Halo man teman. Duh
kangennya nulis lagi. Rasa-rasanya disini udah banyak sarang laba-laba, seperti
kenampakan kos yang aku tinggalin selama 3 bulan lebih. Well, kali ini aku
pengen share pengalaman aku mendarat di Soekarno Hatta (selanjutnya disebut
Soetta) beberapa hari lalu.
Aku berencana kembali ke
Bogor melalui jalur Cengkareng dari Makassar sejak awal Juni 2020. Namun apa
daya diawal Juni itu persyaratan mendarat di bandara Soetta simpang siur.
Pengen pesan tiket tapi takut disuruh putar balik pas udah mendarat. Kan harga
tiket pesawat juga ga murah ya. Mulai
pekan pertama hingga pekan ketiga Juni, aku beraniin deh cari info-info mulai
dari nanya-nanya teman, nanya petugas Sultan Hasanuddin Int’l Airport Makassar
(selanjutnya disebut Shiam), dan terakhir ngontek call center bandara Soetta.
Sebenarnya aku tuh mulai deg
deg an pas akhir Mei mulai beredar berita bahwa harus ada berkas SIKM (surat
izin keluar masuk) untuk mendarat di Soetta. Aku jadi mikir betapa ribetnya
untuk balik ke Jakarta lagi, harus download ini itu, dan sebagainya. Namun
dasar ya karena malas membaca jadinya aku ga tau yang sebenarnya, bahwa SIKM
itu buat orang yang atau akan berdomilisi atau bertugas di Jakarta aja (kuy klik dan dibaca disini deh -> aturan SIKM. Belum
lagi status aku yang mahasiswa tuh ga jelas harus bawa dokumen aja pas terbang
soalnya kan ga dijelasin tuh.
IG resmi dari bandara soekarno hatta diawal Juni, coba deh baca.. gimana ga uring-uringan kami yang mahasiswa.. gatau mesti lengkapin berkas yang mana T.T . Dulu seingat aku di bagian bio-nya, ga ada highlight call centernya.
Tiba tiba dapat info lagi; informasi valid beredar bahwa untuk mendarat di bandara soetta harus membawa
hasil swab test (ga boleh rapid test). Ga cuma Jakarta, tapi Bali dan Bengkulu deh kalo ga salah. Cuma tiga kota aja yang wajib bawa swab test. Aku
masih mikir ini ribet. Pada tau kan
harga swab test metode PCR itu ga murah, bisa pada kisaran Rp 2,400,000-2,500.000.
Saat itu harga pesawat juga masih pada kisaran harga 1 jutaan lebih, berapa
kali scroll diaplikasi penerbangan pun ga nemu maskapai lion air. Jadi makin
pucing. Aku DM bandara soetta via IG ga dibales, ya wajar sih... Pasti banyak orang
yang juga nge-DM miminnya, dan kemungkinan untuk terjawab tuh kecil banget.
Hingga beberapa hari
kemudian akhirnya aku beraniin buka web bandara soetta dan mulai deh bicara
sama abang call centernya. Duh keren banget ya karena udah via zoom. Aku jadi
curhat sama masnya, and finallly mas nya bilang kalo mulai sekarang untuk kamu yang berstatus mahasiswa cukup bawa berkas
rapid test/swab test yang hasilnya non reaktif/negatif aja untuk mendarat di
soetta. Wow.. Gimana ga seneng ya. Aku langsung lah cari info-info rapid
test termurah di Makassar plus nyari-nyari info penerbangan yang harganya
paling terjangkau. Alhamdulillah akhirnya nemu harga rapid test yang paling
terjangkau yaitu sebesar Rp 375.000 via klinik Parahita Jl. Gn. Latimojong
Makassar (2 jam udah bisa terima hasil – itu klaimnya sih, pas aku kesana kudu
nunggu 4 jam) dan harga tiket pesawat via Lion air sebesar Rp 840.000+++(tax).
Alhamdulillah hasil rapid test nya sesuai yang diinginkan.
