Mataku, hatiku, semua bagian dari diriku akan sakit melihatmu..
Gak
terasa sudah hampir setahun jadi mahasiswa. Seru?? Lumayan sih, walaupun
khofiyaa kurang menikmatinya. Banyak hal yang justru berbanding terbalik dari
apa yang saya harapkan saat SMA. Setelah dapat pengumuman kalo lulus jalur
undangan (Alhamdulillah), dan beberapa kali keliling unhas, saya benar-benar
membayangkan kehidupan awal perkuliahan
yang menyenangkan. Kakak-kakak senior menyambut adik-adiknya dengan
ramah, namun.. sekali lagi hal itu mungkin hanya terjadi di sinetron-sinetron
indonesia ataupun beberapa film jepang dan korea. Mimpi itu benar-benar menjadi
mimpi buruk.. I never felt it, although once.. sangat kaku, mm.. kata yang
cocok untuk menggambarkannya kurang lebih adalah –seniority-. Itu kesan pertamaku, setelah kurang lebih 3 bulan
berlalu awal perkuliahanku kakak-kakak senior dengan tampang sangar (entah
natural ato dipaksain ---keep husnodzon--)
mulai meng-kritik kami dari ujung kaki hingga ujung kepala. Segala yang dianggap
tidak pantas dimatanya akan segera dipaksa untuk melepasnya (sekali lagi.. ini
entah faktor sayang adek, takut saingan, ato balas dendam ---keep husnodzon--)
But,
dibalik sangarnya aktivitas senioritas itu.. saya merasa bersyukur. Dengan
penekanan yang begitu keras, saya justru tidak akan melihat teman-temanku
berpakaian ketat, dan banyak lagi. Banyak hal yang ku khawatirkan kelak, di
semester 3 nanti dan semester-semester berikutnya. Beberapa diantanya adalah
sebagai berikut;
1.
Jika
selama masa pengkaderan setahun aku akan melihat seluruh teman-teman angkatanku
memakai rok panjang yang tidak ketat, justru di semester berikut aku sangat
takut.. melihat mereka memutuskan untuk memakai celana ketat, dan menampakkan
lekukan tubuhnya. Hal itu sangat memprihatinkan. Saya sebagai saudari seiman
mereka, jauh di dasar hati.. sangaaaaaat sakit melihat mereka merasa baik-baik
saja memakai pakaian yang.. tidak disukai Allah Subhanahu Wata’ala.
2.
Jika
selama masa maba mereka selalu memakai kaos kaki, masa berikutnya mungkin ia
akan lengah memakai kaos kaki. Padahal kaki merupakan salah satu aurat bukan??
Masya Allah… ana merasa sangat miris jika hal tersebut akan menjadi kenyataan
3.
Jika
selama masa maba dituntut untuk tidak bergaya saat berjilbab, semester
berikutnya mungkiin mereka akan mulai berkreasi. Mereka mungkin, akan memakai
hijab dengan berbagai style yang mereka anggap salah satu kreasi dalam menutup
aurat. Wana’udzubillah.. bukankah tujuan berjilbab adalah untuk menutup aib?
Ya! Aurat adalah aib seorang muslimah.. Bukankah tujuan berjilbab untuk
menghindari gangguan ataupun pandangan-pandangan dari mereka yang bukan mahram?
Kreasi jilbab yang melilit-lilit leher, kepala, dikepang, dan sebagainya itu…
bukankah malah akan menambah pandangan, jelalatan mata para kaum adam kepada
kita? Tidak cukupkah jika yang berhak saja (suami) kelak kita harusnya
memperlihatkan kecantikan kita?
4.
Jika
selama masa maba diharuskan untuk tampil biasa-biasa
saja, saya justru takut… kelak mereka akan mulai berkenalan dengan make up.
Aku takut.. jika itu akan menambahkemurkaan Allah kepada mereka, disebabkan
mereka bertabarruj.
5.
Jika
mereka segan dengan senior mereka sekarang, aku sungguh takut kelak mereka
mulai menjalin hubungan, yang orang-orang sebut dengan nama pacaran. Masya Allah, bukankah itu
adalah pintu-pintu menuju Zina
????
Sekali
lagi itu hanyalah kekhawatiranku. Ya!! Kekhawatiranku sebagai saudara seiman,
yang sangaaaaaaaaaaaaaat takut saudari-saudarinya terjerumus ke lembah
kemaksiatan, sementara mereka menganggap keadaan mereka baik-baik saja, dan
nyaman dengan kemaksiatannya. Aku berkata seperti itu.. bukan karena aku yang
paling hebat, yang paling berilmu, dan yang paling beriman. Aku.. sebagai orang
yang paling dekat dengan mereka sungguh takut, jika kelak di pengadilan Allah
di akhirat nanti, mereka semua akan menuntutku “Hei khofiyaa… mengapa dahulu kau tidak memperingatkanku?”
wana’udzubillah. Hal itu sungguh sangat aku hindari. Hal itu adalah salah stau bentuk cinta, sayang ,
dan peduliku pada mereka. Justru harus bagaimana?? Jika dinasehati.. akan
merasa digurui.. Ya ! inilah proses, khofiyaa masih perlu banyak belajar
berkomunikasi dengan lembut, agar mereka tidak merasa diceramahi, tapi merasa
diperhatikan. Ya Allah, semoga Engkau menuntun hati-hati kami menuju jalan-Mu,
jalan yang lurus. Aaaaaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.
0 komentar