Kebebah Episode 2 (Final-End)

by - 12:11 AM

....


Kemala percaya bahwa setiap pilihan itu punya resiko dan konsekuensi. Apapun pilihan yang dianutnya, dia 100% yakin bahwa semuanya akan bernilai baik dan bisa dilalui selama 100% pula dia libatkan Allah dalam urusannya.

Kemala menjadi salah satu tipekal mahasiswa yang dielukan banyak orang disebabkan karena kepintaran dan kemurahan hatinya kepada teman-teman juga orang-orang disekitarnya. Tak hanya sibuk belajar namun juga sibuk terlibat pada beberapa komunitas dan gerakan kemahasiswaaan, mulai dari bidang sosial hingga syiar agama Islam. Dia sungguh tak punya waktu untuk menghabiskan waktu untuk memikirkan tentang pacaran, juga menikah.

Hingga suatu hari dia mengenal Adam untuk pertama kalinya. Tak sengaja mendengarkannya sedang asyik memurajaah hafalan alquran juz 29 dan juz 30, dibalik hijab mushollah kala waktu dhuha tiba. Hatinya bergetar dan tenteram. Ada kesejukan disana. Lafadz alquran Adam sesuai tajwid dengan tempo yang tidak terlampau cepat. Kemala jadi ikut memurajaah hafalannya meskipun baru memasuki ayat-ayat diakhir juz 29.



Tak berhenti sampai disitu. Kemala benar-benar tahu tentang Adam ketika mengisi pembukaan kegiatan ramadhan tahun lalu. Adam bertindak sebagai qori sekaligus pengisi kajian ramadhan saat itu. Meskipun dibatasi oleh hijab, segala tentang Adam tersimpan dengan baik dalam ingatannya. Adam sang kakak tingkat yang sering memenangkan kompetisi menulis, Adam yang rutin mengisi kajian anak-anak S1, Adam yang lulus sekolah S3 tepat waktu, Adam yang dicintai dosen. Semuanya membuat Kemala terpukau. Kemala pun takjub ketika seorang Adam memutuskan untuk mengajaknya taaruf. Siapa dia, hanya seorang mahasiswa S3 yang sibuk berkuliah dan berorganisasi. Ya, Kemala belum menelusuri dari mana Adam tahu banyak tentang dirinya hingga yakin untuk menjadikannya sebagai pendamping hidup.

Namun apa daya, idealismenya untuk lulus tepat waktu berbenturan dengan ajakan taaruf Adam. Menyadari sifatnya yang mudah panik dan sulit fokus, membuatnya memutuskan pilihan yang sangat penting.

Kemala masih setia memandangi layar handphone-nya. Sibuk merangkai kata demi kata.
“Abang adam terima kasih sudah setia menunggu jawaban Kemala. Saya sungguh mengapresiasi keberanian abang untuk maju. Sejujurnya kecenderungan hati Mala sudah berlabuh kepada Abang. Tapi maafkan abang, menyadari segala kekurangan dan juga segala keterbatasan diri, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan pinangan abang.  Mala ingin fokus menyelesaikan sekolah. Mala takut tak bisa maksimal jika ada hal lain yang Mala pikirkan sekarang. Maafkan Mala bang.”

Mala menghela nafas, kemudian melanjutkan rangkainan kalimatnya
“Mala tahu betul sakralnya ibadah menikah ini, tapi Mala belum benar-benar siap. Mala pun tak ingin menahan abang hingga Mala lulus. Tak apa-apa. Jikalau jodoh, suatu saat pasti akan ada jalan ‘tuk bersua lagi”

Laksana hujan yang mengiringi awan hitam, secepat itu pula Adam membaca pesan Kemala
“Kenapa Mala? Abang sungguh tidak akan melarang kamu untuk menyelesaikan studi. Kita menikah dan tetaplah fokus untuk sekolahmu. Jarak kita pun terbentang jauh sekarang. Abang masih bekerja di Solo. Setelah menikah, abang akan menunggu kamu selesai sekolah baru kita fokus memikirkan tentang masa depan rumah tangga kita”

“Maafkan Mala abang.”

“Memangnya kapan Mala akan lulus?”

“Sepertinya masih akan lama. Sekitar hampir setahun lagi. Abang tahu kan Mala abis kena musibah dua bulan lalu?”

“Iya abang tahu. Tidak apa-apa”

“Disisi lain, abang harus tahu kalau Mala punya mimpi untuk bisa menjadi seorang pendidik. Konkretnya belum tergambar dengan jelas saat ini. Aku senang mengajar Bang. Kemala minta maaf, ini mungkin pesan terakhir Mala. Silahkan jika kelak abang akan mencari wanita lain, Mala tak ingin menahan abang tanpa sebuah kepastian“

“Baik Mala, jika demikian Abang hanya bsia mendoakan yang terbaik untukmu. Terima kasih sudah berterus terang. Semoga kita bisa bertemu jodoh di waktu dan dengan cara terbaik ya Mala. Assalamu’alaykum”

Percakapan berhenti sampai disana. Pahit rasanya memutuskan pilihan. Kemala tak kuasa menahan air matanya. La haula walaa kuwwata illa billah. Dia hanya bisa berserah kepada pemilik Semesta, untuk sebuah kelapangan dan kekuatan hati.

