kg” adalah suatu atribut mutu (terkait kuantitas). Konsumen
bakalan konsen pada kuantiti jika memberi dampak langsung bagi mereka contohnya
nih, membeli langsat seharga IDR 10 ribu = 3 kg.
· Ketebalan
lapisan kemasan
(kertas atau kaleng). Sehingga ini menjadi perhatian bagi pengusaha packaging.
A. Hidden Atribut – Atribut tidak kasat
Mata
Hal
ini mencakup kandungan gizi makro dan mikro produk pangan yang kadang nggak tercantum pada kemasan produk.
1) Produk
yang kaya komponen tertentu / ada klaim spesifik. Hal
ini seringkali kita jumpai pada kemasan produk tertentu. Ex, Minyak yang kaya omega – 3, yang tertulis di kemasannya dan menjadi klaim spesifiknya. Ex.
Susu kaya Ca+ dan Vitamin D. Ex. Makanan bayi yang kaya DHA, AHA,
dan FOS
2) Bahan
pengawet, bahan tambahan pangan, dan semua bahan yang digunakan sebagai
ingredients produk hukumnya WAJIB-KUDU-MESTI untuk dipaparkan di kemasan produk. Jika produsen tertentu tidak mencantumkan bahan-bahan
yang digunakan pada kemasan produknya, yaa.. itu menandakan bahwa usaha produsen tersebut belum memiliki
sertifikat ISO, sebagaimana yang telah diketahui bahwa jika suatu usaha udah
dapat sertifikat ISO maka nggak boleh
ada lagi yang ditutup-tutupi alias transparansi kepada konsumen, jangan sampai kita menjadi penipu
konsumen dengan tidak mencantumkan bahan-bahan tertentu pada kemasan produk
kita : D
3)
Sebelum
mencetak kemasan produk dalam jumlah banyak, alangkah baiknya jika seorang
produsen teliti dan konsisten terhadap kesesuaian antara “isi” produk dengan
yang tertera pada kemasan. Analisa seluruh kandungan bahan pangan dari produk
adalah salah satu hal penting yang tidak boleh diabaikan dan harus dipastikan
untuk selalu konsisten. Jika kadar karbohidrat suatu produk yang tertera pada
tabel informasi gizi adalah 8%, maka produksi selanjutnya pun harus memiliki
kadar karbohidrat sebanyak 8%. Intinya nih, semua komponen beserta jumlahnya yang
terkandung dalam suatu produk pangan harus sesuai dengan yang dicantumkan pada
tabel informasi gizi kemasan produk. Jika kandungan produk telah diteliti
dengan cermat maka kemasan pun dapat
dicetak dengan konsisten, tidak berubah-ubah.
4)
Kelanjutan
poin sebelumnya; Mencantumkan seluruh bahan yang digunakan dalam memproduksi
produk pangan merupakan hal urgent yang
tidak boleh disepelekan. Selain menghindari penipuan dan transparansi terhadap
konsumen, mencantumkan seluruh bahan yang digunakan juga akan sangat memudahkan masyarakat dalam menyeleksi
produk-produk yang akan mereka konsumsi, sesuai kebutuhan mereka. Misalnya nih,
konsumen yang tidak mengonsumsi lemak (vegetarian) dapat mengetahui dengan jelas
kadar lemak suatu produk. Selain memudahkan kaum vegetarian, hal tersebut juga akan
memudahkan konsumen yang memiliki alergi terhadap zat-zat tertentu untuk lebih
berhati-hati sebelum mengonsumsi suatu produk.
5)
Beberapa
hal penting lainnya yang alangkah baiknya dicantumkan pada tabel informasi gizi
kemasan suatu produk pangan yakni; Komponen non gizi (misalnya, anti oxidant),
komponen bioaktif (misalnya, zat-zat yang mencegah penyakit jantung, kanker, etc), serta senyawa
spesifik (misalnya, zat-zat yang dapat menyebabkan alergi).
NB:
Sekarang mungkin akan sulit untuk
menemukan produk pangan yang bebas dari bahan pengawet karena hampir semua atau
bahkan semua produk pangan yang ada di sekitar kita terdiri atas
senyawa-senyawa kimia yang pastinya akan memberikan efek buruk bagi kesehatan
jika dosis dalam penggunaannya ataupun mengonsumsinya secara berlebihan. Namun,
saat ini telah ada yang namanya “Makanan Organik”. Well kata pak dosen, makanan organik mungkin bakalan nge-trend di Indonesia sekitar 5 hingga 10
tahun lagi. Makanan organik (misalnya sayuran organik) bukanlah suatu yang
mudah untuk diproduksi, prosesnya panjang butuh investasi gede, dan pastinya
produk pangan yang dihasilkan mesti bebas dari bahan pengawet. #^^
6)
Tingkat
keamanan (free from foodborne disease); Produk pangan yang diproduksi selain
menarik, bergizi, dan ekonomis, pastinya harus meraih standar aman untuk
dikonsumsi. Produk pangan yang aman akan memperoleh kepercayaan dari konsumen.
Beberapa contoh kasus terkait keamanan pangan yang harus diperhatikan yakni,
produk pangan bebas dari Clostridium
botolinum, bebas dari racun
Aflatoxin yang banyak terdapat
kacang-kacangan, serta bebas dari senyawa kimia berbahaya, mikroba, ataupun toxin (racun) yang dihasilkan oleh mikroba.
kacang-kacangan, serta bebas dari senyawa kimia berbahaya, mikroba, ataupun toxin (racun) yang dihasilkan oleh mikroba.
Insya Allah.. to be continued.
sourch: my note. Lecture: Dr. Rer-nat Zainal, S.TP, M.FoodTech
0 komentar