Langsung deh siap-siap packing buat balik ke medan perang. Keyakinan ku buat
terbang dengan berkas tersebut makin besar setelah teman abang juga membenarkan
bahwa cukup bawa berkas rapid test aja buat terbang. Ga lama sebelum mesan tiket, ada rumor yang bilang kalo bisa aja ada keterlambatan penerbangan yang bisa menyebabkan delay hingga 2 hari. Hal ini punya potensi untuk membuat hasil uji rapid test kita ga berlaku lagi soalnya rapid test cuma diakui valid selama 3 hari aja. so, aku beraniin deh unduh aplikasi flightradar24 di play store. Walaupun ada yang kurang apdet, setidaknya kita punya gambaran apakah penerbangan kita terjawal atau belum.
bukan endorse. | Darah aku diambil +- 3 mL buat rapid Test wkwk. mayan ya
prinsip uji rapid test - sumbernya dari IG(lupa dimana.. credit to owner)
kunjungi web-nya dan klik panggilan video T1, dan pastikan handphone kamu udah teristall zoom app ya
Beberapa hari sebelum terbang
aku beraniin diri buat nelfon bandara shiam. Soalnya info beredar bilang kalo harus
kesana tuh 1 hari sebelum hari keberangkatan untuk periksa berkas penerbangan.
Alhamdulilah pas klarifikasi, kakak call center Cuma bilang bahwa: cukup datang paling lambat 4 jam sebelum
boarding ya dek.
Ohya, penting loh untuk menanyakan informasi keberangkatan di bandara kota kamu, sapa tau aja ada mekanisme yang berbeda.
Baik yang akan berangkat dari Makassar maupun dari kota lainnya menuju Cengkareng, aku sarankan untuk validasi info minimal 2 hari sebelum berangkat.
Baik yang akan berangkat dari Makassar maupun dari kota lainnya menuju Cengkareng, aku sarankan untuk validasi info minimal 2 hari sebelum berangkat.
call center bandara SHIAM
Hari Keberangkatan
Namun drama itu ga berakhir
sampai disitu. Sekitar pukul 07.35 WITA aku sudah sampai di terminal
keberangkatan bandara Shiam. Saat itu jumlah calon penumpang cukup banyak, tapi
ga sampai crowded banget. Aku langsung baca x-banner di depan Posko
Gugus Tugas Covid-19, yang berisi informasi untuk men-download aplikasi bernama
e-HAC di playstore, kemudian login as new user dan mengisi beberapa
data didalamnya.
Yang harus diisi sebelum verifikasi berkas
download di playstore yaak man teman
Aku ngisi datanya kurang lebih 3 menit aja. Pengisian data
berakhir setelah layar menunjukkan
barcode di akun kita. Setelah barcodenya muncul, boleh deh kita antri masuk
di posko tersebut bersama calon penumpang lain. Kita juga kudu lincah pas masuk
di posko itu. Kalo ada kursi kosong langsung maju aja biar verifikasi berkasnya
cepet. Pas verifikasi, kita cukup memperlihatkan barcode tadi + rapid test yang
kemudian di stempel “VALID” sama petugasnya. Kurang lebih verifikasi berkasku itu berlangsung selama 10 menit. Kalo ditotal
sama bingung-bingungnya liat orang berkumpul
di area posko, mungkin sekitar 15 menit. Aku datangnya pagi banget, dan waktu
boarding ku jam 13.00 WITA wkwkwkwkkw. Kepagiaaaaan. Tapi bersyukur juga, karena
pas masuk udah bisa langsung check in. Maksud hati ingin self check in di mesin
yang tersedia tapi semuanya off. Disisi lain mungkin kakak call center Shiam
nyuruh datang pagi-pagi karena khawatir ada lonjakan penumpang hehe.
penampakan bandara SHIAM di posko gugus tugas. Mungkin terlihat kosong gini karena sebagian besar calon penumpang masih pada sibuk nge-download aplikasi e-HAC di luar posko
Alhamdulillah bisa mendarat
dengan selamat di terminal 2 bandara Soetta. tengkyuu Lion Air, Alhamdulillah.. mantap dah ga banyak trouble selama terbang. Aku deg-deg an lagi tuh pas hampir
tiba di bagian bagasi. Terlihat kumpulan petugas berjas kuning dilengkapi logo menkes yang kerepotan
menangani sejumlah orang yang ngisi kuisioner berwarna kuning. “Duh apa lagi
nih....” ujarku dalam hati. Aku beraniin diri tuh buat nanya.
“Permisi mas, saya baru
mendarat dari Makassar, berkas apa ya yang perlu diperlihatkan?”
‘’kalau kamu udah punya
barcode dari aplikasi e-HAC bisa langsung dipindai disana (menunjuk sejumlah
teman berjas kuning di belakangnya) kalo ga punya isi kuisioner kuning dulu ya”
kata abang petugasnya.