Kemala mulai menyusun rencana demi rencana untuk fokus menyelesaikan penelitiannya juga rencana publikasi ilmiahnya.

Enam bulan berlalu dan Mala telah menyelesaikan penelitiannya. Olah data ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Kesana kemari menyambangi teman yang mendalami ilmu statistika. Tak lupa pula dilengkapi dengan drama revisian yang mandeg karena dosen pembimbing yang luar biasa sibuknya. Kalau sudah begini, Kemala hanya bisa berdoa.

Sembilan bulan pun berlalu. Kemala meyakini bahwa betapa proses tidak akan mengkhianati hasil. Kemala bersyukur sebab jadwal ujian terbukanya akan dilangsungkan dua pekan lagi, tepat 11 bulan pasca kejadian naas yang menimpa kaki kanannya.

Hari yang dinanti pun tiba. Sidang promosi Kemala berjalan lancar. Tamu perlaha meninggalkan ruang sidang. Seorang pria paruh baya menghampiri Mala.
“Mala anak bapak yang membanggakan, Selamat yaa nak. Bapak bangga sekali”

“Terima kasih juga karena bapak tiada henti menyemangati Mala”

Mala memeluk erat bapaknya.

“Kemala begini. Tiga pekan lalu ada seorang lelaki yang memintamu menjadi istrinya. Bapak dan ibu sudah mencari tahu tentang lelaki ini. Kami berdua sudah merestui, tinggal meminta pendapatmu nak. Dan yang terpenting lelaki ini tidak melarangmu bekerja selama masih dalam batasan syariat. Maaf bapak baru bilang sekarang karena takut membuyarkan persiapan ujianmu. Sekarang sekolahmu telah selesai. Bapak rasa sudah tepat waktunya untukmu menyempurnakan separuh agama”

Kemala menitikkan air mata, sadar betul kekhawatiran bapak akan anak tengahnya itu yang usianya kini sudah melewati seperempat abad. “Baik pak,“ Ucap Kemala mantap dibarengi seulas senyum bahagia.

Sepekan pasca ujian terbuka Kemala, pertemuan dua keluarga pun dilaksanakan. Kemala cantik dalam balutan gamis biru berhiaskan permata. Indah namun tidak terlalu mencolok. Hingga tiba saatnya Kemala maju ke ruang pertemuan keluarga. Malu-malu, tertunduk ia duduk didampingi ibunya.

“Jadi ini nak Adam yang berniat melamarmu nak.”

Adam. Nama itu membuatnya terpaku, dengan memberanikan diri dia mengangkat kepalanya. Matanya berkaca-kaca.

“Abang Adam” Ucap  Kemala terbata-bata.

“Iya Mala. Kali ini Abang datang lagi. Semoga kamu berkenan menerimaku kali ini”

Kemala tertunduk malu.

“Bagaimana pak, bu? Bukankah diamnya seorang wanita adalah berarti Ya?” Tanya bapak Adam menegaskan.

Bapak Kemala memandangi wajah putrinya yang tiada berhenti tersenyum.
“Saya rasa pipi Kemala yang memerah menjadi pertanda berlanjutnya hubungan ini ke tingkat yang lebih serius” Ucap Bapak Kemala

“A l h a m d u l i l l l ah” ucap kedua keluarga bersamaan diiringi senyum dan tawa yang tak henti merekah.

“Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang membayar kesabaranku dengan lebih dari cukup.” ucap Kemala dalam hati.

Tanpa interaksi tapi diam-diam memantaskan diri, merayu Ilahi. Akhirnya Kemala mendapatkan lelaki pujaannya, begitupun Adam. Segalanya menjadi mustahil diawal. Betapa doa dan kesabaran yang tiada putus mampu menorehkan takdir terindah kepada manusia yang yakin akan kemurahan Allah. Begitulah Kemala dan kisah Kebebah-nya, Kesabaran yang Berakhir Bahagia.

“....wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)....”

sebuah janji Allah dalam quran surah an-nuur ayat 26



----------alhamdulillah tamat---------

#ODOPBatch7
#OneDayOnePost
Tantangan pekan ke-Tujuuuuhhhh
Saya sadar mungkin masih banyak yang berantakan baik penulisan maupun konten atau alur ceritanya, sebagai pemula sangat memohon krisannya ^^ terimakasih sudah mampir.

You May Also Like

3 komentar

Blog Archive

Entri yang Diunggulkan

Ibrah: Orang-orang Pergi. Apakah Mereka Kembali?

Bismillah. Kepergian itu sulit. Tapi, kehilangan lebih sulit lagi. Mengapa orang-orang harus saling meninggalkan? Jawabannya membawa saya...

Nobody's perfect

Pengikut