Langsung deh cusss ke area pemindaian barcode, keluar
bandara tanpa hambatan dan tanpa perlu keluarin berkas rapid test yang ga tau aku
simpan di tas bagian mana wkwk. hihihihi, Alhamdulillah.
proses pemindaian barcode oleh petugas
aku mendarat sekitar pukul 15.36 WIB . kosong banget ya T.T
Drama kemudian berlanjut
gais... Pas keluar dari terminal 2, aku menuju shelter BUS untuk menuju bogor.
Dulu tarifnya bus Damri tujuan bogor kalo ga salah 75K, kalo bus Sinar Jaya
55K. Alhamdulillah pas cetak resi bayar Bus Sinar Jaya, harganya masih 55K. Tiba-tiba
Aku didatangin wanita berseragam putih
biru+ID card yang menggantung di lehernya.
“Mba mau kemana?”
“Saya mau ke bogor bu”
“kamu mahasiswa ya?”
“Iya.. “
“Wah kalo naik bus yang “itu” tujuan bogor jam sekarang udah ga
ada deh sepertinya.. percuma, walaupun di mesinnya tertulis ada”
“Kalo kamu naik mobil yang
kami sediakan aja.. Cukup bayar 120K kamu udah kami antar sampai tujuan kamu.
E-toll udah ditanggung juga.” lanjut si ibu.
“Makasih bu”
Aku langsung nulis lagi di
mesinnya: DAMRI BOTANI SQUARE BOGOR. Namun betapa kagetnya ketika ku download
resi bayar Damri yang kini senilai 140K gaiiis. Aku langsung mikir waduh mahal
banget, belum lagi ongkos dari DAMRI pool ke kecamatan dramaga, bogor yang kurang lebih kisaran 50-60K,
belum macetnya juga. Aku jadi tertarik sama tawaran si ibu tapi aku takut
diculik atau ditipu hiks... Wajar banget takut, soalnya selama ini aku ga
pernah ditodong tawaran kaya begini kalo mau ke bogor via bandara soetta. Pasti
kalo ga naik damri ya naik bus sinar jaya.
Untungnya alhamdulillah temen
yang menemani kerempongan perjalananku menuju soetta cukup bijaksana.
“Maaf bu, saya save dulu aja
ya nomornya. Saya ke shelter bus dulu. Nanti kalau berubah pikiran baru saya
kontek ibu” kata temenku, si oel.
“Oh gapapa dek...” ucapnya
sambil memberikan nomor kontak whatsapp-nya.
Aku dan temenku pun berjalan
menuju shelter bus yang jaraknya kurang lebih 150 m. Tapi baru jalan +- 20 m, kaya
ada yang panggil kita berdua.
“Dek.. dek.. dek.. dek..”
ucap si perempuan itu yang semakin lama, intonasinya semakin meninggi
Kami berdua kaget dan
langsung berbalik.
Ya ampun ternyata si ibu
yang tadi,
“Dek ini ada 2 orang juga
mau ke bogor.. ayo barengan aja, kalian berempat mobilnya langsung jalan” ucap si ibu sambil
berteriak.
Dengan aga ragu ragu kami
pun putar balik dan cerita sama si dua orang cewek yang juga mau ke bogor.
Finally setelah saling meyakinkan diri cukup lama, kmi pun mengiyakan si ibu yang nawarin tadi. Ga lama kami menunggu, 5 menit kemudian mobil
jemputan kami datang. Sang driver-nya ternyata cewek dan lincah banget bawa
mobil. Cukup mampu menepis kekhawatiran kami. Alhamdulillah, kami tiba di
kecamatan dramaga, Bogor kurang lebih 1,30 jam aja via tol.
Alhamdulillah banget masih bisa maghrib-an di kosan. Tengkyu buat si kakak-kakak bandara yang udah nawarin naik mobil. Harusnya sih bisa tiba lebih awal, tapi kami kelamaan mikir mau naik bus atau naik mobil jemputan ini hehehehe. Dan drama
belum berakhir nih, kami berdua diperhadapkan pada kamar kosan kami yang sudah
berdebu dan penuh sarang laba-laba. Namun tenang saja, drama beres-beresnya tak
akan aku bagikan kok hehehe. Stay safe ya, semoga artikel ini bermanfaat dan
tetap perhatikan protokol kesehatan selama bepergian gaiis.
alhamdulillah. saatnya ngurus kerempongan lainnya di cekolah. ^^
Btw Selasa 30 Juni yang lalu teman aku juga landed di Soetta. Ongkos bus sinar jaya dari Soetta ke terminal Bubulak, Bogor ternyata udah naik juga gaess jadi Rp 100.000,- hmm.. Semoga badai yang tidak ramah kantong ini segera berakhir ya aamiin.